MUI: Ini Indikator Wilayah yang Bisa Laksanakan Salat Idul Fitri

Senin, 18 Mei 2020 - 18:35 WIB
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Asrorun Ni’am Sholeh memberberkan indikator wilayah mana saja yang bisa melaksanakan salat Idul Fitri. Foto/SINDOnews/binti mufarida
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan Fatwa Ulama Nomor 28 Tahun 2020 tentang panduan Takbir dan juga salat Idul Fitri pada saat pandemi Covid-19.

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Asrorun Ni’am Sholeh memberberkan indikator wilayah mana saja yang bisa melaksanakan salat Idul Fitri. Menurut Asrorun, hukum salat Idul Fitri adalah sunah muakad. Sunah yang sangat dianjurkan karena ini bagian dari siar keagamaan. Disunahkan bagi setiap muslim yang laki, perempuan yang sedang berada di perjalanan, di rumah, yang sedang di rumah sakit dianjurkan kesunahan itu. (Baca juga: Fatwa MUI Tentang Panduan Takbir dan Salat Idul Fitri Saat Pandemi)

Salat Idul Fitri, kata Asrorun bisa dilaksanakan di tanah lapang, di masjid, di musala dan juga di rumah. ”Ini hukum asal, ini bukan dispensasi. Bisa dilaksanakan di luar, bisa dilaksanakan di dalam. Tetapi kalau ada kebutuhan untuk kepentingan keselamatan jiwa nanti ada ketentuan-ketentuan yang diatur berikutnya,” katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta (18/5/2020).



Selain itu, Asrorun mengatakan pada malam Idul Fitri diharapkan untuk menghidupkan malam Idul Fitri dengan takbir, tahmid dan juga tasbih sebagai simbol rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus berdoa agar Covid-19 bisa diangkat. (Baca juga: Bantu Masyarakat Terdampak Corona, MUI Imbau Muslim Segera Tunaikan Zakat)

Terkait pelaksanaan Idul Fitri di kawasan Covid-19, Asrorun menjelaskan, salat boleh dilaksanakan dengan cara berjamaah di tanah lapang, masjid, musala. “Kalau kita memilih tempat di luar rumah, maka harus ada kondisi salah satu di antara dua ini. Pertama kawasan sudah terkendali pada saat 1 Syawal nanti,” jelasnya.

Salah satu indikasinya, jelas Asrorun ditandai angka penularan sudah menunjukkan kecenderungan menurun dan ada public policy terkait anggaran aktivitas sosial yang memungkinkan terjadinya kerumunan. ”Berdasarkan apa? Berdasarkan otoritas yang punya kompetensi dan juga kredibilitas. Otoritas di bidang epidemiologi, otoritas di bidang kesehatan masyarakat yang amanah yang kompeten dan kredibel,” tegas Asrorun.

Kemudian kondisi yang kedua, jelas Asrorun adalah berada di kawasan terkendali atau kawasan yang bebas kafein dan diyakini tidak terdapat penularan. “Apakah ada? Karena masyarakat kita luas bangsa kita dengan daerah yang sangat luas tentu ada keragaman kondisi faktual nya. Seperti di kawasan pedesaan yang terisolasi, di Kepulauan terpencil atau Perumahan terbatas yang homogen yang tidak ada Covid-19, tidak ada korban, tidak ada terkena dan tidak ada orang lalu-lalang keluar masuk yang diduga menjadi carrier,” ungkap Asrorun.

Di sisi lain, salat Idul Fitri boleh dilaksanakan di rumah. Diutamakan bagi masyarakat yang berada di kawasan penyebaran penyakit yang belum terkendali. “Tetapi baik dilaksanakan di luar maupun di dalam rumah salat Idul Fitri harus melaksanakan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya potensi penularan,” katanya.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More