Semangat Resolusi Jihad: Perjuangan Melawan Kebodohan dan Kemiskinan
Selasa, 20 Oktober 2020 - 04:30 WIB
JAKARTA - Pemerintah telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri sejak setahun lalu. Penetapan tanggal 22 Oktober tidak bisa dilepaskan dari momentum penting peristiwa bersejarah perjuangan Bangsa Indonesia melawan kolonialisme.
Pada 71 tahun silam, tepatnya 22 Oktober 1945, terjadi Resolusi Jihad yang diprakarsai Rais Akbar PBNU Hadratus Syech KH Hasyim Asyari di Surabaya. Saat itu, pesan utama yang disampaikan adalah berperang menolak dan melawan penjajah merupakan suatu kewajiban.
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, dalam resolusi tersebut, umat Islam, laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang sudah akil baliq, wajib hukumnya yang berada dalam radius 94 km, dengan atau tanpa mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di medan laga.
”Diserukan melakukan jihad di medan pertempuran. Pada waktu itu musuhnya jelas, yakni Belanda dan Inggris,” tutur politikus yang akrab disapa Gus Jazil di sela Peringatan Hari Santri dan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Wisma Syariah, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (19/10/2020).
(Baca: Hari Santri, Kemenag Ajak Youtuber Milenial Serukan Islam Melalui Shalawat)
Dikatakan Gus Jazil, masa kemerdekaan saat ini, tidak lepas dari perjuangan seluruh komponen masyarakat, ulama, dan santri. "Masa kemerdekaan merupakan sesuatu nikmatnya rasanya luar biasa. Saat ini kita nikmati hasil perjuangan para pahlawan,” paparnya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini menambahkan, saat ini, semua elemen bangsa harus bersama-sama mengisi kemerdekaan. "Mengisi kemerdekaan adalah bagian dari melanjutkan warisan para pejuang, ulama, dan santri," tuturnya.
Menurutnya, Resolusi Jihad merupakan bentuk kepedulian dari seluruh umat Islam. “Untuk itu Hari Santri menjadi hari bagi semua umat Islam,” paparnya.
(Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
Gus Jazil mengingatkan bahwa semangat Hari Santri harus mampu memperkokoh Indonesia. Resolusi Jihad juga merupakan wujud dari kepedulian umat Islam bagi keberlangsungan bangsa Indonesia. “Jadi jangan dibenturbenturkan antara agama dan negara,” ujarnya.
Menurutnya, santri merupakan sosok yang mampu mempertemukan antara nilai-nilai ke-Islam-an dan nasionalisme. “Saya mengajak kepada semua untuk memperkuat nilai-nilai kesantrian. Apa itu nilai kesantrian? Yakni rasa cinta tanah air,” tambahnya.
Saat ini, kata Jazil, semangat Resolusi Jihad bukan lagi berperang melawan penjajah dengan mengangkat senjata seperti pada era penjajahan, namun musuh yang dihadapi saat ini adalah kemiskinan, kebodohan, dan korupsi. "Itu yang sekarang harus kita perjuangkan," paparnya.
Pada 71 tahun silam, tepatnya 22 Oktober 1945, terjadi Resolusi Jihad yang diprakarsai Rais Akbar PBNU Hadratus Syech KH Hasyim Asyari di Surabaya. Saat itu, pesan utama yang disampaikan adalah berperang menolak dan melawan penjajah merupakan suatu kewajiban.
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, dalam resolusi tersebut, umat Islam, laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang sudah akil baliq, wajib hukumnya yang berada dalam radius 94 km, dengan atau tanpa mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di medan laga.
”Diserukan melakukan jihad di medan pertempuran. Pada waktu itu musuhnya jelas, yakni Belanda dan Inggris,” tutur politikus yang akrab disapa Gus Jazil di sela Peringatan Hari Santri dan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Wisma Syariah, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (19/10/2020).
(Baca: Hari Santri, Kemenag Ajak Youtuber Milenial Serukan Islam Melalui Shalawat)
Dikatakan Gus Jazil, masa kemerdekaan saat ini, tidak lepas dari perjuangan seluruh komponen masyarakat, ulama, dan santri. "Masa kemerdekaan merupakan sesuatu nikmatnya rasanya luar biasa. Saat ini kita nikmati hasil perjuangan para pahlawan,” paparnya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini menambahkan, saat ini, semua elemen bangsa harus bersama-sama mengisi kemerdekaan. "Mengisi kemerdekaan adalah bagian dari melanjutkan warisan para pejuang, ulama, dan santri," tuturnya.
Menurutnya, Resolusi Jihad merupakan bentuk kepedulian dari seluruh umat Islam. “Untuk itu Hari Santri menjadi hari bagi semua umat Islam,” paparnya.
(Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
Gus Jazil mengingatkan bahwa semangat Hari Santri harus mampu memperkokoh Indonesia. Resolusi Jihad juga merupakan wujud dari kepedulian umat Islam bagi keberlangsungan bangsa Indonesia. “Jadi jangan dibenturbenturkan antara agama dan negara,” ujarnya.
Menurutnya, santri merupakan sosok yang mampu mempertemukan antara nilai-nilai ke-Islam-an dan nasionalisme. “Saya mengajak kepada semua untuk memperkuat nilai-nilai kesantrian. Apa itu nilai kesantrian? Yakni rasa cinta tanah air,” tambahnya.
Saat ini, kata Jazil, semangat Resolusi Jihad bukan lagi berperang melawan penjajah dengan mengangkat senjata seperti pada era penjajahan, namun musuh yang dihadapi saat ini adalah kemiskinan, kebodohan, dan korupsi. "Itu yang sekarang harus kita perjuangkan," paparnya.
(muh)
tulis komentar anda