Bripda Fajar Astuti, Anak Petani Cabai yang Kini Menjadi Pasukan Pengamanan PBB
Senin, 12 Juli 2021 - 14:40 WIB
Baca juga: 850 Prajurit TNI Ditugaskan sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Tengah
"Pengalaman menjadi salah satu dari 24 anggota tim Polwan yang mendaki Gunung Carstenz di Papua pada 2017, membuat saya tersadar, saya bisa kok melakukan apapun asal mempercayai diri sendiri terlebih dahulu," kenangnya sambil tersenyum.
Usai dari pendakian, Bripda Fajar kembali bertugas dengan modal kontemplasi di Gunung Carstenz, dengan meniti karir di Ditsamapta Polda DIY. Lalu pada 2018, ia berkarir di Ditreskrimsus Polda DIY. Tidak berhenti sampai di situ, pada 2019, Bripda Fajar terpilih menjadi Sekretaris Pribadi Pimpinan Wakapolri, Komjen Gatot Eddy Pramono.
Bermimpi Menjadi Pasukan Pengamanan PBB
Kehidupan terus melaju bersama detak waktu. Diam-diam, Bripda Fajar menyimpan satu minat dan impian yang tak biasa, menjadi anggota pasukan pengamanan PBB. Ia kemudian mendaftar seleksi misi PBB pada 2020.
"Saya ingin menjadi anggota pasukan pengamanan PBB karena itu mimpi saya semenjak menjadi polisi. Bagi saya, menjadi anggota pasukan pengamanan PBB adalah salah satu wujud pengabdian yang mulia yaitu membantu para civilian di sana, melindungi aset dan personel PBB, memberikan perlindungan terhadap para warga lokal di Central Afrika serta mempromosikan HAM kepada masyarakat dunia," ungkapnya.
Namun lagi-lagi, rasa tidak percaya diri hinggap. Bagaimana tidak, seleksi yang harus Bripda Fajar lalui berupa tes kesehatan, kesemaptaan jasmani, tes bahasa Inggris, tes menembak, tes mengemudi, tes psikologi, wawancara dan tes komputer. Semua berlangsung kurang lebih 10 hari dan menginap di Sepolwan Lemdiklat Polri pada Agustus 2020.
"Enggak mudah buat saya untuk mengikuti tes tersebut karena kami diwajibkan bisa berbahasa Inggris saat tes dengan menyerahkan sertifikat TOEFL, serta harus mahir mengemudi, dan dengan rentang waktu yang begitu singkat," tuturnya.
Usai menjalani serangkaian tes, Bripda Fajar kembali harus menghadapi rasa waswas, dengan menunggu pengumunan yang berjarak 7 bulan setelah tes. Ia hanya bisa mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan, berkontemplasi sambil mengadu kepada Sang Maha Pencipta. Juga meminta doa kepada orang tuanya.
"Pengalaman menjadi salah satu dari 24 anggota tim Polwan yang mendaki Gunung Carstenz di Papua pada 2017, membuat saya tersadar, saya bisa kok melakukan apapun asal mempercayai diri sendiri terlebih dahulu," kenangnya sambil tersenyum.
Usai dari pendakian, Bripda Fajar kembali bertugas dengan modal kontemplasi di Gunung Carstenz, dengan meniti karir di Ditsamapta Polda DIY. Lalu pada 2018, ia berkarir di Ditreskrimsus Polda DIY. Tidak berhenti sampai di situ, pada 2019, Bripda Fajar terpilih menjadi Sekretaris Pribadi Pimpinan Wakapolri, Komjen Gatot Eddy Pramono.
Bermimpi Menjadi Pasukan Pengamanan PBB
Kehidupan terus melaju bersama detak waktu. Diam-diam, Bripda Fajar menyimpan satu minat dan impian yang tak biasa, menjadi anggota pasukan pengamanan PBB. Ia kemudian mendaftar seleksi misi PBB pada 2020.
"Saya ingin menjadi anggota pasukan pengamanan PBB karena itu mimpi saya semenjak menjadi polisi. Bagi saya, menjadi anggota pasukan pengamanan PBB adalah salah satu wujud pengabdian yang mulia yaitu membantu para civilian di sana, melindungi aset dan personel PBB, memberikan perlindungan terhadap para warga lokal di Central Afrika serta mempromosikan HAM kepada masyarakat dunia," ungkapnya.
Namun lagi-lagi, rasa tidak percaya diri hinggap. Bagaimana tidak, seleksi yang harus Bripda Fajar lalui berupa tes kesehatan, kesemaptaan jasmani, tes bahasa Inggris, tes menembak, tes mengemudi, tes psikologi, wawancara dan tes komputer. Semua berlangsung kurang lebih 10 hari dan menginap di Sepolwan Lemdiklat Polri pada Agustus 2020.
"Enggak mudah buat saya untuk mengikuti tes tersebut karena kami diwajibkan bisa berbahasa Inggris saat tes dengan menyerahkan sertifikat TOEFL, serta harus mahir mengemudi, dan dengan rentang waktu yang begitu singkat," tuturnya.
Usai menjalani serangkaian tes, Bripda Fajar kembali harus menghadapi rasa waswas, dengan menunggu pengumunan yang berjarak 7 bulan setelah tes. Ia hanya bisa mempersiapkan diri dengan berbagai kemungkinan, berkontemplasi sambil mengadu kepada Sang Maha Pencipta. Juga meminta doa kepada orang tuanya.
tulis komentar anda