SBY Catat 3 Tantangan 2021, Salah Satunya Bisa Bikin Indonesia Pecah
Jum'at, 08 Januari 2021 - 16:30 WIB
SBY menilai ada keretakan dalam kerukunan masyarakat atau harmoni sosial. Khususnya berkaitan dengan kerukunan masyarakat atau harmoni sosial yang menurutnya terasa retak dan jauh dari semangat persaudaraan kita sebagai bangsa,
Menurut pengamatan SBY, kondisi bermula dari tiga atau empat tahun lalu, tepatnya saat dinamika politik pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Sejak saat itu sepertinya terbangun jarak dan pemisah dalam kehidupan masyarakat.
(Baca juga : Menkes dan Menteri BUMN Datangi Gedung KPK, Ada Apa? )
Dia menilai telah terbentuk polarisasi yang tajam antarmasyarakat, baik karena faktor identitas, politik maupun ideologi. Masyarakat terbelah menjadi dua. Dia mengistilahkan "kita dan mereka, bahkan "kita lawan mereka."
"Bermula dari dinamika politik pada Pilkada Jakarta tahun 2017, sepertinya dalam kehidupan masyarakat kita terbangun jarak dan pemisah yang semestinya tak terjadi," tutur Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.(Baca juga: Khawatir Situasi Nasional, SBY Teringat Tahun 1964-1965 )
Menurut dia, sebagian menganggap mereka yang tidak sama identitasnya misalnya agama, partai politiknya dan juga garis ideologinya adalah lawan. Alhasil untuk bicara pun merasa tidak nyaman. Garis permusuhan ini bahkan menembus lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama, bahkan lingkaran-lingkaran keluarga.
"Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang harusnya menjadi contoh dalam persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini. Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita," tutur mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini.
Oleh karena itu, lanjut SBY, mumpung belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri ini, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus dilaksanakan.
"Something must be done. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar. Di sisi lain, jangan pula ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya," katanya.
Menurut pengamatan SBY, kondisi bermula dari tiga atau empat tahun lalu, tepatnya saat dinamika politik pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Sejak saat itu sepertinya terbangun jarak dan pemisah dalam kehidupan masyarakat.
(Baca juga : Menkes dan Menteri BUMN Datangi Gedung KPK, Ada Apa? )
Dia menilai telah terbentuk polarisasi yang tajam antarmasyarakat, baik karena faktor identitas, politik maupun ideologi. Masyarakat terbelah menjadi dua. Dia mengistilahkan "kita dan mereka, bahkan "kita lawan mereka."
"Bermula dari dinamika politik pada Pilkada Jakarta tahun 2017, sepertinya dalam kehidupan masyarakat kita terbangun jarak dan pemisah yang semestinya tak terjadi," tutur Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.(Baca juga: Khawatir Situasi Nasional, SBY Teringat Tahun 1964-1965 )
Menurut dia, sebagian menganggap mereka yang tidak sama identitasnya misalnya agama, partai politiknya dan juga garis ideologinya adalah lawan. Alhasil untuk bicara pun merasa tidak nyaman. Garis permusuhan ini bahkan menembus lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama, bahkan lingkaran-lingkaran keluarga.
"Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang harusnya menjadi contoh dalam persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini. Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita," tutur mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini.
Oleh karena itu, lanjut SBY, mumpung belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri ini, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus dilaksanakan.
"Something must be done. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar. Di sisi lain, jangan pula ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya," katanya.
(dam)
tulis komentar anda