Kader PKS Tak Berkibar di Survei Capres 2024, Pengamat Ungkap Penyebabnya
Rabu, 06 Januari 2021 - 12:50 WIB
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bertekad mengusung kader sendiri sebagai capres 2024 atau cawapres 2024. Namun, nama kader PKS belum mewarnai survei capres yang digelar sejumlah lembaga. Kenapa?
Dari rilis survei yang dipublikasikan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), memang ada nama mantan Presiden PKS M Sohibul Iman . Tapi, Sohibul Iman hanya masuk di bawah 20 besar figur, dan skornya 0,0 persen. Sementara, Presiden PKS Ahmad Syaikhu tak muncul di daftar survei.
Dosen Ilmu Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, secara kelembagaan PKS dianggap partai yang relatif stabil dan terinstitusionalisasi. "Dalam kondisi demikian, ketokohan menjadi tidak terlalu menonjol," tutur Bakir saat dihubungi SINDOnews, Rabu (6/1/2021).
( ).
Kata Bakir, pada level nasional PKS tidak secara khusus menyiapkan sosok kader maupun presiden mereka yang akan dijual ke publik. Terbukti, PKS memilih menjadi pengusung Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 dan 2019. "PKS lebih senang sebagai pendukung pada sosok luar sesuai selera," ujar pengajar Sosiologi Politik ini.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai secara ekstrem bahwa PKS memang miskin kader yang bisa dijual ke publik. "Karena figurnya kurang layak jual," tegas Ujang yang juga analis asal Universitas Al Azhar Indonesia itu.
( ).
Di sisi lain, Ujang juga mengungkapkan penyebab Presiden PKS atau kader-kader PKS kerap absen di survei. Ia menduga, PKS terlalu nyaman atau bahkan cenderung sudah terpapar pandangan publik sebagai partai dengan ceruk pemilih islam.
"Karena mereka merepresentasikan politik Islam yang kurang diterima oleh banyak kalangan nasionalis dan lain-lain," tandasnya.
Dari rilis survei yang dipublikasikan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), memang ada nama mantan Presiden PKS M Sohibul Iman . Tapi, Sohibul Iman hanya masuk di bawah 20 besar figur, dan skornya 0,0 persen. Sementara, Presiden PKS Ahmad Syaikhu tak muncul di daftar survei.
Dosen Ilmu Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, secara kelembagaan PKS dianggap partai yang relatif stabil dan terinstitusionalisasi. "Dalam kondisi demikian, ketokohan menjadi tidak terlalu menonjol," tutur Bakir saat dihubungi SINDOnews, Rabu (6/1/2021).
( ).
Kata Bakir, pada level nasional PKS tidak secara khusus menyiapkan sosok kader maupun presiden mereka yang akan dijual ke publik. Terbukti, PKS memilih menjadi pengusung Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 dan 2019. "PKS lebih senang sebagai pendukung pada sosok luar sesuai selera," ujar pengajar Sosiologi Politik ini.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai secara ekstrem bahwa PKS memang miskin kader yang bisa dijual ke publik. "Karena figurnya kurang layak jual," tegas Ujang yang juga analis asal Universitas Al Azhar Indonesia itu.
( ).
Di sisi lain, Ujang juga mengungkapkan penyebab Presiden PKS atau kader-kader PKS kerap absen di survei. Ia menduga, PKS terlalu nyaman atau bahkan cenderung sudah terpapar pandangan publik sebagai partai dengan ceruk pemilih islam.
"Karena mereka merepresentasikan politik Islam yang kurang diterima oleh banyak kalangan nasionalis dan lain-lain," tandasnya.
(zik)
tulis komentar anda