Vaksin Efektif Cegah Penyakit Menular
Jum'at, 20 November 2020 - 08:22 WIB
JAKARTA - Selama ini vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi penyakit dan mengeradikasi penyakit menular.
Sudah lebih dari delapan bulan pandemi Covid-19 di tanah air belum juga usai. Penularan penyakit ini yang begitu mudah dan cepat membuat masyarakat resah. Belum adanya obat yang efektif menyembuhkan Covid-19 juga menjadi persoalan tersendiri. Kini masyarakat hanya berharap vaksin Covid-19 segera ditemukan. (Baca: Doa-doa Para Nabi yang Tercantum Dalam Alquran)
Beberapa perusahaan obat sudah mengklaim menemukan vaksin Covid-19. Namun sejauh ini belum ada yang sudah komplit melewati uji coba. Memang menghadapi pandemi ini, vaksinlah harapan masyarakat untuk menangkalnya.
Selama ini vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi penyakit dan mengeradikasi penyakit menular.
Melalui program Imunisasi masal, vaksin terbukti menekan penularan virus campak (measles) dan rubella (campak jerman) menggunakan vaksin MR. Faktor edukasi yang berkesinambungan dan konsisten juga harus dilakukan, untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi. Tidak semua kalangan masyarakat mampu menerima vaksin dengan suka rela sebagai hal yang positif dan melindungi.
Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Direktur RSUD Saiful Anwar Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur, mengatakan bahwa tidak semua orang mau anaknya diimunisasi. “Ini terjadi karena adanya ketidak tahuan soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Peran media untuk mengedukasi masyarakat sangat kuat,” katanya dalam acara Dialog Produktif bertema Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11). (Baca juga: Menggagas Pengganti Terbaik UN)
“Di Jawa Timur ada tiga kelompok besar masyarakat, di daerah barat disebut Mataraman, dimana biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah. Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli. Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura. Mereka biasanya mendengarkan tokoh-tokoh agama. Pendekatan kultural ini yang nantinya bakal didukung oleh media”, tambah Dr. Kohar
Wahyoe Boediwardhana, Jurnalis yang terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 dan saat ini bekerja sebagai wartawan harian nasional dalam acara yang sama juga mengatakan bahwa mengenalkan masyarakat terkait imunisasi ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua media.
Sudah lebih dari delapan bulan pandemi Covid-19 di tanah air belum juga usai. Penularan penyakit ini yang begitu mudah dan cepat membuat masyarakat resah. Belum adanya obat yang efektif menyembuhkan Covid-19 juga menjadi persoalan tersendiri. Kini masyarakat hanya berharap vaksin Covid-19 segera ditemukan. (Baca: Doa-doa Para Nabi yang Tercantum Dalam Alquran)
Beberapa perusahaan obat sudah mengklaim menemukan vaksin Covid-19. Namun sejauh ini belum ada yang sudah komplit melewati uji coba. Memang menghadapi pandemi ini, vaksinlah harapan masyarakat untuk menangkalnya.
Selama ini vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi penyakit dan mengeradikasi penyakit menular.
Melalui program Imunisasi masal, vaksin terbukti menekan penularan virus campak (measles) dan rubella (campak jerman) menggunakan vaksin MR. Faktor edukasi yang berkesinambungan dan konsisten juga harus dilakukan, untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi. Tidak semua kalangan masyarakat mampu menerima vaksin dengan suka rela sebagai hal yang positif dan melindungi.
Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Direktur RSUD Saiful Anwar Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur, mengatakan bahwa tidak semua orang mau anaknya diimunisasi. “Ini terjadi karena adanya ketidak tahuan soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Peran media untuk mengedukasi masyarakat sangat kuat,” katanya dalam acara Dialog Produktif bertema Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11). (Baca juga: Menggagas Pengganti Terbaik UN)
“Di Jawa Timur ada tiga kelompok besar masyarakat, di daerah barat disebut Mataraman, dimana biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah. Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli. Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura. Mereka biasanya mendengarkan tokoh-tokoh agama. Pendekatan kultural ini yang nantinya bakal didukung oleh media”, tambah Dr. Kohar
Wahyoe Boediwardhana, Jurnalis yang terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 dan saat ini bekerja sebagai wartawan harian nasional dalam acara yang sama juga mengatakan bahwa mengenalkan masyarakat terkait imunisasi ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua media.
tulis komentar anda