Pesantren Bisa Jadi Role Model Pencegahan Covid-19
Kamis, 22 Oktober 2020 - 16:32 WIB
Kirana memaparkan, hasil survei internal yang dilakukan, dari 182 pesantren yang berasal dari 3 regional diperoleh hasil 86,2 persen telah membentuk gugus tugas Covid-19. Selain itu, 66,7 persen telah memiliki surat kesehatan aman Covid-19.
Hasil temuan ini, ungkap Kirana bisa menjadi indikator bahwa pesantren bisa menjadi role model bagi masyarakat sekitar dalam penerapan protokol kesehatan.
Kirana juga memaparkan, dalam penerapan protokol kesehatan, masyarakat memang masih memerlukan edukasi yang lebih intensif. Menurut hasil survei yang dilakukan Kemenkes, pada bulan September, penggunaan masker baik secara signifikan yakni mencapai 92 persen. Namun, langkah ini belum diiringi dengan protokol kesehatan lainnya yaitu menjaga jarak tercatat hanya 74 persen, dan melakukan cuci tangan rutin, mencapai 74 persen.
Dengan kondisi ini, ia meminta semua pihak berperan turut mencegah penularan Covid-19 ini. Mengingat covid-19 hingga kini belum ada obat dan vaksinnya. "Tapi percayalah, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan," katanya.
Salah satu pesantren yang telah menerapkan protokol kesehatan adalah Yayasan Islam Al-Hamidiyah. Menurut Ketua Yayasan Al Hamidiyah dr. Imam Susanto Syaichu, yayasannya telah memiliki struktur satgas Covid-19. Pihaknya telah mengalokasikan anggaran mandiri serta anggaran dari Kemenag RI.
Hingga kini, para santri juga melakukan kegiatan belajar belajar dari rumah atau daring. Sedangkan para pengajar dan karyawan diberlakukan kerja efektif sebanyak 50 persen.
"Di lingkungan pesantren, Kami melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin terutama di lokasi fasilitas publik misalnya masjid, memberlakukan wajib masker, serta menyediakan fasilitas cuci tangan sebelum masuk lokasi pesantren hingga tidak memberlakukan salaman agar tidak terjadi transmisi Covid-19," paparnya.
Hal yang sama dilakukan oleh Pesantren Ruhul Islam Anak Bangsa. Menurut Ketua Yayasan Tengku Kusnadi Nurdin, di awal terjadi pandemi, pihaknya melakukan sejumlah protokol kesehatan.
Ia mengaku, menjalankan protokol kesehatan memang berat bagi pesantren. Sehingga ia menyarankan, bagi pesantren yang belum siap sarana dan prasarana, tidak terburu melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Hasil temuan ini, ungkap Kirana bisa menjadi indikator bahwa pesantren bisa menjadi role model bagi masyarakat sekitar dalam penerapan protokol kesehatan.
Kirana juga memaparkan, dalam penerapan protokol kesehatan, masyarakat memang masih memerlukan edukasi yang lebih intensif. Menurut hasil survei yang dilakukan Kemenkes, pada bulan September, penggunaan masker baik secara signifikan yakni mencapai 92 persen. Namun, langkah ini belum diiringi dengan protokol kesehatan lainnya yaitu menjaga jarak tercatat hanya 74 persen, dan melakukan cuci tangan rutin, mencapai 74 persen.
Dengan kondisi ini, ia meminta semua pihak berperan turut mencegah penularan Covid-19 ini. Mengingat covid-19 hingga kini belum ada obat dan vaksinnya. "Tapi percayalah, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan," katanya.
Salah satu pesantren yang telah menerapkan protokol kesehatan adalah Yayasan Islam Al-Hamidiyah. Menurut Ketua Yayasan Al Hamidiyah dr. Imam Susanto Syaichu, yayasannya telah memiliki struktur satgas Covid-19. Pihaknya telah mengalokasikan anggaran mandiri serta anggaran dari Kemenag RI.
Hingga kini, para santri juga melakukan kegiatan belajar belajar dari rumah atau daring. Sedangkan para pengajar dan karyawan diberlakukan kerja efektif sebanyak 50 persen.
"Di lingkungan pesantren, Kami melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin terutama di lokasi fasilitas publik misalnya masjid, memberlakukan wajib masker, serta menyediakan fasilitas cuci tangan sebelum masuk lokasi pesantren hingga tidak memberlakukan salaman agar tidak terjadi transmisi Covid-19," paparnya.
Hal yang sama dilakukan oleh Pesantren Ruhul Islam Anak Bangsa. Menurut Ketua Yayasan Tengku Kusnadi Nurdin, di awal terjadi pandemi, pihaknya melakukan sejumlah protokol kesehatan.
Ia mengaku, menjalankan protokol kesehatan memang berat bagi pesantren. Sehingga ia menyarankan, bagi pesantren yang belum siap sarana dan prasarana, tidak terburu melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
tulis komentar anda