Menjaga Keagungan dan Keluhuran Dakwah
Kamis, 03 Desember 2020 - 10:20 WIB
JAKARTA - Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak kepada kebaikan. Mengajak kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Dakwah tidak sekadar menyampaikan, tetapi juga menanamkan nilai.
Dakwah juga harusnya membawa rahmat kepada umatnya, bukan laknat atau bahkan menghardik yang berbeda pandangan.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, KH Mohammad Dian Nafi mengatakan, dakwah harusnya dijaga keagungan dan keluhurannya sebagai tugas yang sangat mulia.
Menurut dia, dakwah hendaknya selalu dilaksanakan oleh para ulama dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan berbagi argumentasi secara terpelajar.
“Karenanya keteladanan menjadi kebutuhan niscaya di dalam kegiatan dakwah. Keteladanan memudahkan orang-orang menangkap contoh berupa keseharian sang pelaku dakwah,” tutur Mohammad Dian Nafi, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu 2 Desember 2020.
Dia menuturkan, yang dilihat oleh orang-orang adalah tutur kata, pola pikir, pola sikap, dan juga pilihan tindakannya sebagai pribadi dan tokoh masyarakat.( )
Menurut dia, para ulama atau juru dakwah juga hadir untuk mengisi kebutuhan masyarakat dalam lapis informasional, pergaulan, keilmuan dan keagamaan.
“Masyarakat sendiri mencermati, siapakah ulama yang menenteramkan dirinya untuk diikuti. Bahkan di banyak daerah ada keluarga ulama dari generasi ke generasi menjadi sandaran warga masyarakatnya juga dari generasi ke generasi mengikuti kultur sosial budaya masyarakat setempat,” tuturnya.
Menurut dia, dari hal itu masyarakat menaruh kepercayaan kepada para ulama. Karena dalam berbagai peran di berbagai lingkup kehidupan, para ulama selalu memberikan suluh penerang di saat masyarakat butuh pencerahan.
Dakwah juga harusnya membawa rahmat kepada umatnya, bukan laknat atau bahkan menghardik yang berbeda pandangan.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, KH Mohammad Dian Nafi mengatakan, dakwah harusnya dijaga keagungan dan keluhurannya sebagai tugas yang sangat mulia.
Menurut dia, dakwah hendaknya selalu dilaksanakan oleh para ulama dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan berbagi argumentasi secara terpelajar.
“Karenanya keteladanan menjadi kebutuhan niscaya di dalam kegiatan dakwah. Keteladanan memudahkan orang-orang menangkap contoh berupa keseharian sang pelaku dakwah,” tutur Mohammad Dian Nafi, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu 2 Desember 2020.
Dia menuturkan, yang dilihat oleh orang-orang adalah tutur kata, pola pikir, pola sikap, dan juga pilihan tindakannya sebagai pribadi dan tokoh masyarakat.( )
Menurut dia, para ulama atau juru dakwah juga hadir untuk mengisi kebutuhan masyarakat dalam lapis informasional, pergaulan, keilmuan dan keagamaan.
“Masyarakat sendiri mencermati, siapakah ulama yang menenteramkan dirinya untuk diikuti. Bahkan di banyak daerah ada keluarga ulama dari generasi ke generasi menjadi sandaran warga masyarakatnya juga dari generasi ke generasi mengikuti kultur sosial budaya masyarakat setempat,” tuturnya.
Menurut dia, dari hal itu masyarakat menaruh kepercayaan kepada para ulama. Karena dalam berbagai peran di berbagai lingkup kehidupan, para ulama selalu memberikan suluh penerang di saat masyarakat butuh pencerahan.
tulis komentar anda