Dituduh Ingin Ambil Alih Demokrat, Moeldoko: Jadi Pemimpin Jangan Baperan
Senin, 01 Februari 2021 - 20:18 WIB
JAKARTA - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menjawab tudingan dirinya ingin mengambil alih Partai Demokrat.
Tuduhan itu terkait pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyatakan ada orang di lingkaran Istana yang berusaha untuk mengambil alih Partai Demokrat.
Moeldoko menduga tudingan tersebut berasal dari foto-foto pertemuan antara dirinya dengan pihak yang diduga ingin mengambil alih Partai Demokrat.
“Mungkin dasarnya foto-foto. Ya orang ada dari Indonesia Timur. Dari mana-mana datang ke sini kan pengin foto sama gue, sama saya. Ya saya terima saja apa susahnya. Itulah menunjukkan bahwa seorang jenderal tidak punya batas dengan siapa pun,” katanya dalam keterangan persnya, Senin (1/2/2021).
Dia mengatakan, sudah menjadi kebiasaan menerima tamu dari manapun dan siapa pun. Dia menyebut dirinya bukanlah orang yang membatasi diri.
“Jadi ceritanya begini beberapa kali memang banyak tamu berdatangan. Saya orang yang terbuka. Saya mantan Panglima TNI tapi saya tidak memberi batas pada siapa pun. Apalagi di rumah ini mau datang, terbuka 24 jam. Siapa pun,” ujarnya.
Moeldoko mengaku saat menerima tamu yang berasal dari Demokrat tidak dapat memastikan konteks pembicaraannya. Namun dia menyebut bahwa pertemuan tersebut berisi curhat terkait kondisi Partai Demokrat.
“Berikutnya pada curhat situasi yang dihadapi ya gue dengerin aja. Berikutnya ya ya sudah dengerin aja. Saya sih sebenarnya prihatin melihat situasi itu. Karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat,” tuturnya.
Dia mengaku tidak keberatan jika hasil pertemuan ini menjadi bahan gunjingan. Meski begitu Moeldoko mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus kuat dan tidak berlebihan atau baperan.
“Saran saya, jadi seorang pemimpin adalah seorang pemimpin yang kuat. Jangan mudah baperan. Jangan mudah terombang-ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya enggak boleh pergi kemana-mana ya diborgol saja kali. Itu,” tuturnya.
Tuduhan itu terkait pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyatakan ada orang di lingkaran Istana yang berusaha untuk mengambil alih Partai Demokrat.
Moeldoko menduga tudingan tersebut berasal dari foto-foto pertemuan antara dirinya dengan pihak yang diduga ingin mengambil alih Partai Demokrat.
“Mungkin dasarnya foto-foto. Ya orang ada dari Indonesia Timur. Dari mana-mana datang ke sini kan pengin foto sama gue, sama saya. Ya saya terima saja apa susahnya. Itulah menunjukkan bahwa seorang jenderal tidak punya batas dengan siapa pun,” katanya dalam keterangan persnya, Senin (1/2/2021).
Dia mengatakan, sudah menjadi kebiasaan menerima tamu dari manapun dan siapa pun. Dia menyebut dirinya bukanlah orang yang membatasi diri.
“Jadi ceritanya begini beberapa kali memang banyak tamu berdatangan. Saya orang yang terbuka. Saya mantan Panglima TNI tapi saya tidak memberi batas pada siapa pun. Apalagi di rumah ini mau datang, terbuka 24 jam. Siapa pun,” ujarnya.
Moeldoko mengaku saat menerima tamu yang berasal dari Demokrat tidak dapat memastikan konteks pembicaraannya. Namun dia menyebut bahwa pertemuan tersebut berisi curhat terkait kondisi Partai Demokrat.
“Berikutnya pada curhat situasi yang dihadapi ya gue dengerin aja. Berikutnya ya ya sudah dengerin aja. Saya sih sebenarnya prihatin melihat situasi itu. Karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat,” tuturnya.
Dia mengaku tidak keberatan jika hasil pertemuan ini menjadi bahan gunjingan. Meski begitu Moeldoko mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus kuat dan tidak berlebihan atau baperan.
“Saran saya, jadi seorang pemimpin adalah seorang pemimpin yang kuat. Jangan mudah baperan. Jangan mudah terombang-ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya enggak boleh pergi kemana-mana ya diborgol saja kali. Itu,” tuturnya.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda