94% Alat Kesehatan Impor, Wapres Dorong Riset Dalam Negeri
Kamis, 25 Maret 2021 - 17:40 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden ( Wapres) Maruf Amin mengatakan, pandemi COVID-19 menyadarkan Indonesia bahwa kemandirian kesehatan amat sangat penting. Namun demikian, ia mendapati kenyataan bahwa 90% bahan baku obat-obatan masih impor. Kemudian, alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia juga masih didominasi dari luar negeri. Karena itu, Maruf mendorong riset dalam negeri untuk kebutuhan komponen kesehatan.
"Pandemi COVID-19 juga menyadarkan kita bahwa kemandirian dalam bidang kesehatan menjadi sangat penting, yang meliputi ketersediaan SDM, obat-obatan, dan alat kesehatan, serta kemampuan riset termasuk surveilan genomik," katanya saat menjadi keynote speech pada webinar UI bertajuk 'Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045", Kamis (24/3/2021).
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Indonesia 2019, jumlah SDM Kesehatan sebanyak 1.182.024 orang, yang terdiri dari 73,13% tenaga kesehatan dan 26,87% tenaga penunjang kesehatan. Namun demikian, sebaran tenaga kesehatan khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) masih menjadi masalah. Laporan itu juga menyebutkan jika 19,7% puskesmas masih kekurangan dokter, dan 65,6% puskesmas masih belum memiliki jumlah tenaga preventif dan promotif yang lengkap.
Baca juga: Ketahanan Kesehatan Terakselerasi di Masa Pandemi
Selain masalah SDM, kemandirian juga tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan obat dan vaksin esensial yang terjangkau dan berkualitas untuk seluruh penduduk. Upaya mendorong kemandirian produksi obat khususnya obat generik, menjadi sangat mendesak untuk dilakukan.
"Menurut data Kementerian Perindustrian saat ini terdapat 178 perusahaan farmasi swasta nasional, 24 perusahaan multi-nasional dan 4 BUMN pada tahun 2019. Namun 90% bahan baku obat-obatan masih diimpor dari luar negeri," katanya.
Sama seperti yang terjadi dengan obat, sekitar 94% alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor. Sampai saat ini alkes yang diproduksi di dalam negeri masih didominasi oleh produk-produk dasar dengan teknologi sederhana, dengan angka pertumbuhan industri alkes mencapai 12% setiap tahunnya.
Baca juga: Industri Alat Kesehatan Kian Canggih dengan Artificial Intelligence
Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas lembaga riset termasuk kapasitas surveilan genomik. Untuk itu berbagai lembaga seperti Eijkman, Balitbangkes, Unair, UGM, UNS, LIPI, UIN, ITB, Universitas Tanjungpura, dan Mikrobiologi FKUI telah melakukan surveilan genomik di berbagai provinsi di Indonesia.
"Saya berharap kemampuan ini dan riset pengembangan alat-alat kesehatan serta obat-obatan terus ditingkatkan karena hal ini sangat vital bagi upaya kita membangun kemandirian kesehatan," katanya.
"Pandemi COVID-19 juga menyadarkan kita bahwa kemandirian dalam bidang kesehatan menjadi sangat penting, yang meliputi ketersediaan SDM, obat-obatan, dan alat kesehatan, serta kemampuan riset termasuk surveilan genomik," katanya saat menjadi keynote speech pada webinar UI bertajuk 'Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045", Kamis (24/3/2021).
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Indonesia 2019, jumlah SDM Kesehatan sebanyak 1.182.024 orang, yang terdiri dari 73,13% tenaga kesehatan dan 26,87% tenaga penunjang kesehatan. Namun demikian, sebaran tenaga kesehatan khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) masih menjadi masalah. Laporan itu juga menyebutkan jika 19,7% puskesmas masih kekurangan dokter, dan 65,6% puskesmas masih belum memiliki jumlah tenaga preventif dan promotif yang lengkap.
Baca juga: Ketahanan Kesehatan Terakselerasi di Masa Pandemi
Selain masalah SDM, kemandirian juga tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan obat dan vaksin esensial yang terjangkau dan berkualitas untuk seluruh penduduk. Upaya mendorong kemandirian produksi obat khususnya obat generik, menjadi sangat mendesak untuk dilakukan.
"Menurut data Kementerian Perindustrian saat ini terdapat 178 perusahaan farmasi swasta nasional, 24 perusahaan multi-nasional dan 4 BUMN pada tahun 2019. Namun 90% bahan baku obat-obatan masih diimpor dari luar negeri," katanya.
Sama seperti yang terjadi dengan obat, sekitar 94% alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor. Sampai saat ini alkes yang diproduksi di dalam negeri masih didominasi oleh produk-produk dasar dengan teknologi sederhana, dengan angka pertumbuhan industri alkes mencapai 12% setiap tahunnya.
Baca juga: Industri Alat Kesehatan Kian Canggih dengan Artificial Intelligence
Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas lembaga riset termasuk kapasitas surveilan genomik. Untuk itu berbagai lembaga seperti Eijkman, Balitbangkes, Unair, UGM, UNS, LIPI, UIN, ITB, Universitas Tanjungpura, dan Mikrobiologi FKUI telah melakukan surveilan genomik di berbagai provinsi di Indonesia.
"Saya berharap kemampuan ini dan riset pengembangan alat-alat kesehatan serta obat-obatan terus ditingkatkan karena hal ini sangat vital bagi upaya kita membangun kemandirian kesehatan," katanya.
(abd)
tulis komentar anda