Dalami Suap Ekspor Benih Lobster, KPK Panggil Pejabat KKP
Senin, 15 Februari 2021 - 12:14 WIB
JAKARTA - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) mengagendakan pemeriksaan terhadap Direktur Pemantauan dan Operasi Armada pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pung Nugroho Saksono, hari ini, Senin (15/2/2021). Sedianya, Pung diperiksa dalam kapasitasnya sebagai saksi.
Pung Saksono akan digali keterangannya terkait kasus dugaan suap pengurusan izin ekspor benih lobster (benur) tahun 2020. Keterangan Pung dibutuhkan untuk melengkapi berkas penyidikan tersangka mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (EP).
"Yang bersangkutan dipanggil sebagai saksi untuk melengkapi berkas penyidikan EP," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri melalui pesan singkatnya, Senin (15/2/2021).
Baca Juga: KPK Telisik Penggunaan Uang Suap Benur untuk Modifikasi Mobil Edhy Prabowo
Belum diketahui apa saja yang akan didalami penyidik terhadap kesaksian Pung Saksono. Pung merupakan salah satu pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dikabarkan ikut Edhy Prabowo lawatan ke Hawaii, Amerika Serikat.
Selain Pung Saksono, ada dua pejabat KKP lainnya yang juga turut ikut lawatan Edhy Prabowo ke Hawaii. Keduanya adalah Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dan Plt Dirjem Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi. Edhy Prabowo ditangkap oleh KPK sepulangnya dari Hawaii.
Sejauh ini, KPK menetapkan tujuh tersangka kasus dugaan suap terkait perizinan ekspor benih lobster. Ketujuh tersangka itu yakni, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (EP), Stafsus Menteri Kelautan dan Perikanan Safri (SAF) dan Andreau Misanta Pribadi (AMP).
Kemudian, Pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK) Siswadi (SWD), staf Istri Menteri Kelautan dan Perikanan, Ainul Faqih (AF), dan pihak swasta Amiril Mukminin (AM). Sementara, satu tersangka pemberi suap yakni, Direktur PT DPP Suharjito (SJT).
Edhy bersama Safri, Andreau Pribadi Misanta, Siswadi, Ainul Faqih, dan Amril Mukminin diduga menerima suap sebesar Rp10,2 miliar dan USD 100 ribu dari Suharjito. Suap tersebut diberikan agar Edhy memberikan izin kepada PT Dua Putra Perkasa Pratama untuk menerima izin sebagai eksportir benur.
Sebagian uang suap tersebut digunakan oleh Edhy dan istrinya, Iis Rosyati Dewi untuk belanja barang mewah di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 21-23 November 2020. Sekitar Rp750 juta digunakan untuk membeli jam tangan Rolex, tas Tumi dan Louis Vuitton serta baju Old Navy.
Pung Saksono akan digali keterangannya terkait kasus dugaan suap pengurusan izin ekspor benih lobster (benur) tahun 2020. Keterangan Pung dibutuhkan untuk melengkapi berkas penyidikan tersangka mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (EP).
"Yang bersangkutan dipanggil sebagai saksi untuk melengkapi berkas penyidikan EP," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri melalui pesan singkatnya, Senin (15/2/2021).
Baca Juga: KPK Telisik Penggunaan Uang Suap Benur untuk Modifikasi Mobil Edhy Prabowo
Belum diketahui apa saja yang akan didalami penyidik terhadap kesaksian Pung Saksono. Pung merupakan salah satu pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dikabarkan ikut Edhy Prabowo lawatan ke Hawaii, Amerika Serikat.
Selain Pung Saksono, ada dua pejabat KKP lainnya yang juga turut ikut lawatan Edhy Prabowo ke Hawaii. Keduanya adalah Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dan Plt Dirjem Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi. Edhy Prabowo ditangkap oleh KPK sepulangnya dari Hawaii.
Sejauh ini, KPK menetapkan tujuh tersangka kasus dugaan suap terkait perizinan ekspor benih lobster. Ketujuh tersangka itu yakni, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (EP), Stafsus Menteri Kelautan dan Perikanan Safri (SAF) dan Andreau Misanta Pribadi (AMP).
Kemudian, Pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK) Siswadi (SWD), staf Istri Menteri Kelautan dan Perikanan, Ainul Faqih (AF), dan pihak swasta Amiril Mukminin (AM). Sementara, satu tersangka pemberi suap yakni, Direktur PT DPP Suharjito (SJT).
Edhy bersama Safri, Andreau Pribadi Misanta, Siswadi, Ainul Faqih, dan Amril Mukminin diduga menerima suap sebesar Rp10,2 miliar dan USD 100 ribu dari Suharjito. Suap tersebut diberikan agar Edhy memberikan izin kepada PT Dua Putra Perkasa Pratama untuk menerima izin sebagai eksportir benur.
Sebagian uang suap tersebut digunakan oleh Edhy dan istrinya, Iis Rosyati Dewi untuk belanja barang mewah di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat pada 21-23 November 2020. Sekitar Rp750 juta digunakan untuk membeli jam tangan Rolex, tas Tumi dan Louis Vuitton serta baju Old Navy.
(zik)
tulis komentar anda