Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Jangan Sampai Pandemi Menambah Jumlah Anak Stunting
Rabu, 21 Oktober 2020 - 14:10 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin ingin program pencegahan stunting tetap terlaksana meskipun berada di masa pandemi corona. Jangan sampai wabah Covid-19 menambah jumlah balita yang mengalami stunting .
Hal itu dikatakan Ma'ruf Amin dalam Rapat Koordinasi Teknis Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang diselenggarakan Kemensetneg secara virtual, Rabu (21/10/2020). "Stunting harus kita cegah bersama. Saya juga mengingatkan meskipun dalam masa pandemi, program kegiatan pencegahan stunting harus tetap dilakukan," ujarnya.
Ma'ruf menuturkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kunjungan warga ke Posyandu mengalami penurunan tajam selama pandemi corona. Kondisi ini kata dia tidak boleh dibiarkan.
Pemerintah daerah diminta berinovasi untuk memastikan layanan masyarakat tetap berjalan namun tetap mematuhi protokol kesehatan.
( ).
"Kondisi tersebut tak boleh dibiarkan karena itu diperlukan upaya inovatif dari pemda untuk pastikan layanan masyarakat tersedia dengan memperhatikan protokol kesehatan. Jangan sampai masa pandemi ini menambah jumlah anak stunting dalam beberapa tahun ke depan," tegasnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf memaparkan pada 2019 ada 27,7 persen atau 6,5 juta balita di Indonesia yang mengalami stunting karena kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Data itu bersumber dari hasil survei yang dilakukan Kemenkes.
( Baca juga: Optimalisasi Program “Stunting” ).
"Pada 2019 berdasarkan data survei status gizi balita Indonesia yang dilakukan Kemenkes, 27,7 persen anak balita Indonesia mengalami stunting, ini artinya ada sekitar 6,5 juta balita yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama yang menjadikannya stunting," jelasnya.
Pemerintah, kata dia, menargetkan penurunan angka stunting 14 persen hingga 2024 mendatang. Target ini harus dicapai bersama melalui konvergensi antarprogram dan pelaku baik di tataran pusat maupun daerah bahkan hingga desa.
Hal itu dikatakan Ma'ruf Amin dalam Rapat Koordinasi Teknis Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang diselenggarakan Kemensetneg secara virtual, Rabu (21/10/2020). "Stunting harus kita cegah bersama. Saya juga mengingatkan meskipun dalam masa pandemi, program kegiatan pencegahan stunting harus tetap dilakukan," ujarnya.
Ma'ruf menuturkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kunjungan warga ke Posyandu mengalami penurunan tajam selama pandemi corona. Kondisi ini kata dia tidak boleh dibiarkan.
Pemerintah daerah diminta berinovasi untuk memastikan layanan masyarakat tetap berjalan namun tetap mematuhi protokol kesehatan.
( ).
"Kondisi tersebut tak boleh dibiarkan karena itu diperlukan upaya inovatif dari pemda untuk pastikan layanan masyarakat tersedia dengan memperhatikan protokol kesehatan. Jangan sampai masa pandemi ini menambah jumlah anak stunting dalam beberapa tahun ke depan," tegasnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf memaparkan pada 2019 ada 27,7 persen atau 6,5 juta balita di Indonesia yang mengalami stunting karena kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Data itu bersumber dari hasil survei yang dilakukan Kemenkes.
( Baca juga: Optimalisasi Program “Stunting” ).
"Pada 2019 berdasarkan data survei status gizi balita Indonesia yang dilakukan Kemenkes, 27,7 persen anak balita Indonesia mengalami stunting, ini artinya ada sekitar 6,5 juta balita yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama yang menjadikannya stunting," jelasnya.
Pemerintah, kata dia, menargetkan penurunan angka stunting 14 persen hingga 2024 mendatang. Target ini harus dicapai bersama melalui konvergensi antarprogram dan pelaku baik di tataran pusat maupun daerah bahkan hingga desa.
(zik)
tulis komentar anda