Revolusi Akhlak yang Digaungkan Habib Rizieq Dinilai Lebih ke Arah Politis
Senin, 16 November 2020 - 11:20 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra) Fadhli Harahab menilai wacana revolusi akhlak yang digaungkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) merupakan tafsiran subjektif dan sepihak.
Dia mengatakan, diskursus akhlak hanya dimaknai sesuai keinginan mereka sehingga mengalami pendangkalan dan kehilangan ruhnya. Bagaimana mungkin orang yang akan melakukan revolusi akhlak tetapi tidak mencerminkan akhlak itu sendiri.
"Akhlak mulia itu ruhnya kasih sayang, persatuan, mendamaikan. Sumbernya keluar dari hati yang bersih dan tercermin menjadi perbuatan yang mulia. Bukan sebaliknya," kata Fadhli kepada SINDOnews, Senin (16/11/2020).
Menurutnya, revolusi akhlak yang digaungkan HRS seperti bertolak belakang dari hal itu. "Saya melihat konsepnya (revolusi akhlak) suka-suka mereka. Makanya saya katakan revolusi akhlak ini dimaknai sepihak dan subjektif, sesuai keinginan mereka. Dan ini menyesatkan," kata dia.
( ).
Revolusi akhlak , lanjut Fadhli, bukanlah hal yang baru, ulama-ulama kompeten sudah mengajarkan itu berabad-abad lalu. Tetapi dalam konsep mengubah akhlak itu tidak ada yang 'ngumpulin massa' kemudian mengajak jihad. Tidak ada provokasi, teriak zalim, apalagi sampai mau konsolidasi keliling Indonesia menyebarkan gagasan revolusi akhlak.
( ).
Oleh sebab itu, revolusi akhlak yang digaungkan HRS dkk ini perlu dipertanyakan, bahkan perlu dicurigai. "Tendensi revolusi akhlak ini menurut saya kacau. Lebih ke arah politis ketimbang ingin mengubah akhlak," tandasnya.
Sebelumnya, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menjelaskan tahapan perubahan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan.
Habib Rizieq menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Alquran dan sunnah, enggak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamaian, menutup pintu rekonsiliasi," ujar Habib Rizieq saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV, Minggu (15/11/2020). ( )
Habib Rizieq bercerita, pada saat itu Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat ingin berperang. Namun Rasulullah menawarkan dialog terlebih dahulu kepada musuhnya untuk memeluk agama Islam. Jika musuh menyetujui, pertumpahan darah tidak perlu terjadi. Inilah cerminan akhlak Rasulullah. (
i)
"Jangankan revolusi, perang aja Nabi enggak pernah melupakan akhlak, lihat perang Nabi, Nabi mengajarkan para sahabat manakala dua pasukan sudah bertemu di medan tempur, antara pasukan Islam dan kafir, maka panglima pasukan Islam wajib menawarkan Islam terlebih dahulu kepada para musuh. Kalau mereka terima, cukup enggak boleh lanjut perang. Jadi Nabi dalam tiap medan tempur menawarkan dulu kenapa kita musti perang, kenapa kita tidak sama-sama beriman kepada Allah, kenapa kita tidak menjaga perdamaian, ini ajaran Nabi, saudara," tambahnya. ( ).
Dia mengatakan, diskursus akhlak hanya dimaknai sesuai keinginan mereka sehingga mengalami pendangkalan dan kehilangan ruhnya. Bagaimana mungkin orang yang akan melakukan revolusi akhlak tetapi tidak mencerminkan akhlak itu sendiri.
"Akhlak mulia itu ruhnya kasih sayang, persatuan, mendamaikan. Sumbernya keluar dari hati yang bersih dan tercermin menjadi perbuatan yang mulia. Bukan sebaliknya," kata Fadhli kepada SINDOnews, Senin (16/11/2020).
Menurutnya, revolusi akhlak yang digaungkan HRS seperti bertolak belakang dari hal itu. "Saya melihat konsepnya (revolusi akhlak) suka-suka mereka. Makanya saya katakan revolusi akhlak ini dimaknai sepihak dan subjektif, sesuai keinginan mereka. Dan ini menyesatkan," kata dia.
( ).
Revolusi akhlak , lanjut Fadhli, bukanlah hal yang baru, ulama-ulama kompeten sudah mengajarkan itu berabad-abad lalu. Tetapi dalam konsep mengubah akhlak itu tidak ada yang 'ngumpulin massa' kemudian mengajak jihad. Tidak ada provokasi, teriak zalim, apalagi sampai mau konsolidasi keliling Indonesia menyebarkan gagasan revolusi akhlak.
( ).
Oleh sebab itu, revolusi akhlak yang digaungkan HRS dkk ini perlu dipertanyakan, bahkan perlu dicurigai. "Tendensi revolusi akhlak ini menurut saya kacau. Lebih ke arah politis ketimbang ingin mengubah akhlak," tandasnya.
Sebelumnya, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menjelaskan tahapan perubahan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan.
Habib Rizieq menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Alquran dan sunnah, enggak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamaian, menutup pintu rekonsiliasi," ujar Habib Rizieq saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV, Minggu (15/11/2020). ( )
Habib Rizieq bercerita, pada saat itu Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat ingin berperang. Namun Rasulullah menawarkan dialog terlebih dahulu kepada musuhnya untuk memeluk agama Islam. Jika musuh menyetujui, pertumpahan darah tidak perlu terjadi. Inilah cerminan akhlak Rasulullah. (
Baca Juga
"Jangankan revolusi, perang aja Nabi enggak pernah melupakan akhlak, lihat perang Nabi, Nabi mengajarkan para sahabat manakala dua pasukan sudah bertemu di medan tempur, antara pasukan Islam dan kafir, maka panglima pasukan Islam wajib menawarkan Islam terlebih dahulu kepada para musuh. Kalau mereka terima, cukup enggak boleh lanjut perang. Jadi Nabi dalam tiap medan tempur menawarkan dulu kenapa kita musti perang, kenapa kita tidak sama-sama beriman kepada Allah, kenapa kita tidak menjaga perdamaian, ini ajaran Nabi, saudara," tambahnya. ( ).
(zik)
tulis komentar anda