Tiga Poros Parpol Ini Diprediksi Bertarung di Pilpres 2024, Siapa Saja Mereka?
Minggu, 30 Mei 2021 - 11:32 WIB
JAKARTA - Indonesia dinilai memiliki banyak tokoh yang bisa menjadi calon presiden (capres) 2024 . Indonesia tidak akan kekurangan tokoh yang layak dan memiliki kapasitas untuk menduduki kursi orang pertama di negeri ini.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, justru sistem politik yang membuat hambatan dan penghalang sehingga tokoh-tokoh potensial akan layu sebelum berkembang dengan pemberlakuan ambang batas president threshold (PT) 20 persen.
Menurut dia, pemberlakuan ambang batas presiden pada akhirnya akan membunuh talenta-talenta potensial. "Menyisakan ruang permainan hanya berputar-putar pada permainan tingkat partai papan atas sebagai otoritas pemegang kendali pemberian 'tiket' pencapresan pada siapa diinginkan melalui lobi-lobi politik belakang layar," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Minggu (30/5/2021).
Pangi menjelaskan, elektabilitas itu bukan kunci untuk mendapatkan "tiket" pencapresan. "Silahkan Anies Baswedan tinggi elektabilitasnya, silakan Ganjar Pranowo tinggi elektabilitasnya, silakan Ridwan Kamil tinggi elektabilitasnya tapi tetap nama-nama yang bakal keluar dari saku kantong, mutlak pada partai yang menentukan," tuturnya.
Menurut dia, adanya presidential threshold 20%, elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan, kalau pun iya tapi tidak menjadi faktor mutlak, itu bisa jadi bonus.
"Saya pikir nanti akan ada juga capres kaget, publik terkaget bahkan bukan tidak mungkin nama-nama capres di luar cluster kepala daerah, menteri dan ketua umum parpol," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia, simulasi capres hanya akan berputar-putar pada partai-partai itu-itu saja yang bisa memenuhi PT, karena sistem pemilu sedikit membatasi ruang gerak capres potensial, semisal PDIP, Gerindra dan Golkar, sisanya gabungan partai papan tengah Itupun kalau tidak ada koalisi "gemuk" yang menggembosi partai papan tengah.
"Kalau koalisi gemuk terjadi, kita sudah bisa tebak capres 2024 itu siapa saja, PDIP maunya siapa? Gerindra mau usung siapa? Golkar mau ikut dukung atau mau bikin poros alternatif sendiri? saya ingin katakan, sisanya nanti hanya akan mengikuti arus," paparnya.
Pangi memprediksi bakal ada tiga poros nanti cukup potensial pada pilpres 2024. Poros pertama, koalisi PDIP-Gerindra-PKB dengan simulasi mengusung pasangan capres Prabowo-Puan. Poros kedua, koalisi partai Nasdem-PKS-Demokrat dengan simulasi pasangan capres Anies-AHY.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, justru sistem politik yang membuat hambatan dan penghalang sehingga tokoh-tokoh potensial akan layu sebelum berkembang dengan pemberlakuan ambang batas president threshold (PT) 20 persen.
Menurut dia, pemberlakuan ambang batas presiden pada akhirnya akan membunuh talenta-talenta potensial. "Menyisakan ruang permainan hanya berputar-putar pada permainan tingkat partai papan atas sebagai otoritas pemegang kendali pemberian 'tiket' pencapresan pada siapa diinginkan melalui lobi-lobi politik belakang layar," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Minggu (30/5/2021).
Pangi menjelaskan, elektabilitas itu bukan kunci untuk mendapatkan "tiket" pencapresan. "Silahkan Anies Baswedan tinggi elektabilitasnya, silakan Ganjar Pranowo tinggi elektabilitasnya, silakan Ridwan Kamil tinggi elektabilitasnya tapi tetap nama-nama yang bakal keluar dari saku kantong, mutlak pada partai yang menentukan," tuturnya.
Menurut dia, adanya presidential threshold 20%, elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan, kalau pun iya tapi tidak menjadi faktor mutlak, itu bisa jadi bonus.
"Saya pikir nanti akan ada juga capres kaget, publik terkaget bahkan bukan tidak mungkin nama-nama capres di luar cluster kepala daerah, menteri dan ketua umum parpol," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia, simulasi capres hanya akan berputar-putar pada partai-partai itu-itu saja yang bisa memenuhi PT, karena sistem pemilu sedikit membatasi ruang gerak capres potensial, semisal PDIP, Gerindra dan Golkar, sisanya gabungan partai papan tengah Itupun kalau tidak ada koalisi "gemuk" yang menggembosi partai papan tengah.
"Kalau koalisi gemuk terjadi, kita sudah bisa tebak capres 2024 itu siapa saja, PDIP maunya siapa? Gerindra mau usung siapa? Golkar mau ikut dukung atau mau bikin poros alternatif sendiri? saya ingin katakan, sisanya nanti hanya akan mengikuti arus," paparnya.
Pangi memprediksi bakal ada tiga poros nanti cukup potensial pada pilpres 2024. Poros pertama, koalisi PDIP-Gerindra-PKB dengan simulasi mengusung pasangan capres Prabowo-Puan. Poros kedua, koalisi partai Nasdem-PKS-Demokrat dengan simulasi pasangan capres Anies-AHY.
Lihat Juga :
tulis komentar anda