Akurat Deteksi COVID-19, GeNose Buatan UGM Bakal Diproduksi Akhir Tahun

Selasa, 20 Oktober 2020 - 14:40 WIB
Pemerintah dalam waktu dekat akan memproduksi massal GeNose, alat uji COVID-19 buatan UGM karena keakuratannya sangat tinggi. FOTO/HUMAS UGM
JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi ( Menristek ) Bambang PS Brodjonegoro menyatakan pemerintah berupaya segera memproduksi GeNose , alat skrining virus COVID-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) , dalam waktu dekat. Saat ini pengembangannya sudah menempuh uji validasi tahap II.

"Alat ini bersifat menganalisa atau mendeteksi virus COVID-19 dengan menggunakan hembusan napas kita. Ini inovasi yang luar biasa karena bisa mendeteksi virus COVID-19 secara akurat. Di dalam uji validasi tahap pertama, akurasinya mencapai 97% dibandingkan PCR yang merupakan gold standard," kata Bambang dalam konferensi pers secara virtual terkait pengembangan vaksin, terapi dan inovasi COVID-19, Selasa (20/10/2020).

Selain memiliki memiliki akurasi tinggi dalam mendeteksi virus, biaya produksi alat tersebut diketahui relatif murah. Bahkan kapasitasnya juga bisa menguji hingga 100.000 sampel. "Tes ini juga relatif murah, harganya Rp40 juta per alat. Tetapi bisa digunakan sampai 100.000 pengujian," ujarnya. ( )

Keunggulannya tak itu saja, pengujian menggunakan GeNose dinilai lebih baik dan tidak invasive karena cukup dengan menguji hembusan nafas. Hal ini berbeda ketimbang rapid test yang membutuhkan sampel darah dan swab test yang menggunakan carian air liur.



"Mesinnya juga dikembangkan dengan artificial intelligence (AI) sehingga semakin banyak melakukan pengujian sampel, tingkat akurasinya juga semakin yang tinggi karena sifatnya adalah machine learning," katanya.

Rencananya, inovasi tersebut diharapkan dapat segera diproduksi secara luas pada akhir tahun ini. Hal itu sejalan dengan proyek pengembangan rapid test berbasis antigen atau rapid swab test menggunakan teknologi RT Lamp yang dikembangkan oleh LIPI. ( )

"Kita berupaya menjelang akhir tahun, baik GeNose maupun RT Lamp ini sudah bisa diproduksi dan dipakai secara luas. Ini juga akan membantu mengurangi beban biaya, terutama untuk PCR test dan punya tingkat akurasi yang cukup tinggi dan juga tidak memerlukan laboratorium BSL-2 seperti halnya pengujian PCR. Namun tentunya untuk testing tetap dibutuhkan PCR test sebagai gold standard," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More