Epidemiolog Nilai Banyak Rantai Manajemen yang Harus Diperbaiki untuk Vaksinasi
Jum'at, 13 November 2020 - 14:14 WIB
JAKARTA - Uji klinis tahap III vaksin Sinovac di Brazil dihentikan sementara karena ada relawan yang meninggal dunia. Peristiwa ini sedang diinvestigasikan oleh otoritas sempat.
Kabar ini tentu langsung menjadi sorotan di Indonesia mengingat Sinovac juga melakukan uji klinis tahap III di Tanah Air. Epidemiolog, Ansariadi mengatakan penghentian sementara itu biasa dilakukan ketika ditemukan efek samping dari calon vaksin. (Baca juga: Brazil Hentikan Uji Klinis Vaksin Sinovac, Ini Tanggapan Satgas)
“Makanya, biasanya diinvestigasi. Ini meninggalnya karena apa? Apakah karena (calon) vaksin yang diujicobakan atau faktor lain,” ujar Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020).
Belakangan, beredar kabar penyebab relawan meninggal karena bunuh diri. Namun demikian, semua pihaknya masih menunggu hasil lengkapnya. Ansariadi menerangkan setelah ditemukan efek samping, tim etik penelitian akan turun untuk melihat pelaksanaan pengujian calon vaksin tersebut.
Tim etik inilah yang akan menentukan apakah uji coba bisa dilanjutkan atau tidak. Pertanyaannya muncul, calon vaksin yang sama berbeda efek samping antara satu orang dan wilayah dengan lainnya.
Penyuntikan vaksin Sinovac terhadap para relawan di Bandung sudah selesai. Sekarang tinggal memantau efikasi (khasiat dalam melindungi dari virus). Ansariadi menjelaskan perbedaan efek samping itu terjadi karena beberapa hal, seperti kondisi, genetik, dan lain-lain. Itulah pentingnya calon vaksin diuji coba di banyak tempat.
“Dalam uji coba itu pengawasannya harus ketat. Kalau ada efek samping, sama seperti kita minum obat, ada mual atau sebagainya, itu (nanti) dievaluasi. Misalnya, ada efek samping berat, biasa, atau sedikit, itu bisa diterima atau bagaimana?” tuturnya.
Pemerintah sendiri mewacanakan vaksinasi pertama dilakukan pada Desember atau awal tahun depan. Ansariadi mengatakan hal itu tergantung dari hasil uji klinis vaksin, terutama efikasinya.
Dia mengingat setelah vaksin ada jangan dibayangkan semuanya selesai. Namun, banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah pusat dan daerah. (Baca juga: Brasil Tunda Uji Coba Vaksin Sinovac, RI Jalan Terus)
“Banyak rantai manajemen yang harus diperbaiki. Bagaimana menyediakan dan mengirim vaksin. Bagaimana ketersediaan orang yang melakukan vaksinasi. Itu sangat menentukan program ini,” pungkasnya.
Kabar ini tentu langsung menjadi sorotan di Indonesia mengingat Sinovac juga melakukan uji klinis tahap III di Tanah Air. Epidemiolog, Ansariadi mengatakan penghentian sementara itu biasa dilakukan ketika ditemukan efek samping dari calon vaksin. (Baca juga: Brazil Hentikan Uji Klinis Vaksin Sinovac, Ini Tanggapan Satgas)
“Makanya, biasanya diinvestigasi. Ini meninggalnya karena apa? Apakah karena (calon) vaksin yang diujicobakan atau faktor lain,” ujar Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020).
Belakangan, beredar kabar penyebab relawan meninggal karena bunuh diri. Namun demikian, semua pihaknya masih menunggu hasil lengkapnya. Ansariadi menerangkan setelah ditemukan efek samping, tim etik penelitian akan turun untuk melihat pelaksanaan pengujian calon vaksin tersebut.
Tim etik inilah yang akan menentukan apakah uji coba bisa dilanjutkan atau tidak. Pertanyaannya muncul, calon vaksin yang sama berbeda efek samping antara satu orang dan wilayah dengan lainnya.
Penyuntikan vaksin Sinovac terhadap para relawan di Bandung sudah selesai. Sekarang tinggal memantau efikasi (khasiat dalam melindungi dari virus). Ansariadi menjelaskan perbedaan efek samping itu terjadi karena beberapa hal, seperti kondisi, genetik, dan lain-lain. Itulah pentingnya calon vaksin diuji coba di banyak tempat.
“Dalam uji coba itu pengawasannya harus ketat. Kalau ada efek samping, sama seperti kita minum obat, ada mual atau sebagainya, itu (nanti) dievaluasi. Misalnya, ada efek samping berat, biasa, atau sedikit, itu bisa diterima atau bagaimana?” tuturnya.
Pemerintah sendiri mewacanakan vaksinasi pertama dilakukan pada Desember atau awal tahun depan. Ansariadi mengatakan hal itu tergantung dari hasil uji klinis vaksin, terutama efikasinya.
Dia mengingat setelah vaksin ada jangan dibayangkan semuanya selesai. Namun, banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah pusat dan daerah. (Baca juga: Brasil Tunda Uji Coba Vaksin Sinovac, RI Jalan Terus)
“Banyak rantai manajemen yang harus diperbaiki. Bagaimana menyediakan dan mengirim vaksin. Bagaimana ketersediaan orang yang melakukan vaksinasi. Itu sangat menentukan program ini,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda