Sandiaga Uno Masuk Bursa Caketum, PPP Gagal Lakukan Kaderisasi
Selasa, 27 Oktober 2020 - 07:24 WIB
JAKARTA - Dimunculkannya nama politikus Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno sebagai salah satu bakal calon ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sangat tidak lumrah. Hal itu dikatakan analis politik asal UIN Jakarta Bakir Ihsan.
Menurut Bakir, masuknya nama Sandiaga Uno dalam bursa caketum PPP secara tidak langsung mendegradasi muruah partai, karena mengesankan tidak adanya kader yang berkualitas dan pantas memimpin partainya.
"Sebagaimana fungsi partai sebagai sarana rekrutmen kepemimpinan, maka PPP harus menunjukkan fungsi tersebut dengan menempatkan kader terbaiknya sebagai ketua umumnya," ujar Bakir saat dihubungi SINDOnews, Selasa (27/10/2020).
(Baca Juga: Gerindra Yakin Sandiaga Uno Tak Berniat Jadi Caketum PPP).
Selain itu, Bakir menilai, munculnya Cawapres 2019 sebagai caketum menandakan PPP gagal melakukan kaderisasi atau mengabaikan kader yang ada untuk tampil karena adanya kepentingan pragmatis.
Di sisi lain, Dosen Ilmu Politik ini menganggap, PPP sebagai partai Islam tertua kondisinya terus menurun alias 'terjun bebas' dalam sejumlah survei nasional.
( ).
"Seharusnya menunjukkan jati dirinya sebagai partai yang sudah punya pengalaman, layaknya PDIP dan Golkar sebagai partai seangkatan, sehingga bisa diperhitungkan oleh masyarakat," pungkas dia.
Menurut Bakir, masuknya nama Sandiaga Uno dalam bursa caketum PPP secara tidak langsung mendegradasi muruah partai, karena mengesankan tidak adanya kader yang berkualitas dan pantas memimpin partainya.
"Sebagaimana fungsi partai sebagai sarana rekrutmen kepemimpinan, maka PPP harus menunjukkan fungsi tersebut dengan menempatkan kader terbaiknya sebagai ketua umumnya," ujar Bakir saat dihubungi SINDOnews, Selasa (27/10/2020).
(Baca Juga: Gerindra Yakin Sandiaga Uno Tak Berniat Jadi Caketum PPP).
Selain itu, Bakir menilai, munculnya Cawapres 2019 sebagai caketum menandakan PPP gagal melakukan kaderisasi atau mengabaikan kader yang ada untuk tampil karena adanya kepentingan pragmatis.
Di sisi lain, Dosen Ilmu Politik ini menganggap, PPP sebagai partai Islam tertua kondisinya terus menurun alias 'terjun bebas' dalam sejumlah survei nasional.
( ).
"Seharusnya menunjukkan jati dirinya sebagai partai yang sudah punya pengalaman, layaknya PDIP dan Golkar sebagai partai seangkatan, sehingga bisa diperhitungkan oleh masyarakat," pungkas dia.
(zik)
tulis komentar anda