Ridwan Kamil Akui Masyarakat Euforia Melihat Habib Rizieq dari Dekat
Jum'at, 20 November 2020 - 18:03 WIB
JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan laporan panitia kegiatan Habib Rizieq Shihab di Megamendung, Kabupaten Bogor sebatas salat Jumat dan peletakan batu pembangunan masjid.
”Laporan panitia ke camat satgas kabupaten hanya itu, bukan acara besar yang mengundang banyak orang, hanya acara rutin,” ujar Ridwan Kamil seusai memberikan klarifikasi atas permintaan polisi di Bareskrim Mabes Polri, Jumat (20/11/2020) petang.
(Baca: Ridwan Kamil Diperiksa di Bareskrim, Ini Penjelasan Mabes Polri)
Menurut dia, panitia juga telah diingatkan oleh Kodim soal potensi kerumunan massa dan tindakan pencegahan yang mesti dilakukan. Tetapi pada hari H kedatangan Habib Rizieq memang ada euphoria dari masyarakat yang ingin melihat secara langsung dan dari dekat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu. ”Itu membuat situasi masif, kira-kira gitu,” terang Ridwan Kamil.
Dalam kondisi massa yang begitu banyak, pelaksana di lapangan hanya punya dua pilihan untuk mengendalikannya, yaitu pendekatan humanis atau represif. ”Karena melihat massa besar dan cenderung membuat gesekan maka pilihan Kapolda Jabar saat itu adalah pedekatan humanis, walaupun pilihan itu ada konsekuensi dari internal polisi,” ujar mantan Wali Kota Bandung ini.
”Laporan panitia ke camat satgas kabupaten hanya itu, bukan acara besar yang mengundang banyak orang, hanya acara rutin,” ujar Ridwan Kamil seusai memberikan klarifikasi atas permintaan polisi di Bareskrim Mabes Polri, Jumat (20/11/2020) petang.
(Baca: Ridwan Kamil Diperiksa di Bareskrim, Ini Penjelasan Mabes Polri)
Menurut dia, panitia juga telah diingatkan oleh Kodim soal potensi kerumunan massa dan tindakan pencegahan yang mesti dilakukan. Tetapi pada hari H kedatangan Habib Rizieq memang ada euphoria dari masyarakat yang ingin melihat secara langsung dan dari dekat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu. ”Itu membuat situasi masif, kira-kira gitu,” terang Ridwan Kamil.
Dalam kondisi massa yang begitu banyak, pelaksana di lapangan hanya punya dua pilihan untuk mengendalikannya, yaitu pendekatan humanis atau represif. ”Karena melihat massa besar dan cenderung membuat gesekan maka pilihan Kapolda Jabar saat itu adalah pedekatan humanis, walaupun pilihan itu ada konsekuensi dari internal polisi,” ujar mantan Wali Kota Bandung ini.
(muh)
tulis komentar anda