Usai Sembuh, Perempuan Cantik Ini Ceritakan Pengalamannya saat Sakit Corona
Minggu, 10 Mei 2020 - 15:01 WIB
JAKARTA - Bertarung melawan Covid-19 atau virus Corona bukan hal yang mudah sekaligus menjadi pelajaran penting bagi Sita Tyasutami. Apalagi setelah ia menyandang status Pasien 01 kasus Covid-19 di Indonesia. Tak hanya soal fisik yang diserang virus, namun kondisi psikis juga turut mempengaruhi keadaan yang harus dilaluinya.
Sita merupakan pasien kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Negara pada 2 Maret 2020.
Sita mengaku banyak teror dari media massa maupun orang-orang tak dikenalnya melalui jejaring sosial media dan aplikasi chat yang ia miliki. Cerita ini disampaikan di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, bahkan bayak yang berlomba menggali lebih jauh tentang apa, kapan dan bagaimana Sita tertular virus ini.
Perempuan berparas cantik ini mengakui, bahwa hal ini menjadi beban pikiran hingga stres ketika kasusnya terus dibicarakan. Bahkan ini yang membuat diri dan mentalnya semakin ciut. Hingga akhirnya ia putuskan untuk tidak melihat televisi, tidak bersosial media dan membatasi diri dengan alat perangkat komunikasi lainnya.
Sita menceritakan bahwa awalnya hampir sembuh namun mendadak drop karena tertekan dan merasa depresi. Namun, Sita mulai menyadari bahwa menghadapi virus ini dan status Pasien 01 adalah soal dua pilihan, yakni mau berfikir negatif atau positif.
"Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa mengambil dan melihat semuanya secara negatif atau melihat semua secara positif," jelas Sita. (Baca juga: Kementerian/Lembaga Harus Gunakan Wewenangnya Usut Pelarungan Jenazah ABK Indonesia)
Sita mengakui bahwa pikiran menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dan pemulihannya. "Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh. Sebaliknya, dengan berpikiran positif, maka tubuh seakan merespon bentuk baik itu sehingga virus dapat ditaklukan. Karena itu kan menurunkan imune system, ya. Jadi, memang akhirnya gejala-gejala yang sudah hilang, kembali lagi," katanya.
Setelah menyadari, maka Sita menggunakan waktu sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari. "Di saat saya bisa (berpikiran) positif dan saya mulai semangat untuk sembuh, saya di dalam isolasi saya melakukan yoga, olahraga sedikit-sedikit, saya menari, saya nyanyi, semua saya lakukan aktif," jelas Sita.
Bagi Sita bentuk support dari keluarga juga menjadi penting. Ia tidak bisa terus menerus mengurung diri dan membiarkan diriya stres. "Tapi emang kemudian saya bisa ambil positifnya, karena memang dari dukungan keluarga yang bilang, OK, Sita ini sudah terlanjur semua orang tahu kita gunakan ini positive campaign, untuk mengurangi kepanikan di masyarakat." ungkapnya.
"Baru, akhirnya saya bisa mengaktifkan kembali social media saya dan saya ubah mindset saya untuk melakukan hal yang positif terus, gitu bagi keluarga, maupun ya bangsa Indonesia," tambahnya.
Bagi Sita, terinfeksi virus ini tentunya bukan harapan bagi dirinya dan setiap orang. Ia mengatakan terpapar virus ini juga bukanlah sebuah aib. Semua itu bukan pilihan bagi semua orang. Oleh sebab itu, ia berharap agar semua orang dapat bergotong royong untuk memutus rantai penularan.
"Ini saatnya kita kembali gotong royong dari rumah masing-masing untuk sama-sama memutus rantai penyebaran virus Covid-19," katanya.
Sita merupakan pasien kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Negara pada 2 Maret 2020.
Sita mengaku banyak teror dari media massa maupun orang-orang tak dikenalnya melalui jejaring sosial media dan aplikasi chat yang ia miliki. Cerita ini disampaikan di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, bahkan bayak yang berlomba menggali lebih jauh tentang apa, kapan dan bagaimana Sita tertular virus ini.
Perempuan berparas cantik ini mengakui, bahwa hal ini menjadi beban pikiran hingga stres ketika kasusnya terus dibicarakan. Bahkan ini yang membuat diri dan mentalnya semakin ciut. Hingga akhirnya ia putuskan untuk tidak melihat televisi, tidak bersosial media dan membatasi diri dengan alat perangkat komunikasi lainnya.
Sita menceritakan bahwa awalnya hampir sembuh namun mendadak drop karena tertekan dan merasa depresi. Namun, Sita mulai menyadari bahwa menghadapi virus ini dan status Pasien 01 adalah soal dua pilihan, yakni mau berfikir negatif atau positif.
"Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa mengambil dan melihat semuanya secara negatif atau melihat semua secara positif," jelas Sita. (Baca juga: Kementerian/Lembaga Harus Gunakan Wewenangnya Usut Pelarungan Jenazah ABK Indonesia)
Sita mengakui bahwa pikiran menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dan pemulihannya. "Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh. Sebaliknya, dengan berpikiran positif, maka tubuh seakan merespon bentuk baik itu sehingga virus dapat ditaklukan. Karena itu kan menurunkan imune system, ya. Jadi, memang akhirnya gejala-gejala yang sudah hilang, kembali lagi," katanya.
Setelah menyadari, maka Sita menggunakan waktu sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari. "Di saat saya bisa (berpikiran) positif dan saya mulai semangat untuk sembuh, saya di dalam isolasi saya melakukan yoga, olahraga sedikit-sedikit, saya menari, saya nyanyi, semua saya lakukan aktif," jelas Sita.
Bagi Sita bentuk support dari keluarga juga menjadi penting. Ia tidak bisa terus menerus mengurung diri dan membiarkan diriya stres. "Tapi emang kemudian saya bisa ambil positifnya, karena memang dari dukungan keluarga yang bilang, OK, Sita ini sudah terlanjur semua orang tahu kita gunakan ini positive campaign, untuk mengurangi kepanikan di masyarakat." ungkapnya.
"Baru, akhirnya saya bisa mengaktifkan kembali social media saya dan saya ubah mindset saya untuk melakukan hal yang positif terus, gitu bagi keluarga, maupun ya bangsa Indonesia," tambahnya.
Bagi Sita, terinfeksi virus ini tentunya bukan harapan bagi dirinya dan setiap orang. Ia mengatakan terpapar virus ini juga bukanlah sebuah aib. Semua itu bukan pilihan bagi semua orang. Oleh sebab itu, ia berharap agar semua orang dapat bergotong royong untuk memutus rantai penularan.
"Ini saatnya kita kembali gotong royong dari rumah masing-masing untuk sama-sama memutus rantai penyebaran virus Covid-19," katanya.
(maf)
tulis komentar anda