Membina Kebhinekaan Melalui Transformasi Era Digital
Sabtu, 14 November 2020 - 16:43 WIB
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR , Helmy Faishal Zaini mengatakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi harus diakui telah banyak mengubah gaya hidup atau pola kehidupan masyarakat sekarang ini.
“Pemanfaatan teknologi komunikasi sebaiknya mengajak setiap elemen bangsa Indonesia mewujudkan komunikasi yang sehat, terutama di media sosial,” ujar Helmy dalam keterangan resminya, Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: Canggih! UBS Gold-Disney Luncurkan Logam Mulia dengan Teknologi Augmented Reality)
Di era post truth, mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu II ini mengimbau generasi muda agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang beredar di media sosial dan jangan mudah menyebarkan pesan yang belum jelas kebenarannya.
“Sekarang internet bagai pisau bermata dua, di satu sisi bisa mempererat rasa persatuan, namun di sisi lain, internet bisa pula memecah belah kita sebagai satu bangsa, terutama bagi generasi muda jika tidak bijak dalam penggunaannya,” jelasnya.
Senada dengan Helmy, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat bermacam-macam informasi sangat mudah dan cepat sampai di tangan para pengguna telepon pintar hanya dalam hitungan detik.
“Negara ini bersatu karena kemerdekaan, karena itu harus dipertahankan, untuk mewujudkan tujuan negara yakni kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. NKRI ini harus dijaga dan dikelola untuk mewujudkan tujuannya agar NKRI dapat abadi maka kesejahteraan yang berkeadilan,” kata Yuliandre Darwis saat menjadi pemateri dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Badan Akesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) dengan tema “Merajut Nusantara” secara virtual di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).
Dalam hal ini, kata Yuliandre, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) yang berbadan non eselon di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selalu terdepan dalam mendukung penuh upaya pemerintah menyediakan siaran digital bagi masyarakat di daerah perbatasan dengan tujuan dapat menjaga serta merawat kebhinekaan di era digital.
Saat ini, Presiden Presiden OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF) periode 2017-2018 ini mengungkapkan bedasarkan data penelitian We Are Social tahun 2020 menunjukan bahwa ada 175,5 juta pengguna aktif internet di Indonesia. Data yang tidak sedikit bahwa pemanfaatan teknologi digital ini sudah menjadi potensi besar untuk melakukan sinergritas masyarakat dalam membangun jiwa nasionalisme.
“Memang di era globalisasi dan era borderless world kita tidak bias menghindari dari hadirnya kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi. Kita harus bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi agar tidak menjadi korban dari kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,” tutur Pria yang ramah disapa Andre ini.
Lebih jauh, Andre memandang penguatan nilai-nilai dan pendidikan karakter di tengah-tengah perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat di lingkungan keluarga, masyarakat, dan satuan pendidikan diharapkan akan mampu menciptakan generasi penerus yang berkarakter yang mampu menjaga keutuhan Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai luhur dari Bangsa Indonesia. (Baca juga: Percepatan Teknologi Dorong Transformasi Medsos)
“Tanggung jawab penanaman nilai-nilai karakter bagi generasi kita, merupakan tanggung jawab kolektif dari semua pihak,” katanya.
“Pemanfaatan teknologi komunikasi sebaiknya mengajak setiap elemen bangsa Indonesia mewujudkan komunikasi yang sehat, terutama di media sosial,” ujar Helmy dalam keterangan resminya, Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: Canggih! UBS Gold-Disney Luncurkan Logam Mulia dengan Teknologi Augmented Reality)
Di era post truth, mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu II ini mengimbau generasi muda agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang beredar di media sosial dan jangan mudah menyebarkan pesan yang belum jelas kebenarannya.
“Sekarang internet bagai pisau bermata dua, di satu sisi bisa mempererat rasa persatuan, namun di sisi lain, internet bisa pula memecah belah kita sebagai satu bangsa, terutama bagi generasi muda jika tidak bijak dalam penggunaannya,” jelasnya.
Senada dengan Helmy, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat bermacam-macam informasi sangat mudah dan cepat sampai di tangan para pengguna telepon pintar hanya dalam hitungan detik.
“Negara ini bersatu karena kemerdekaan, karena itu harus dipertahankan, untuk mewujudkan tujuan negara yakni kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. NKRI ini harus dijaga dan dikelola untuk mewujudkan tujuannya agar NKRI dapat abadi maka kesejahteraan yang berkeadilan,” kata Yuliandre Darwis saat menjadi pemateri dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Badan Akesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) dengan tema “Merajut Nusantara” secara virtual di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).
Dalam hal ini, kata Yuliandre, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) yang berbadan non eselon di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selalu terdepan dalam mendukung penuh upaya pemerintah menyediakan siaran digital bagi masyarakat di daerah perbatasan dengan tujuan dapat menjaga serta merawat kebhinekaan di era digital.
Saat ini, Presiden Presiden OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF) periode 2017-2018 ini mengungkapkan bedasarkan data penelitian We Are Social tahun 2020 menunjukan bahwa ada 175,5 juta pengguna aktif internet di Indonesia. Data yang tidak sedikit bahwa pemanfaatan teknologi digital ini sudah menjadi potensi besar untuk melakukan sinergritas masyarakat dalam membangun jiwa nasionalisme.
“Memang di era globalisasi dan era borderless world kita tidak bias menghindari dari hadirnya kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi. Kita harus bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi agar tidak menjadi korban dari kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,” tutur Pria yang ramah disapa Andre ini.
Lebih jauh, Andre memandang penguatan nilai-nilai dan pendidikan karakter di tengah-tengah perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat di lingkungan keluarga, masyarakat, dan satuan pendidikan diharapkan akan mampu menciptakan generasi penerus yang berkarakter yang mampu menjaga keutuhan Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai luhur dari Bangsa Indonesia. (Baca juga: Percepatan Teknologi Dorong Transformasi Medsos)
“Tanggung jawab penanaman nilai-nilai karakter bagi generasi kita, merupakan tanggung jawab kolektif dari semua pihak,” katanya.
(kri)
tulis komentar anda