Soal Megawati Kecolongan 2 Kali, Sekjen PDIP: Pak SBY Memang Memiliki Desain Pencitraan Tersendiri
Rabu, 17 Februari 2021 - 18:23 WIB
JAKARTA - Mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie mengungkap pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada dirinya bahwa Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali. Hal ini terkait majunya SBY pada Pilpres 2004 yang menggandeng Jusuf Kalla (JK) .
Menanggapi hal itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan, 'Satyameva Jayate yang bermakna 'Hanya Kebenaran Yang Berjaya' merupakan semboyan bahasa Sansekerta. Kebijaksanaan ini mungkin sama dengan kebijaksanaan masyarakat Indonesia yang selalu percaya kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan pernyataan seperti 'Tangan Tuhan Bekerja' bahkan lewat cara yang kadang tak disangka manusia itu sendiri.
Hasto mengatakan, mungkin itu pula yang kini dirasakan masyarakat Indonesia ketika seorang Marzuki Alie menyampaikan kisah pengakuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membuat ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 'dua kali kecolongan'. Yakni pada tahun 2004, ketika maju sebagai calon presiden. Padahal tahun 2004, publik masih segar mengingat bahwa SBY yang bertindak sebagai seakan-akan sebagai sosok yang dizalimi.
Baca juga: Pengakuan Marzuki Alie Dinilai Ungkit Perseteruan SBY-Megawati
"Dalam politik kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan oleh Marzuki Ali tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY. Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut," tutur Hasto, Rabu (17/2/2021).
"Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah dizalimi oleh Bu Mega, ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," imbuh dia.
Baca juga: Soal Megawati Kecolongan 2 Kali, Pengamat Sebut SBY Perlu Klarifikasi
Menanggapi hal itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan, 'Satyameva Jayate yang bermakna 'Hanya Kebenaran Yang Berjaya' merupakan semboyan bahasa Sansekerta. Kebijaksanaan ini mungkin sama dengan kebijaksanaan masyarakat Indonesia yang selalu percaya kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan pernyataan seperti 'Tangan Tuhan Bekerja' bahkan lewat cara yang kadang tak disangka manusia itu sendiri.
Hasto mengatakan, mungkin itu pula yang kini dirasakan masyarakat Indonesia ketika seorang Marzuki Alie menyampaikan kisah pengakuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membuat ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 'dua kali kecolongan'. Yakni pada tahun 2004, ketika maju sebagai calon presiden. Padahal tahun 2004, publik masih segar mengingat bahwa SBY yang bertindak sebagai seakan-akan sebagai sosok yang dizalimi.
Baca juga: Pengakuan Marzuki Alie Dinilai Ungkit Perseteruan SBY-Megawati
"Dalam politik kami diajarkan moralitas politik yaitu satunya kata dan perbuatan. Apa yang disampaikan oleh Marzuki Ali tersebut menjadi bukti bagaimana hukum moralitas sederhana dalam politik itu tidak terpenuhi dalam sosok Pak SBY. Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut," tutur Hasto, Rabu (17/2/2021).
"Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah dizalimi oleh Bu Mega, ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," imbuh dia.
Baca juga: Soal Megawati Kecolongan 2 Kali, Pengamat Sebut SBY Perlu Klarifikasi
tulis komentar anda