Catatan tentang Hardiknas: Tidak Ada Upaya Membenahi Kualitas PJJ
Minggu, 02 Mei 2021 - 11:38 WIB
JAKARTA - Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ) untuk kedua kali diperingati di tengah pandemi Covid-19. Pengamat pendidikan Indra Charismiadji menilai belum ada langkah strategis di bidang pendidikan yang diambil pemerintah.
Di tengah jumlah orang yang terpapar Covid-19 masih tinggi, Kemendikbud dan Ristek tetap berencana menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021. Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak merekomendasikan pembukaan sekolah.
Pemerintah bersikeras membuka sekolah karena sudah melaksanakan vaksinasi kepada para pendidikan dan tenaga kependidikan. Menurut Indra, keefektifan vaksin itu belum bisa dikatakan berhasil apalagi untuk melawan varian baru B 1617 seperti yang terjadi di India.
“Melihat perkembangan tersebut, pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring dapat disimpulkan sebagai cara paling tepat dalam mendidik anak-anak kita dalam kondisi ini. Sayangnya, banyak pihak di Indonesia, dimotori oleh Kemendikbud dan Ristek sendiri sudah menghakimi bahwa belajar daring itu menimbulkan learning loss dan banyak dampak negatifnya,” ujarnya, Minggu (2/5/2021).
Indra menerangkan dampak positif tidak akan muncul dengan cara guru berceramah di ruang zoom selama berjam-jam. Lalu, mengirim tugas yang banyak jumlahnya ke siswa.
“Sejak Maret saat belajar dari rumah (BDR) diberlakukan hingga hari ini, tidak ada upaya untuk membenahi kualitas PJJ daring. Tidak ada rencana pelatihan guru secara masif, pendampingan orang tua, dan stimulasi belajar untuk peserta didik,” tuturnya.
Indra juga menyayangkan sikap dan langkah pemerintah yang sudah beberapa kali mencoba “memaksa” membuka sekolah melalui SKB 4 Menteri Tentang PTM. “ Suatu hal yang ironis, karena saat ini adalah era digital dan telah waktunya anak Indonesia dididik menjadi SDM unggul era digital,” pungkasnya.
Di tengah jumlah orang yang terpapar Covid-19 masih tinggi, Kemendikbud dan Ristek tetap berencana menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021. Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak merekomendasikan pembukaan sekolah.
Pemerintah bersikeras membuka sekolah karena sudah melaksanakan vaksinasi kepada para pendidikan dan tenaga kependidikan. Menurut Indra, keefektifan vaksin itu belum bisa dikatakan berhasil apalagi untuk melawan varian baru B 1617 seperti yang terjadi di India.
“Melihat perkembangan tersebut, pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring dapat disimpulkan sebagai cara paling tepat dalam mendidik anak-anak kita dalam kondisi ini. Sayangnya, banyak pihak di Indonesia, dimotori oleh Kemendikbud dan Ristek sendiri sudah menghakimi bahwa belajar daring itu menimbulkan learning loss dan banyak dampak negatifnya,” ujarnya, Minggu (2/5/2021).
Indra menerangkan dampak positif tidak akan muncul dengan cara guru berceramah di ruang zoom selama berjam-jam. Lalu, mengirim tugas yang banyak jumlahnya ke siswa.
Baca Juga
“Sejak Maret saat belajar dari rumah (BDR) diberlakukan hingga hari ini, tidak ada upaya untuk membenahi kualitas PJJ daring. Tidak ada rencana pelatihan guru secara masif, pendampingan orang tua, dan stimulasi belajar untuk peserta didik,” tuturnya.
Indra juga menyayangkan sikap dan langkah pemerintah yang sudah beberapa kali mencoba “memaksa” membuka sekolah melalui SKB 4 Menteri Tentang PTM. “ Suatu hal yang ironis, karena saat ini adalah era digital dan telah waktunya anak Indonesia dididik menjadi SDM unggul era digital,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda