Dampak Corona Bukan Hanya Soal Medis tapi Menyangkut Banyak Aspek
Minggu, 10 Mei 2020 - 14:02 WIB
JAKARTA - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengungkapkan, bahwa pandemi Covid-19 atau virus Corona, yang sedang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia bukan hanya mencakup persoalan medis namun juga multidimensi yakni masalah ekonomi, budaya juga psikologis.
"Jadikan kita paham, bahwa pandemi Covid-19 ini bukan hanya sebagai gejala medis semata. Jadikan ini adalah gejala multidimensi, mencakup juga rawan sosial ekonomi, masalah budaya dan tentu juga masalah psikologis. Jadi ini saling kait mengkait,” kata Hamdi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (10/5/2020).
Hamdi mengatakan, kondisi pandemi corona ini akan membuat kondisi sosial ekonomi berubah. "Kita tahu sekarang apa ekonomi dan juga kondisi psikologis kita terpengaruh. Jadi kita menjadi sekarang tidak pasti menjadi galau, menjadi gundah, menjadi ketakutan, menjadi stress, ada yang depresi, ada yang paranoid juga," ucapnya.
(Baca juga: Penerapan PSBB Meluas, Kali Ini Giliran Kabupaten Buol)
Sehingga, ketika kondisi psikologis berubah maka akan mempengaruhi penanganan Covid-19 juga. Jadi kalau orang enggak sejahtera secara psikologis, nanti usaha pelandaian itu nanti akan terkendala karena perilaku tidak mendukung. Jadi ini yang harus kita waspadai," ungkap Hamdi.
Hamdi pun mengatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 saat ini membuat perubahan secara destruktif di masyarakat. "Sekarang kita udah lihat bahwa kondisi pandemi ini sekonyong-konyong membuat perubahan-perubahan baru. Orang-orang bilang ini perubahan destruktif kan, tiba-tiba sesuatu yang menjadi normal itu luluh lantak jadi kita tidak normal sekarang," katanya.
Mungkin setelah pandemi selesai, kata Hamdi akan terbentuk normalitas baru atau new normal. "Jadi memang kondisi pandemi ini mendisrupsi besar-besaran aspek psikologis kita. Mungkin kalau kita bicara psikologi sekarang bahwa kondisi ini dianggap sebagai sebuah ancaman yang mudah menggerogoti kesehatan psikologis kita. Kalau secara akademisnya istilahnya disebut sebagai psychologycal well being," ungkapnya.
Hamdi mengatakan kesejahteraan psikologis ini juga saling berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi, maupun kesejahteraan fisik. "Jadi begini, kalau kita nggak sejahtera gimana kita mau makan, fisik jika tidak sejahtera dan itu berimbas pada psikologi sejahtera," jelasnya.
"Tapi juga bisa sebaliknya, walaupun anda kecukupan secara ekonomi kalau batin anda harus ada gelisah, anda ketakutan, anda menjadi stres, anda menjadi depresi, kondisi psikologis, kondisi tubuh memburuk dan nanti juga ujung-ujungnya dirawat, ekonomi terpengaruh juga," tambah Hamdi.
"Jadikan kita paham, bahwa pandemi Covid-19 ini bukan hanya sebagai gejala medis semata. Jadikan ini adalah gejala multidimensi, mencakup juga rawan sosial ekonomi, masalah budaya dan tentu juga masalah psikologis. Jadi ini saling kait mengkait,” kata Hamdi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (10/5/2020).
Hamdi mengatakan, kondisi pandemi corona ini akan membuat kondisi sosial ekonomi berubah. "Kita tahu sekarang apa ekonomi dan juga kondisi psikologis kita terpengaruh. Jadi kita menjadi sekarang tidak pasti menjadi galau, menjadi gundah, menjadi ketakutan, menjadi stress, ada yang depresi, ada yang paranoid juga," ucapnya.
(Baca juga: Penerapan PSBB Meluas, Kali Ini Giliran Kabupaten Buol)
Sehingga, ketika kondisi psikologis berubah maka akan mempengaruhi penanganan Covid-19 juga. Jadi kalau orang enggak sejahtera secara psikologis, nanti usaha pelandaian itu nanti akan terkendala karena perilaku tidak mendukung. Jadi ini yang harus kita waspadai," ungkap Hamdi.
Hamdi pun mengatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 saat ini membuat perubahan secara destruktif di masyarakat. "Sekarang kita udah lihat bahwa kondisi pandemi ini sekonyong-konyong membuat perubahan-perubahan baru. Orang-orang bilang ini perubahan destruktif kan, tiba-tiba sesuatu yang menjadi normal itu luluh lantak jadi kita tidak normal sekarang," katanya.
Mungkin setelah pandemi selesai, kata Hamdi akan terbentuk normalitas baru atau new normal. "Jadi memang kondisi pandemi ini mendisrupsi besar-besaran aspek psikologis kita. Mungkin kalau kita bicara psikologi sekarang bahwa kondisi ini dianggap sebagai sebuah ancaman yang mudah menggerogoti kesehatan psikologis kita. Kalau secara akademisnya istilahnya disebut sebagai psychologycal well being," ungkapnya.
Hamdi mengatakan kesejahteraan psikologis ini juga saling berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi, maupun kesejahteraan fisik. "Jadi begini, kalau kita nggak sejahtera gimana kita mau makan, fisik jika tidak sejahtera dan itu berimbas pada psikologi sejahtera," jelasnya.
"Tapi juga bisa sebaliknya, walaupun anda kecukupan secara ekonomi kalau batin anda harus ada gelisah, anda ketakutan, anda menjadi stres, anda menjadi depresi, kondisi psikologis, kondisi tubuh memburuk dan nanti juga ujung-ujungnya dirawat, ekonomi terpengaruh juga," tambah Hamdi.
(maf)
tulis komentar anda