Perkuat Santri, Indonesia Kuat

Kamis, 22 Oktober 2020 - 20:27 WIB
Kepala BPIP Yudian Wahyudi saat membuka webinar dalam rangka Hari Santri, di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
JAKARTA - Banyak hal yang bisa digali dari keberadaan santri saat ini. Santri merupakan sosok pembelajar agama Islam yang sangat patuh pada hirarki keteladanan senioritas. Di sisi lain bagaimana seorang santri memaknai nasiolisme? Hal ini menjadi titik perhatian yang ingin diangkat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Dalam rangka memeringati Hari Santri tahun 2020, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan webinar bertema Nasionalisme Santri, Ketahanan Pancasila dan Indonesia Yang Kuat, Kamis (22/10/2020).

Menghadirkan pembicara kunci Dewan Pengarah BPIP Said Aqil Sirodj, webinar melalui zoom ini dibuka oleh Kepala BPIP, Yudian Wahyudi. Menjadi narasumber pada webinar kali ini Wakil Kepala BPIP Hariyono, Komisi II DPR RI, H Yanuar Prihatin, Guru Besar Universitas Airlangga Musta'in Mashud dan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muh Ali Ramadhani.



Dalam sambutan pembuka Kepala BPIP Yudian mengatakan santri adalah kaum pejuang pendukung negara yang menolak penjajahan. "Kyai itu pahlawan yang tidak sudi anak-anaknya masuk sekolah buatan Belanda. Sehingga banyak santri tidak punya gelar," terang Yudian.

Kepala BPIP yang juga seorang santri ini berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menerbitkan Kepres 22/2015. Sejak itu jasa kaum santri sudah diakui hingga sekarang dan setiap tahun diperingati sebagai Hari Santri.

Kepercayaan terhadap santri juga terlihat saat mengangkat kepala BPIP dari kalangan santri. "Mengangkat santri menjadi kepala BPIP, kepercayaan yang luar biasa," ujarnya.

Dewan Pengarah BPIP Said Aqil Sirodj mengucap syukur dengan peringatan Hari Santri ke-5. Menurutnya Hari Santri sangat mulia karena memiliki nilai sejarah perlawan terhadap kolonial. Selain itu ia menyebut asal kata santri banyak arti namun secara umum ia menggarisbawahi bahwa santri merupakan kelompok orang yang taat beribadah dan beraklak mulia.

Said selanjutnya mengisahkan bagaimana awalnya santri hadir membangun peradaban."Berdasarkan sejarah, ketika Belanda menanaklukkan kerajaan Islam di Indonesia, beberapa para pangeran melarikan diri untuk membangun peradaban di luar kerajaan. Kalau ditelusuri pendiri pesantren maka banyak yang keturunan kerajaan," jelas Said Aqil.

Terkait nasionalisme, Said Aqil hanya mengingatkan pesan pendiri NU. "Jangan pertentangkan Islam dan nasionalisme pesan Kyai," tuturnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More