Akademisi: Sejak Kecil Bung Karno Diasuh dari Kalangan Wong Cilik
Minggu, 20 Juni 2021 - 08:27 WIB
JAKARTA - Soekarno atau Bung Karno dikenal sebagai sosok yang sangat merakyat, gagasannya saat ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia banyak diilhami oleh kehidupan rakyat kecil yang tertindas kondisi sosial ekonominya, atau yang biasa disebut sebagai wong cilik.
"Kalau Bung Karno sendiri dari sejarah hidupnya merupakan bagian dari wong cilik itu sendiri. Dan sejak kecil ia di asuh dari kalangan wong cilik yang namanya Sarinah, perempuan desa yang sederhana," jelas Retor.
Kemudian Retor, yang meruapakan Anggota Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia itu menjelaskan, bahwa Bung Karno sangat tahu betul tentang bagaimana jiwa dan perasaan wong cilik.
Ia sendiri tumbuh dalam didikan wong cilik, bagaimana Bung Karno diajarkan untuk saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama dalam arti yang luas, dan bagaimana perasaan ia tumbuh untuk selalu berpihak kepada sesamanya itu semua ia dapatkan di lingkungan wong cilik.
Ketika Bung Karno pergi ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi, meskipun pada ruang, waktu, dan tempat yang berbeda, namun perhatian Bung Karno tidak pernah terlepas dari wong cilik.
Jadi ketika Bung Karno kuliah di bandung tidak hanya sekedar duduk di kampus untuk memperlajari ilmu-ilmu yang baru, namun Bung Karno turut serta terjun dan bergaul dengan masyarakat sekitar.
"Ketika kuliah di bandung tak sekedar kuliah di kampus, beliau juga menyaksikan penderitaaan wong cilik. Ketika itu Bung Karno bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen," jelas Retor
Kemudian penulis buku Marhaen dan Wong Cilik itu menjelaskan lagi, ketika Bung Karno bersekolah di Technische Hoogeschool (THS) juga, Bung Karno banyak menyaksikan pemandangan-pemandangan yang pahit, menyaksikan langsung bagaimana rakyat Indonesia yang hidup dalam kemelaratan, kemiskinan dan serba kekurangan.
"Kalau Bung Karno sendiri dari sejarah hidupnya merupakan bagian dari wong cilik itu sendiri. Dan sejak kecil ia di asuh dari kalangan wong cilik yang namanya Sarinah, perempuan desa yang sederhana," jelas Retor.
Kemudian Retor, yang meruapakan Anggota Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia itu menjelaskan, bahwa Bung Karno sangat tahu betul tentang bagaimana jiwa dan perasaan wong cilik.
Ia sendiri tumbuh dalam didikan wong cilik, bagaimana Bung Karno diajarkan untuk saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama dalam arti yang luas, dan bagaimana perasaan ia tumbuh untuk selalu berpihak kepada sesamanya itu semua ia dapatkan di lingkungan wong cilik.
Ketika Bung Karno pergi ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi, meskipun pada ruang, waktu, dan tempat yang berbeda, namun perhatian Bung Karno tidak pernah terlepas dari wong cilik.
Jadi ketika Bung Karno kuliah di bandung tidak hanya sekedar duduk di kampus untuk memperlajari ilmu-ilmu yang baru, namun Bung Karno turut serta terjun dan bergaul dengan masyarakat sekitar.
"Ketika kuliah di bandung tak sekedar kuliah di kampus, beliau juga menyaksikan penderitaaan wong cilik. Ketika itu Bung Karno bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen," jelas Retor
Kemudian penulis buku Marhaen dan Wong Cilik itu menjelaskan lagi, ketika Bung Karno bersekolah di Technische Hoogeschool (THS) juga, Bung Karno banyak menyaksikan pemandangan-pemandangan yang pahit, menyaksikan langsung bagaimana rakyat Indonesia yang hidup dalam kemelaratan, kemiskinan dan serba kekurangan.
tulis komentar anda