Menakar Peluang Partai Baru: Besar atau Mati dengan Sendirinya
Jum'at, 22 Mei 2020 - 00:11 WIB
Namun, bukan berarti partai baru tertutup untuk menembus Senayan dan menjadi besar. Ada celah-celah yang bisa digarap tapi butuh kerja keras. Dalam dua tahun terakhir, suara masyarakat yang oposisi cenderung berkumpul dan menjadi pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan .
Djayadi menjelaskan, akan menarik jika Amien Rais bisa mendekati dan menjadikan Anies menjadi ketua umum partai. Namun, itu kecil kemungkinannya karena Anies membutuhkan jaringan dan dukungan lintas partai untuk menjadi capres atau cawapres. "Kalau dia mengambil partai baru yang masa depannya belum jelas, tentu perjudian yang kurang masuk akal," tuturnya. ( ).
Ada lagi patron politik yang lama tertanam di Indonesia, partai harus memiliki tokoh pensiunan militer. Hampir semua partai di Indonesia mempunyai menempatkan pensiunan militer. Sekjen Golkar Lodewijk Paulus, mantan Danjen Kopassus. Di Gerindra berkumpul deretan jenderal, seperti Laksda (Purn) Moekhlas Sidik dan Mayjen (Purn) Yudi Magio Yusuf.
Menjelang Pemilu 2019, nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sempat muncul dan digadang-gadang sebagai capres atau cawapres. Namanya pun memudar. Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan, Gatot tenggelam karena sudah tidak menjadi panglima dan jarang muncul dalam isu-isu nasional yang dibahas media.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirajuddin Abbas mengatakan, prospek partai baru itu harus menunggu pertarungan pemilu. Namun, sangat mungkin pendirian partai baru ini untuk bargaining power politik. AM Hendropriyono hanya menggunakan PKPI, yang tidak pernah lolos ke parlemen. Namanya masuk dalam deretan jenderal pendukung Jokowi sejak 2014. Dia disebut-sebut punya andil besar dalam mengantar Jokowi ke tampuk kekuasaan. Anaknya, Diaz Hendropriyono, yang menjabat ketum, mendapatkan posisi sebagai Stafsus Presiden Bidang Sosial.
Jayadi menegaskan sosok militer saja tidak cukup membesarkan partai, tapi harus sudah menjadi tokoh politik. "Tergantung militernya siapa dulu," pungkasnya.
Djayadi menjelaskan, akan menarik jika Amien Rais bisa mendekati dan menjadikan Anies menjadi ketua umum partai. Namun, itu kecil kemungkinannya karena Anies membutuhkan jaringan dan dukungan lintas partai untuk menjadi capres atau cawapres. "Kalau dia mengambil partai baru yang masa depannya belum jelas, tentu perjudian yang kurang masuk akal," tuturnya. ( ).
Ada lagi patron politik yang lama tertanam di Indonesia, partai harus memiliki tokoh pensiunan militer. Hampir semua partai di Indonesia mempunyai menempatkan pensiunan militer. Sekjen Golkar Lodewijk Paulus, mantan Danjen Kopassus. Di Gerindra berkumpul deretan jenderal, seperti Laksda (Purn) Moekhlas Sidik dan Mayjen (Purn) Yudi Magio Yusuf.
Menjelang Pemilu 2019, nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sempat muncul dan digadang-gadang sebagai capres atau cawapres. Namanya pun memudar. Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan, Gatot tenggelam karena sudah tidak menjadi panglima dan jarang muncul dalam isu-isu nasional yang dibahas media.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirajuddin Abbas mengatakan, prospek partai baru itu harus menunggu pertarungan pemilu. Namun, sangat mungkin pendirian partai baru ini untuk bargaining power politik. AM Hendropriyono hanya menggunakan PKPI, yang tidak pernah lolos ke parlemen. Namanya masuk dalam deretan jenderal pendukung Jokowi sejak 2014. Dia disebut-sebut punya andil besar dalam mengantar Jokowi ke tampuk kekuasaan. Anaknya, Diaz Hendropriyono, yang menjabat ketum, mendapatkan posisi sebagai Stafsus Presiden Bidang Sosial.
Jayadi menegaskan sosok militer saja tidak cukup membesarkan partai, tapi harus sudah menjadi tokoh politik. "Tergantung militernya siapa dulu," pungkasnya.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda