Hanya 37% Bersedia Divaksinasi COVID-19, Eikjman: Artinya Cuma 96 Juta Orang Mau Divaksinasi
Selasa, 22 Desember 2020 - 16:55 WIB
JAKARTA - Saiful Mujani Research & Consulting ( SMRC ) mengeluarkan hasil survei bahwa hanya 37% masyarakat yang bersedia dengan mantab disuntik vaksin atau divaksinasi COVID-19 .
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio pun mengatakan untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta orang membutuhkan 175 juta yang divaksinasi. (Baca juga: Survei SMRC, Masih Ada 33% Masyarakat Belum Tahu Program Vaksinasi COVID-19)
“Nah, padahal selama ini kita ketahui untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok, membutuhkan untuk vaksinasi sekitar 175 juta orang untuk divaksinasi. Yang mantap yang bilang iya mau divaksinasi cuma 37%. Artinya Cuma ada 96 juta orang dari 260 juta itu yang mau divaksinasi,” ujar Amin dalam rilis Survei SMRC “Vaksin dan Vaksinasi COVID-19: Sikap Publik Nasional”, secara virtual, Selasa (22/12/2020).
Amin mengatakan hanya 37% masyarakat yang mau divaksin ini juga sejalan dengan data SMRC dimana masih ada 28% masyarakat yang tidak percaya COVID-19. “Karena kalau saya dari hasil kita mulai dari yang tidak takut tentang COVID-19 28%.”
“Dan itu sudah berarti kalau kita terjemahkan ke yang angka carriernya ada 72,8 juta orang Indonesia yang masih menganggap mungkin COVID-19 ini bukan masalah. Kalau nggak salah survei yang lalu juga menunjukkan sekitar 30% percaya bahwa COVID-19 ini tidak ada. Nah itu yang mengakibatkan kesulitan,” jelas Amin.
Namun, Amin mengatakan dengan hasil rilis ini bisa mengetahui tingkat kepercayaan publik terhadap program vaksinasi COVID-19. “Menarik sekali hasil survei ini jadi kita bisa tahu sebetulnya pendapat masyarakat terhadap vaksin itu bagaimana berbagai sudut,” katanya.
Sehingga, kata Amin, dari data ini harus ditindaklanjuti dengan mengambil skema agar penerimaan vaksinasi semakin tinggi. “Di mana kita bisa melihat ada satu sisi mereka yang betul-betul tidak mau divaksin, ada yang juga dengan mantab akan menerima vaksin. Tapi juga di antaranya cukup banyak kalau kita lihat masih ragu, ada yang ragu-ragu ke arah menolak, atau ragu-ragu ke arah menerima. Ini yang mungkin perlu digali.” (Baca juga: VatikanPerbolehkan Vaksin COVID-19 Gunakan Sel Janin yang Diaborsi)
Amin pun akan mengkomunikasi hasil survei ini dengan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk mengambil langkah selanjutnya dalam mendukung program vaksinasi COVID-19. “Barangkali kita harus memanfaatkan hasil survei ini untuk bisa meminta para dokter yang dipercaya oleh masyarakat menggiring agar masyarakat mau divaksinasi. Hasil survei ini nanti akan saya komunikasikan dengan ITAGI supaya menjadi perhatian,” tegas Amin.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio pun mengatakan untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta orang membutuhkan 175 juta yang divaksinasi. (Baca juga: Survei SMRC, Masih Ada 33% Masyarakat Belum Tahu Program Vaksinasi COVID-19)
“Nah, padahal selama ini kita ketahui untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok, membutuhkan untuk vaksinasi sekitar 175 juta orang untuk divaksinasi. Yang mantap yang bilang iya mau divaksinasi cuma 37%. Artinya Cuma ada 96 juta orang dari 260 juta itu yang mau divaksinasi,” ujar Amin dalam rilis Survei SMRC “Vaksin dan Vaksinasi COVID-19: Sikap Publik Nasional”, secara virtual, Selasa (22/12/2020).
Amin mengatakan hanya 37% masyarakat yang mau divaksin ini juga sejalan dengan data SMRC dimana masih ada 28% masyarakat yang tidak percaya COVID-19. “Karena kalau saya dari hasil kita mulai dari yang tidak takut tentang COVID-19 28%.”
“Dan itu sudah berarti kalau kita terjemahkan ke yang angka carriernya ada 72,8 juta orang Indonesia yang masih menganggap mungkin COVID-19 ini bukan masalah. Kalau nggak salah survei yang lalu juga menunjukkan sekitar 30% percaya bahwa COVID-19 ini tidak ada. Nah itu yang mengakibatkan kesulitan,” jelas Amin.
Namun, Amin mengatakan dengan hasil rilis ini bisa mengetahui tingkat kepercayaan publik terhadap program vaksinasi COVID-19. “Menarik sekali hasil survei ini jadi kita bisa tahu sebetulnya pendapat masyarakat terhadap vaksin itu bagaimana berbagai sudut,” katanya.
Sehingga, kata Amin, dari data ini harus ditindaklanjuti dengan mengambil skema agar penerimaan vaksinasi semakin tinggi. “Di mana kita bisa melihat ada satu sisi mereka yang betul-betul tidak mau divaksin, ada yang juga dengan mantab akan menerima vaksin. Tapi juga di antaranya cukup banyak kalau kita lihat masih ragu, ada yang ragu-ragu ke arah menolak, atau ragu-ragu ke arah menerima. Ini yang mungkin perlu digali.” (Baca juga: VatikanPerbolehkan Vaksin COVID-19 Gunakan Sel Janin yang Diaborsi)
Amin pun akan mengkomunikasi hasil survei ini dengan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk mengambil langkah selanjutnya dalam mendukung program vaksinasi COVID-19. “Barangkali kita harus memanfaatkan hasil survei ini untuk bisa meminta para dokter yang dipercaya oleh masyarakat menggiring agar masyarakat mau divaksinasi. Hasil survei ini nanti akan saya komunikasikan dengan ITAGI supaya menjadi perhatian,” tegas Amin.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
(kri)
tulis komentar anda