Dokter Ini Tak Yakin Virus Corona Bisa Menular lewat Udara
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 13:29 WIB
JAKARTA - Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas (Unand), Dokter Andani Eka Putra mengatakan, kunci kesembuhan pasien COVID-19 terletak pada kondisi psikologis yang baik. Artinya pasien tidak boleh depresi atau stres.
"Sebenarnya obat yang bagus untuk COVID itu adalah bagaimana menghilangkan stres pada saat pasien dirawat. Karena saya di rumah sakit menangani pasien, saya lihat itu yang paling bagus," ujar Andani dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya bertajuk "Sinergi Mencari Obat COVID ", Sabtu (3/10/2020).
Menurutnya, deteksi virus secepat mungkin amat perlu dilakukan, sehingga orang yang terinfeksi COVID-19 tidak 'keluyuran' ke mana-mana dan bisa istirahat dan makan obat. Dengan istirahat cukup dan pikiran yang tenang itu akan mempercepat kesembuhan. ( )
"Saya sepakat sekali bagaimana memperbaiki motivasinya, karena pada saat masuk (rumah sakit akibat COVID) itu akan muncul stigma jelek, dipojokkan, mereka seolah akan mati, aib, ada pasien yang cabut infusan, membenturkan kepalanya, berteriak-teriak, ketawa-tawa, di ruangan begitu hari pertama pasti menangis, pendekatan ini sangat penting sekali," tutur Andani.
Andani menuturkan, yang dibutuhkan pasien COVID-19 adalah komunikasi dan pemberian motivasi secara baik dalam rangka menjaga psikologis mereka. Dengan begitu kesembuhan akan dapat diraih. Apalagi saat ini pemberian obat terkait COVID-19 masih menjadi perdebatan. Belum ada satu obat yang pasti dan terbukti menyembuhkan manusia dari virus ini.
Ia juga menganjurkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga rasionalitas terhadap wabah ini. Masyarakat tidak boleh terlalu panik, tetapi juga jangan terlalu abai. ( )
Andani juga menganjurkan seseorang yang menderita COVID-19 tapi kondisinya stabil, maka tidak perlu dirawat di rumah sakit. Penderita hanya perlu mengisolasi diri di rumah dan tetap menjaga kebugaran serta mengelola stres dengan baik.
"Saya anjurkan pasien tak usah rawat di rumah sakit kalau kondisinya baik. Kenapa pasien jadi berat? Tentu karena dia stres, dia punya komorbid, pada waktu stres tekanan darah tak terkontrol, jantung muncul, kalau pasien tenang itu akan bagus sekali," tuturnya.
"Saya katakan bukan berarti saya sepakat isolasi mandiri, kalau pasien kondisinya stabil, di rumahnya memenuhi syarat, maka saya rekomendasikan di rumah saja. Harus penuhi syarat. Artinya ada orang yang paham mengenai kesehatan, ada pendampingan dari tenaga kesehatan, makanya untuk orang yang positif COVID dalam satu keluarga, di rumah aja semuanya, anggap seperti biasa, cuma mereka gak usah keluar rumah," jelas Andani.
Andani berujar masyarakat tidak perlu terlalu takut virus corona akan menyebar lewat udara (airborne). Ia sendiri mengaku kurang sepakat dengan hal tersebut. "Saya tidak sepakat airborne, kalau airborne dari dulu sudah habis orang-orang, tapi kalau airborne lokal menyerap 2-3 meter mungkin masih bisa, tapi kalau jaraknya 10 atau 50 meter saya enggak percaya, enggak meyakinkan," tuturnya.
"Jadi kita berpikir positif, jangan kita panik, stres, jangan. Kalau satu rumah positif gimana? Ya kita di rumah aja rame-rame, apa pusingnya, ini pesan moralnya adalah virus itu tidak terbang di mana-mana," tutupnya.
"Sebenarnya obat yang bagus untuk COVID itu adalah bagaimana menghilangkan stres pada saat pasien dirawat. Karena saya di rumah sakit menangani pasien, saya lihat itu yang paling bagus," ujar Andani dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya bertajuk "Sinergi Mencari Obat COVID ", Sabtu (3/10/2020).
Menurutnya, deteksi virus secepat mungkin amat perlu dilakukan, sehingga orang yang terinfeksi COVID-19 tidak 'keluyuran' ke mana-mana dan bisa istirahat dan makan obat. Dengan istirahat cukup dan pikiran yang tenang itu akan mempercepat kesembuhan. ( )
"Saya sepakat sekali bagaimana memperbaiki motivasinya, karena pada saat masuk (rumah sakit akibat COVID) itu akan muncul stigma jelek, dipojokkan, mereka seolah akan mati, aib, ada pasien yang cabut infusan, membenturkan kepalanya, berteriak-teriak, ketawa-tawa, di ruangan begitu hari pertama pasti menangis, pendekatan ini sangat penting sekali," tutur Andani.
Andani menuturkan, yang dibutuhkan pasien COVID-19 adalah komunikasi dan pemberian motivasi secara baik dalam rangka menjaga psikologis mereka. Dengan begitu kesembuhan akan dapat diraih. Apalagi saat ini pemberian obat terkait COVID-19 masih menjadi perdebatan. Belum ada satu obat yang pasti dan terbukti menyembuhkan manusia dari virus ini.
Ia juga menganjurkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga rasionalitas terhadap wabah ini. Masyarakat tidak boleh terlalu panik, tetapi juga jangan terlalu abai. ( )
Andani juga menganjurkan seseorang yang menderita COVID-19 tapi kondisinya stabil, maka tidak perlu dirawat di rumah sakit. Penderita hanya perlu mengisolasi diri di rumah dan tetap menjaga kebugaran serta mengelola stres dengan baik.
"Saya anjurkan pasien tak usah rawat di rumah sakit kalau kondisinya baik. Kenapa pasien jadi berat? Tentu karena dia stres, dia punya komorbid, pada waktu stres tekanan darah tak terkontrol, jantung muncul, kalau pasien tenang itu akan bagus sekali," tuturnya.
"Saya katakan bukan berarti saya sepakat isolasi mandiri, kalau pasien kondisinya stabil, di rumahnya memenuhi syarat, maka saya rekomendasikan di rumah saja. Harus penuhi syarat. Artinya ada orang yang paham mengenai kesehatan, ada pendampingan dari tenaga kesehatan, makanya untuk orang yang positif COVID dalam satu keluarga, di rumah aja semuanya, anggap seperti biasa, cuma mereka gak usah keluar rumah," jelas Andani.
Andani berujar masyarakat tidak perlu terlalu takut virus corona akan menyebar lewat udara (airborne). Ia sendiri mengaku kurang sepakat dengan hal tersebut. "Saya tidak sepakat airborne, kalau airborne dari dulu sudah habis orang-orang, tapi kalau airborne lokal menyerap 2-3 meter mungkin masih bisa, tapi kalau jaraknya 10 atau 50 meter saya enggak percaya, enggak meyakinkan," tuturnya.
"Jadi kita berpikir positif, jangan kita panik, stres, jangan. Kalau satu rumah positif gimana? Ya kita di rumah aja rame-rame, apa pusingnya, ini pesan moralnya adalah virus itu tidak terbang di mana-mana," tutupnya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda