Indonesia Ditimpa Banyak Bencana, 5 Pelaku Utama Ini Harus Bekerja Sama
Minggu, 17 Januari 2021 - 05:35 WIB
Dia menjabarkan, para pelaku utama mitigasi bencana itu, seharusnya juga selalu ingat akan tugasnya masing-masing. Sebagai contoh, kata Eko, para pelaku usaha tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan yang akan merusak alam sekitar.
"Warga pun juga begitu, harus mandiri. Jangan berpikirnya terlalu meminta harus di-service. Sama juga dengan media, jargon lama band news is a good news itu tentu tidak selayaknya dilakukan di dalam konteks bencana," tuturnya.
Eko menilai, banyaknya korban yang berjatuhan lantaran bentuk pembangunan yang dilakukan di sejumlah daerah tidak sesuai dengan tempatnya. Menurutnya, implementasi pembangunan itu bisa meniru di lokasi-lokasi rawan erupsi Gunung Merapi. Sedangkan, di bagian rawan tsunami, gempa, dan beberapa bencana lain belum dijadikan pertimbangan penting.
"Dalam pelaksanaan pembangunan misalnya di kawasan rawan gempa itu cenderung belum menjadi pertimbangan penting. Beda misalnya dengan kawasan erupsi Gunung Merapi, pertimbangannya lumayan serius, tsunami juga cenderung belum serius. Jadi hasil penelitian dan rekomendasi itu tidak cukup diimplementasikan dalam konteks pembangunan-pembangunan di daerah rawan," paparnya.
Meski demikian, dia mengapresiasi sifat masyarakat Indonesia yang filantropi atau mencintai sesama. Hal itulah yang sebenarnya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengarahkan masyarakatnya ke arah yang lebih baik.
"Kelebihan di Indonesia itu ya rasa filantropis, kemanusiaannya sangat tinggi. Ketinggian itu lah yang harusnya disyukuri dan apresiasi. Serta, perlu juga untuk diarahkan ke dalam hal-hal yang lebih baik," katanya.
"Warga pun juga begitu, harus mandiri. Jangan berpikirnya terlalu meminta harus di-service. Sama juga dengan media, jargon lama band news is a good news itu tentu tidak selayaknya dilakukan di dalam konteks bencana," tuturnya.
Eko menilai, banyaknya korban yang berjatuhan lantaran bentuk pembangunan yang dilakukan di sejumlah daerah tidak sesuai dengan tempatnya. Menurutnya, implementasi pembangunan itu bisa meniru di lokasi-lokasi rawan erupsi Gunung Merapi. Sedangkan, di bagian rawan tsunami, gempa, dan beberapa bencana lain belum dijadikan pertimbangan penting.
"Dalam pelaksanaan pembangunan misalnya di kawasan rawan gempa itu cenderung belum menjadi pertimbangan penting. Beda misalnya dengan kawasan erupsi Gunung Merapi, pertimbangannya lumayan serius, tsunami juga cenderung belum serius. Jadi hasil penelitian dan rekomendasi itu tidak cukup diimplementasikan dalam konteks pembangunan-pembangunan di daerah rawan," paparnya.
Meski demikian, dia mengapresiasi sifat masyarakat Indonesia yang filantropi atau mencintai sesama. Hal itulah yang sebenarnya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengarahkan masyarakatnya ke arah yang lebih baik.
"Kelebihan di Indonesia itu ya rasa filantropis, kemanusiaannya sangat tinggi. Ketinggian itu lah yang harusnya disyukuri dan apresiasi. Serta, perlu juga untuk diarahkan ke dalam hal-hal yang lebih baik," katanya.
(abd)
tulis komentar anda