Menlu Retno Sebut Presiden Jokowi Konsisten Sampaikan Tiga Isu Ini
Minggu, 15 November 2020 - 16:35 WIB
JAKARTA - Dalam waktu beberapa hari ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dan sejumlah KTT lain. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan bahwa ada tiga isu yang secara konsisten disampaikan Presiden Jokowi dalam KTT-KTT tersebut.
Pertama mengenai isu di bidang kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Pesan mengenai pentingnya memperhatikan kerja sama di bidang kesehatan, baik jangka pendek atau jangka panjang. Yakni membangun ketahanan kesehatan kawasan dan dunia,” katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (15/11/2020).
Kedua adalah mendorong kerjasama di bidang ekonomi. Utamanya dalam menangani dampak pandemi Covid-19. “Mendorong kerja sama untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. Kerja sama ini penting untuk terus dilakukan agar kondisi ekonomi dunia menjadi lebih baik. Tanpa mengorbankan ketaatan pada protokol kesehatan,” tutur Retno.
(Baca: Di KTT ASEAN-PBB, Jokowi Prihatin Intoleransi Atas Nama Agama Masih Terjadi)
Ketiga, adalah isu yang berkaitan dengan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan serta dunia.
“Mengenai pentingnya terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan dan dunia. Hal ini terus ditekankan presiden mengingat rivalitas antara kekuatan besar semakin menajam. Upaya untuk penanganan pandemi dan dampak ekonomi akan terhambat jika isu perdamaian dan stabilitas tidak terus dijaga,” ungkapnya.
Selain tiga isu itu, Retno mengatakan hal lain yang juga konsisten disampaikan Jokowi adalah isu sentralisasi dan soliditas ASEAN. Dia mengatakan bahwa Jokowi ingin agar ASEAN konsisten menjaga sentralitas dan soliditas.
“ASEAN harus memegang dan melaksanakan prinsip-prinsip yang sudah disepakati bersama. Misalnya, the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dan tidak membuka peluang negara manapun untuk menawar prinsip-prinsip tersebut. Sekali lagi we have to walk the talk,” katanya.
“Pesan lain yang mengemuka, adalah mengenai penghormatan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dan pentingnya memperkuat multikulturalisme juga mendapat penekanan di pidato presiden. Multilateralisme that delivers,” pungkasnya.
Pertama mengenai isu di bidang kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Pesan mengenai pentingnya memperhatikan kerja sama di bidang kesehatan, baik jangka pendek atau jangka panjang. Yakni membangun ketahanan kesehatan kawasan dan dunia,” katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (15/11/2020).
Kedua adalah mendorong kerjasama di bidang ekonomi. Utamanya dalam menangani dampak pandemi Covid-19. “Mendorong kerja sama untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. Kerja sama ini penting untuk terus dilakukan agar kondisi ekonomi dunia menjadi lebih baik. Tanpa mengorbankan ketaatan pada protokol kesehatan,” tutur Retno.
(Baca: Di KTT ASEAN-PBB, Jokowi Prihatin Intoleransi Atas Nama Agama Masih Terjadi)
Ketiga, adalah isu yang berkaitan dengan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan serta dunia.
“Mengenai pentingnya terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan dan dunia. Hal ini terus ditekankan presiden mengingat rivalitas antara kekuatan besar semakin menajam. Upaya untuk penanganan pandemi dan dampak ekonomi akan terhambat jika isu perdamaian dan stabilitas tidak terus dijaga,” ungkapnya.
Selain tiga isu itu, Retno mengatakan hal lain yang juga konsisten disampaikan Jokowi adalah isu sentralisasi dan soliditas ASEAN. Dia mengatakan bahwa Jokowi ingin agar ASEAN konsisten menjaga sentralitas dan soliditas.
“ASEAN harus memegang dan melaksanakan prinsip-prinsip yang sudah disepakati bersama. Misalnya, the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dan tidak membuka peluang negara manapun untuk menawar prinsip-prinsip tersebut. Sekali lagi we have to walk the talk,” katanya.
“Pesan lain yang mengemuka, adalah mengenai penghormatan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dan pentingnya memperkuat multikulturalisme juga mendapat penekanan di pidato presiden. Multilateralisme that delivers,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda