Punya Modal Politik Tak Jamin Langkah AHY Mulus di Pilpres 2024
Minggu, 03 Januari 2021 - 12:56 WIB
JAKARTA - Ketua umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai belum layak dijagokan sebagai kandidat calon presiden atau calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Putra sulung Presiden ke-6 Indonesia itu masih "miskin" pengalaman di bidang pemerintahan sipil. AHY dinilai perlu bersabar dulu. Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (Sudra) Fadhli Harahab.
"Kalau bicara kelayakan, AHY belum teruji. Dia belum pernah menjadi pengambil kebijakan di lembaga publik manapun, bahkan AHY sendiri baru terlibat politik praktis sejak dia memutuskan mundur dari institusi militer," ujarnya kepada SINDOnews, Minggu (1/12/2020).( )
Fadhli mengatakan, meski namanya kerap masuk dalam survei capres/cawapres potensial di 2024, bukan berarti AHY lantas dinilai layak menjadi presiden dan wakil presiden. "Kalau bicara potensi, AHY memang sudah ada. Modal politik juga punya. Tetapi soal kelayakan secara objektif tentu harus diuji, dan AHY belum punya itu," kata Fadhli.
Momentum perombakan ataureshuffle kabinet Indoneaia maju baru-baru ini seharusnya menjadi batu loncatan bagi AHY untuk membuktikan dirinya layak untuk mencalonkan diri menjadi presiden pada 2014 mendatang. "Itu momentumnya. Sayang sekali reshuffleterlewatkan juga," kata analis politik asal UIN Jakarta ini.
Alhasil, momentum uji kelayakan yang semestinya dimanfaatkan sebaik mungkin menjadi seperti jalur bebas hambatan. Fadhli pun memprediksi AHY tidak akan menjadi apa-apa di Pilpres 2024 mendatang. AHY disebut tidak akan mampu bersaing dengan kandidat lain yang sudah teruji dan memiliki elektabilitas dan kapabilitas.
"Aku kira paling banter AHY hanya akan jadi menteri. Itu pun kalau Demokrat tepat memilih kawan koalisi," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai saat ini peluang AHY masih harus diuji oleh beberapa aspek. Antara lain, kata dia, sisi elektabilitas yang harus terus digenjot.
Menurut Dedi, meski saat ini AHY punya banyak pilihan untuk memilih calon pendampingnya, tapi ia juga harus mengukur diri. "Sulit memadukan AHY dengan tokoh non-parpol saat Demokrat tidak dominan di pemilu," kata Dedi saat dihubungi terpisah.
Jika merujuk pada hasil sejumlah lembaga survei, sambung dia, ada beberapa nama yang muncul untuk menjadi pilihan AHY. Nama-nama itu sebatas dari kalangan profesional, yang tampaknya juga gagal mengerek elektabilitas mereka. Sebut saja, katanya, Susi Pudjiastuti, Erick Thohir, Sri Mulyani, Mahfud MD dan menteri lain yang saat ini berada dalam anggota kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.
Namun demikian, fakta itu juga tak menjadi jaminan jika simulasinya dilakukan saat ini. "Kalau dipaksakan akan serasa Prabowo-Sandi di Pilpres 2019, saat itu Sandiaga hanya punya basis dukungan popularitas personal, dan hasilnya tidak maksimal. Hal ini akan terjadi pada AHY jika berpasangan dengan profesional," tutur Dedi.
Putra sulung Presiden ke-6 Indonesia itu masih "miskin" pengalaman di bidang pemerintahan sipil. AHY dinilai perlu bersabar dulu. Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (Sudra) Fadhli Harahab.
"Kalau bicara kelayakan, AHY belum teruji. Dia belum pernah menjadi pengambil kebijakan di lembaga publik manapun, bahkan AHY sendiri baru terlibat politik praktis sejak dia memutuskan mundur dari institusi militer," ujarnya kepada SINDOnews, Minggu (1/12/2020).( )
Fadhli mengatakan, meski namanya kerap masuk dalam survei capres/cawapres potensial di 2024, bukan berarti AHY lantas dinilai layak menjadi presiden dan wakil presiden. "Kalau bicara potensi, AHY memang sudah ada. Modal politik juga punya. Tetapi soal kelayakan secara objektif tentu harus diuji, dan AHY belum punya itu," kata Fadhli.
Momentum perombakan ataureshuffle kabinet Indoneaia maju baru-baru ini seharusnya menjadi batu loncatan bagi AHY untuk membuktikan dirinya layak untuk mencalonkan diri menjadi presiden pada 2014 mendatang. "Itu momentumnya. Sayang sekali reshuffleterlewatkan juga," kata analis politik asal UIN Jakarta ini.
Alhasil, momentum uji kelayakan yang semestinya dimanfaatkan sebaik mungkin menjadi seperti jalur bebas hambatan. Fadhli pun memprediksi AHY tidak akan menjadi apa-apa di Pilpres 2024 mendatang. AHY disebut tidak akan mampu bersaing dengan kandidat lain yang sudah teruji dan memiliki elektabilitas dan kapabilitas.
"Aku kira paling banter AHY hanya akan jadi menteri. Itu pun kalau Demokrat tepat memilih kawan koalisi," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai saat ini peluang AHY masih harus diuji oleh beberapa aspek. Antara lain, kata dia, sisi elektabilitas yang harus terus digenjot.
Menurut Dedi, meski saat ini AHY punya banyak pilihan untuk memilih calon pendampingnya, tapi ia juga harus mengukur diri. "Sulit memadukan AHY dengan tokoh non-parpol saat Demokrat tidak dominan di pemilu," kata Dedi saat dihubungi terpisah.
Jika merujuk pada hasil sejumlah lembaga survei, sambung dia, ada beberapa nama yang muncul untuk menjadi pilihan AHY. Nama-nama itu sebatas dari kalangan profesional, yang tampaknya juga gagal mengerek elektabilitas mereka. Sebut saja, katanya, Susi Pudjiastuti, Erick Thohir, Sri Mulyani, Mahfud MD dan menteri lain yang saat ini berada dalam anggota kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.
Namun demikian, fakta itu juga tak menjadi jaminan jika simulasinya dilakukan saat ini. "Kalau dipaksakan akan serasa Prabowo-Sandi di Pilpres 2019, saat itu Sandiaga hanya punya basis dukungan popularitas personal, dan hasilnya tidak maksimal. Hal ini akan terjadi pada AHY jika berpasangan dengan profesional," tutur Dedi.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda