Angka Kematian Usia Muda di Malaysia Meningkat, IDI Minta Masyarakat Waspada
Rabu, 05 Mei 2021 - 14:16 WIB
JAKARTA - Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) , Zubairi Djoerban mengingatkan masyarakat untuk waspada fenomena COVID-19 seperti yang terjadi di Malaysia. Dimana angka kematian usia muda meningkat.
“Satu setengah tahun pandemi COVID-19 berjalan, tampaknya ada perubahan demografis yang jelas: angka kasus dan kematian pada pasien muda telah meningkat. Ini bukan hal yang kita lihat pada gelombang pandemi sebelumnya. Tentunya harus waspada. Apalagi sekolah mau dibuka,” ujar Zubairi lewat akun media sosial pribadinya, Rabu (5/5/2021).
Dari data Free Malaysia Today, kata Zubairi, tercatat kasus kematian usia muda di Malaysia sekitar 3,7% kematian terjadi pada usia 25-34 tahun dan 7,45% berusia 35-44 tahun.
“Enggak usah jauh-jauh. Fenomena ini terjadi di Malaysia. Di sana, makin banyak pasien muda meninggal. Tercatat, Sepanjang 31 Maret-30 April, sekitar 3,7 persen kematian terjadi pada usia 25-34 tahun dan 7,45 persen berusia 35-44 tahun. Ini resmi diberitakan Free Malaysia Today,” jelas Zubairi.
Bahkan, kata Zubairi, kasus COVID-19 pada usia muda di Michigan Amerika Serikat juga mengalami peningkatan. “Kemudian. Di beberapa kota Amerika, misalnya di Michigan, rumah sakit juga banyak menerima pasien COVID-19 yang lebih muda daripada sebelumnya.”
Zubairi mengatakan mayoritas ini adalah dari orang yang belum divaksinasi. “Mayoritas mereka memang berasal dari orang-orang yang belum divaksinasi, dan saat ini muncul di rumah sakit dengan gejala yang parah,” katanya.
“Kenapa fenomena ini terjadi? Saya rasa, faktornya adalah kombinasi dari jenis varian Corona yang lebih menular dan tingkat vaksinasi yang lebih rendah para orang muda. Hal itu yang membuat mereka rentan terhadap virus ini,” sambung Zubairi.
Apalagi, kata Zubairi, saat ini kampanye vaksinasi adalah untuk populas tua sehingga populas muda ini juga rentan terpapar COVID-19. “Selama ini kan kampanye di berbagai negara adalah vaksinasi untuk populasi yang tua. Bukan orang yang lebih muda. Lalu, beredarlah virus Corona di populasi muda ini yang akhirnya membuat mereka terinfeksi dan berakhir di rumah sakit.”
“Bagi saya, jawaban sebenarnya untuk semua ini adalah tetap protokol kesehatan. Yaitu, disiplin menjaga jarak, tidak bersosialisasi di dalam ruangan, apalagi berkerumun, dan lekas mendapatkan vaksinasi,” imbuh Zubairi.
“Satu setengah tahun pandemi COVID-19 berjalan, tampaknya ada perubahan demografis yang jelas: angka kasus dan kematian pada pasien muda telah meningkat. Ini bukan hal yang kita lihat pada gelombang pandemi sebelumnya. Tentunya harus waspada. Apalagi sekolah mau dibuka,” ujar Zubairi lewat akun media sosial pribadinya, Rabu (5/5/2021).
Dari data Free Malaysia Today, kata Zubairi, tercatat kasus kematian usia muda di Malaysia sekitar 3,7% kematian terjadi pada usia 25-34 tahun dan 7,45% berusia 35-44 tahun.
“Enggak usah jauh-jauh. Fenomena ini terjadi di Malaysia. Di sana, makin banyak pasien muda meninggal. Tercatat, Sepanjang 31 Maret-30 April, sekitar 3,7 persen kematian terjadi pada usia 25-34 tahun dan 7,45 persen berusia 35-44 tahun. Ini resmi diberitakan Free Malaysia Today,” jelas Zubairi.
Bahkan, kata Zubairi, kasus COVID-19 pada usia muda di Michigan Amerika Serikat juga mengalami peningkatan. “Kemudian. Di beberapa kota Amerika, misalnya di Michigan, rumah sakit juga banyak menerima pasien COVID-19 yang lebih muda daripada sebelumnya.”
Zubairi mengatakan mayoritas ini adalah dari orang yang belum divaksinasi. “Mayoritas mereka memang berasal dari orang-orang yang belum divaksinasi, dan saat ini muncul di rumah sakit dengan gejala yang parah,” katanya.
“Kenapa fenomena ini terjadi? Saya rasa, faktornya adalah kombinasi dari jenis varian Corona yang lebih menular dan tingkat vaksinasi yang lebih rendah para orang muda. Hal itu yang membuat mereka rentan terhadap virus ini,” sambung Zubairi.
Apalagi, kata Zubairi, saat ini kampanye vaksinasi adalah untuk populas tua sehingga populas muda ini juga rentan terpapar COVID-19. “Selama ini kan kampanye di berbagai negara adalah vaksinasi untuk populasi yang tua. Bukan orang yang lebih muda. Lalu, beredarlah virus Corona di populasi muda ini yang akhirnya membuat mereka terinfeksi dan berakhir di rumah sakit.”
Baca Juga
“Bagi saya, jawaban sebenarnya untuk semua ini adalah tetap protokol kesehatan. Yaitu, disiplin menjaga jarak, tidak bersosialisasi di dalam ruangan, apalagi berkerumun, dan lekas mendapatkan vaksinasi,” imbuh Zubairi.
(kri)
tulis komentar anda