'Nganggur' Usai Jabat Gubernur pada 2022, Anies Masih Berpeluang Nyapres?
Minggu, 22 November 2020 - 09:30 WIB
Namun, di sini pula potensi kelemahan Anies sebagai kepala daerah yang berpeluang jadi capres. Ini juga berlaku bagi kepala daerah lain seperti Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.(
)
Jika pandemi berakhir atau ketika periode masa bakti sebagai gubernur berakhir, maka panggung politik pun akan surut.Anies akan mengakhiri jabatan pada 2022 atau dua tahun jelang pilpres.
Sedangkan Ganjar dan Ridwan Kamil, akan mengakhiri masa jabatan pada 2023, serta Khofifah pada 2024.
Menurut pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, kondisi tersebut akan membuat para gubernur jadi kehilangan “panggung” untuk menjaga elektabilitasnya.
Qodari menilai, elektabilitas para gubernur bisa saja turun jika pandemi berakhir karena selama ini eksposure memang paling banyak terjadi kepada mereka. Terlebih Anies dengan Jakarta yang eksposurenya nasional.
“Apakah elektabilitas gubernur ini akan bertahan atau tidak, kita lihat nanti karena untuk tampil di pilpres tentu tidak sekadar perlu momentum pandemi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Jika pun mampu mempertahankan elektabilitas, hambatan lain yang akan dihadapi Anies dan gubernur lain adalah dukungan partai politik. Sebagai figur nonparpol, mereka akan bersaing dengan elite parpol untuk mendapatkan jatah kursi capres.
Pada umumnya parpol telah memiliki calon yang tak lain adalah ketua umum masing-masing. Partai Gerindra misalnya, hampir pasti akan mengusung ketua umumya Prabowo Subianto. Partai Golkar pun demikian, akan mengajukan ketua umumnya Airlangga Hartarto. PDI Perjuangan kemungkinan akan mengusung Puan Maharani yang tak lain anak dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Partai menengah seperti Demokrat dan PKB sudah memiliki Agus Harimurti Yudhoyono dan Muhaimin Iskandar, minimal untuk jabatan cawapres.
Lalu kendaraan politik apa yang tersisa untuk capres dari nonparpol?
Satu-satunya jalan bagi figur seperti Anies dalam memperoleh karpet merah dari parpol adalah elektabilitas yang sangat tinggi. Ini sudah dibuktikan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2014. Saat itu, meski Jokowi yang juga gubernur DKI bukan elite parpol, namun dengan popularitas dan elektabilitas yang tinggi, dia akhirnya mampu menarik banyak partai untuk mendukungnya.( )
Jika pandemi berakhir atau ketika periode masa bakti sebagai gubernur berakhir, maka panggung politik pun akan surut.Anies akan mengakhiri jabatan pada 2022 atau dua tahun jelang pilpres.
Sedangkan Ganjar dan Ridwan Kamil, akan mengakhiri masa jabatan pada 2023, serta Khofifah pada 2024.
Menurut pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, kondisi tersebut akan membuat para gubernur jadi kehilangan “panggung” untuk menjaga elektabilitasnya.
Qodari menilai, elektabilitas para gubernur bisa saja turun jika pandemi berakhir karena selama ini eksposure memang paling banyak terjadi kepada mereka. Terlebih Anies dengan Jakarta yang eksposurenya nasional.
“Apakah elektabilitas gubernur ini akan bertahan atau tidak, kita lihat nanti karena untuk tampil di pilpres tentu tidak sekadar perlu momentum pandemi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Jika pun mampu mempertahankan elektabilitas, hambatan lain yang akan dihadapi Anies dan gubernur lain adalah dukungan partai politik. Sebagai figur nonparpol, mereka akan bersaing dengan elite parpol untuk mendapatkan jatah kursi capres.
Pada umumnya parpol telah memiliki calon yang tak lain adalah ketua umum masing-masing. Partai Gerindra misalnya, hampir pasti akan mengusung ketua umumya Prabowo Subianto. Partai Golkar pun demikian, akan mengajukan ketua umumnya Airlangga Hartarto. PDI Perjuangan kemungkinan akan mengusung Puan Maharani yang tak lain anak dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Partai menengah seperti Demokrat dan PKB sudah memiliki Agus Harimurti Yudhoyono dan Muhaimin Iskandar, minimal untuk jabatan cawapres.
Lalu kendaraan politik apa yang tersisa untuk capres dari nonparpol?
Satu-satunya jalan bagi figur seperti Anies dalam memperoleh karpet merah dari parpol adalah elektabilitas yang sangat tinggi. Ini sudah dibuktikan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2014. Saat itu, meski Jokowi yang juga gubernur DKI bukan elite parpol, namun dengan popularitas dan elektabilitas yang tinggi, dia akhirnya mampu menarik banyak partai untuk mendukungnya.( )
tulis komentar anda