Masyumi 'Reborn' Diminta Belajar dari Sejarah Masa Lalu
Senin, 09 November 2020 - 08:10 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menganggap, tantangan yang dihadapi Masyumi baru saat ini akan sangat berat. Hal ini dikatakan Ujang menanggapi deklarasi Partai Masyumi 'Reborn) oleh sejumlah tokoh Islam.
(Baca juga: Dituduh Rizal Ramli Kerap Menjegal, JK Malah Tertawa dan Kasihan)
"Tantangan dulu dan saat ini sangat berbeda. Dulu Masyumi mengalami masa keemasan dan juga masa pembubaran. Oleh karena itu, tokoh-tokoh Masyumi saat ini harus belajar dengan sejarah tersebut," ujar Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/11/2020).
(Baca juga: Penempatan Pekerja Migran Dinilai Harus Sesuai Nilai Kemanusiaan)
Menurut Ujang, kans Partai Masyumi baru, tergantung pada pengurus dan tokoh-tokohnya dalam membesarkan partai. Dan tergantung pada strategi yang digunakan. Juga bergantung juga pada apa yang ditawarkan Masyumi kepada rakyat, yang mejadi pembeda dari partai-partai Islam yang sudah ada.
"Kansnya tetap ada, namun harus mampu bersaing dengan partai-partai yang sudah ada saat ini," jelasnya.
Namun begitu, Ujang mengatakan, untuk menjadi besar sulit. Masyumi harus bisa bersaing dengan partai lain, khususnya partai yang sudah mapan dan partai-partai baru. Apalagi ceruk pemilih sudah dikuasai partai nasionalis, sementara ceruk pemilih islam sudah terbagi-bagi.
Di sisi lain, romantisme kejayaan Masyumi masa lalu itu sulit terwujud jika cara pandangnya masih seperti dulu. Cara pandang saat ini adalah cara pandang milenial. Sehingga, cara pandang masa lalu harus disenergikan dengan cara pandang kekinian.
"Terkait kans pada Pileg 2024 peluang itu terbuka, namun harus melewati verifikasi partai politik untuk menjadi peserta pemilu dan itu tak mudah. Kans ada. Tapi harus berkuang keras," pungkas dia.
(Baca juga: Dituduh Rizal Ramli Kerap Menjegal, JK Malah Tertawa dan Kasihan)
"Tantangan dulu dan saat ini sangat berbeda. Dulu Masyumi mengalami masa keemasan dan juga masa pembubaran. Oleh karena itu, tokoh-tokoh Masyumi saat ini harus belajar dengan sejarah tersebut," ujar Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/11/2020).
(Baca juga: Penempatan Pekerja Migran Dinilai Harus Sesuai Nilai Kemanusiaan)
Menurut Ujang, kans Partai Masyumi baru, tergantung pada pengurus dan tokoh-tokohnya dalam membesarkan partai. Dan tergantung pada strategi yang digunakan. Juga bergantung juga pada apa yang ditawarkan Masyumi kepada rakyat, yang mejadi pembeda dari partai-partai Islam yang sudah ada.
"Kansnya tetap ada, namun harus mampu bersaing dengan partai-partai yang sudah ada saat ini," jelasnya.
Namun begitu, Ujang mengatakan, untuk menjadi besar sulit. Masyumi harus bisa bersaing dengan partai lain, khususnya partai yang sudah mapan dan partai-partai baru. Apalagi ceruk pemilih sudah dikuasai partai nasionalis, sementara ceruk pemilih islam sudah terbagi-bagi.
Di sisi lain, romantisme kejayaan Masyumi masa lalu itu sulit terwujud jika cara pandangnya masih seperti dulu. Cara pandang saat ini adalah cara pandang milenial. Sehingga, cara pandang masa lalu harus disenergikan dengan cara pandang kekinian.
"Terkait kans pada Pileg 2024 peluang itu terbuka, namun harus melewati verifikasi partai politik untuk menjadi peserta pemilu dan itu tak mudah. Kans ada. Tapi harus berkuang keras," pungkas dia.
(maf)
tulis komentar anda