40 Hari Roy Janis, Tokoh yang Selalu Menghormati Seniornya
Jum'at, 05 Februari 2021 - 23:38 WIB
Novi, panggilan Noviantika ini menceritakan bahwa sejak 1988, ketika usianya masih 29 tahun, sudah bisa bergaul dengan Roy yang ketikaitu sudah menjadi Anggota MPR dan pada 1993 sudah masuk pengurus DPP.
"Saya bisa dibilang partneran dengan Mas Roy. Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro 58 tak mungkin jadi tonggak demokrasi jika tak ada Mas Roy," kata Novi.
Di bawah pimpinan Roy, PDIP memperoleh kursi di DPRD yang sangat besar yakni 33,3 persen. Ini pencapapain yang luar biasa. Lepas dari urusan politik, Novi menilai, Roy adalah orang yang sayang pada keluarganya, seprti diungkapkan anak-anaknya.
Politisi PDIP yang pernah menjadi Anggota DPR, Jacobus Mayong Padang juga hadir dan memberikan testimoninya berupa pengalaman bersama Mas Roy yang diumpamakan naik kendaraan butut untuk mencapai suatu tujuan, setelah tercapai, kendaraan itu dimasukkan bengkel dan keluar, sudah bagus.
"Kendaraan butut itu adalah partai PDI/PDIP yang kemudian menjadi idola wong cilik di masa reformasi hingga kini. Sesungguhnya perjuangan itu butuh pengabdian terutama menghadapi masa-masa sulit," ungkapnya.
Mengenai sosok Roy, dengan tegas Jacobus menyatakan bahwa Roy Janis adalah figur pemimpin yang punya tanggungjawab dan kepemimpinan yang tegas. Dia berani menentang keputusan DPP karena menurutnya keputusan itu harus dikoreksi. "Itulah pemimpin, punya keberanian dan tanggungjawab," katanya.
Selain testimoni dari kolega temen partai, wartawan, dan sahabat, acara ini jadi sarana bagi keluarga untuk mengungkapkan sosok Roy sebagai kepala keluarga dan ayah yang mencintai anak-anaknya. Sang Isteri, Jeni Janis mengawali acara dengan menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang suami hingga akhir hayat, lalu doa oleh ustadz Yusuf Daud.
Ketiga puteri beliau dan juga menantu mengungkapkan kesan-kesannya pada sang ayah tercinta. Puteri pertama, Ratih Janis mengatakan, ayahnya merupakan sosok yang sangat demokrastis didalam keluarga dan sangat menghargai pikiran anak-anaknya.
"Jadi, kita malah sering diskusi secara terbuka. Tapi karena ayah berasal dari Sulawesi dan pembawaannya agak tegas,keliatan agak sangar, padahal dia sangat sayang pada kita," kata Ratih yang sering diajak 'blusukan' mengikuti kegiatan politik ayahnya padahal ketika itu dia belum begitu paham.
Baca juga: Prof. Firmanzah: Ekonom, Dekan, dan Rektor yang Wafat di Usia Muda
"Saya bisa dibilang partneran dengan Mas Roy. Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro 58 tak mungkin jadi tonggak demokrasi jika tak ada Mas Roy," kata Novi.
Di bawah pimpinan Roy, PDIP memperoleh kursi di DPRD yang sangat besar yakni 33,3 persen. Ini pencapapain yang luar biasa. Lepas dari urusan politik, Novi menilai, Roy adalah orang yang sayang pada keluarganya, seprti diungkapkan anak-anaknya.
Politisi PDIP yang pernah menjadi Anggota DPR, Jacobus Mayong Padang juga hadir dan memberikan testimoninya berupa pengalaman bersama Mas Roy yang diumpamakan naik kendaraan butut untuk mencapai suatu tujuan, setelah tercapai, kendaraan itu dimasukkan bengkel dan keluar, sudah bagus.
"Kendaraan butut itu adalah partai PDI/PDIP yang kemudian menjadi idola wong cilik di masa reformasi hingga kini. Sesungguhnya perjuangan itu butuh pengabdian terutama menghadapi masa-masa sulit," ungkapnya.
Mengenai sosok Roy, dengan tegas Jacobus menyatakan bahwa Roy Janis adalah figur pemimpin yang punya tanggungjawab dan kepemimpinan yang tegas. Dia berani menentang keputusan DPP karena menurutnya keputusan itu harus dikoreksi. "Itulah pemimpin, punya keberanian dan tanggungjawab," katanya.
Selain testimoni dari kolega temen partai, wartawan, dan sahabat, acara ini jadi sarana bagi keluarga untuk mengungkapkan sosok Roy sebagai kepala keluarga dan ayah yang mencintai anak-anaknya. Sang Isteri, Jeni Janis mengawali acara dengan menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang suami hingga akhir hayat, lalu doa oleh ustadz Yusuf Daud.
Ketiga puteri beliau dan juga menantu mengungkapkan kesan-kesannya pada sang ayah tercinta. Puteri pertama, Ratih Janis mengatakan, ayahnya merupakan sosok yang sangat demokrastis didalam keluarga dan sangat menghargai pikiran anak-anaknya.
"Jadi, kita malah sering diskusi secara terbuka. Tapi karena ayah berasal dari Sulawesi dan pembawaannya agak tegas,keliatan agak sangar, padahal dia sangat sayang pada kita," kata Ratih yang sering diajak 'blusukan' mengikuti kegiatan politik ayahnya padahal ketika itu dia belum begitu paham.
Baca juga: Prof. Firmanzah: Ekonom, Dekan, dan Rektor yang Wafat di Usia Muda
tulis komentar anda