Alami Persekusi, KAMI Merasa Senasib dengan Gerakan #2019GantiPresiden
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 11:32 WIB
JAKARTA - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merasa senasib dengan gerakan #2019GantiPresiden yang dimotori Mardani Ali Sera dan Neno Warisman. Pasalnya, kegiatan deklarasi KAMI di beberapa daerah mendapatkan penolakan seperti yang pernah dialami gerakan #2019GantiPresiden.
(Baca juga: Din Syamsuddin ke Moeldoko: KAMI Bukan Orang-orang Pengecut)
Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani menilai demonstrasi penolakan deklarasi KAMI di beberapa daerah belakangan ini tidak bagus polanya. (Baca juga: Moeldoko Sebut Seseorang Bisa Berbeda kalau Sudah Bicara Politik...)
"Ini mengulangi yang kita lihat dulu kan ada gerakan ganti Presiden kan yang dimotori Neno Warisman juga ada penolakan-penolakan di mana-mana, bukan dari masyarakat sekitarnya," ujar Ahmad Yani kepada SINDOnews, Jumat (2/10/2020).
Dia menjelaskan, kegiatan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Rabu 30 September 2020 bukan acara KAMI, melainkan Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN).
"Di situ ada purnawirawan dari angkatan laut, angkatan darat, angkatan udara dan juga purnawirawan dari kepolisian," ungkapnya.
Namun, dia mengakui para purnawirawan itu juga mengundang KAMI ikut acara di TMP Kalibata itu. Yani pun ikut hadir di acara itu. (Baca juga: Moeldoko Ingatkan Purnawirawan agar Pegang Teguh Prinsip)
"Pak GN (Gatot Nurmantyo-red) kehadirannya di sana adalah bukan dalam kapasitas sebagai KAMI dia tetapi sebagai purnawirawan, makanya dia pakai baret merah kan," tuturnya.
Diketahui, sejumlah pemuda menggelar demonstrasi di depan TMP Kalibata saat para purnawirawan itu melakukan kegiatannya. Namun, saat organisasi kemasyarakatan yang mendampingi para purnawirawan itu menghampiri, sejumlah pemuda demonstran itu kabur.
"Mereka kocar-kacir ketakutan dan kita lihat raut wajah yang ikut aksi itu, kita memahami dari mimik mereka juga enggak memahami sesungguhnya aksi itu, kecuali yang orasi, tetapi yang lain duduk di dalam mobil yang lain kelihatan wajah mereka tidak paham saat didatangi mereka ketakutan," ujarnya.
Dia mengatakan, jika sejumlah pemuda itu memahami apa yang disuarakan dalam demonstrasi, tidak perlu kabur saat didatangi. "Jadi kita tidak menuduh ini ada demonstrasi berbayar, tapi indikasi itu kuat sekali sebagaimana akhirnya terungkap juga di Jawa Timur kan," katanya.
(Baca juga: Din Syamsuddin ke Moeldoko: KAMI Bukan Orang-orang Pengecut)
Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani menilai demonstrasi penolakan deklarasi KAMI di beberapa daerah belakangan ini tidak bagus polanya. (Baca juga: Moeldoko Sebut Seseorang Bisa Berbeda kalau Sudah Bicara Politik...)
"Ini mengulangi yang kita lihat dulu kan ada gerakan ganti Presiden kan yang dimotori Neno Warisman juga ada penolakan-penolakan di mana-mana, bukan dari masyarakat sekitarnya," ujar Ahmad Yani kepada SINDOnews, Jumat (2/10/2020).
Dia menjelaskan, kegiatan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Rabu 30 September 2020 bukan acara KAMI, melainkan Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN).
"Di situ ada purnawirawan dari angkatan laut, angkatan darat, angkatan udara dan juga purnawirawan dari kepolisian," ungkapnya.
Namun, dia mengakui para purnawirawan itu juga mengundang KAMI ikut acara di TMP Kalibata itu. Yani pun ikut hadir di acara itu. (Baca juga: Moeldoko Ingatkan Purnawirawan agar Pegang Teguh Prinsip)
"Pak GN (Gatot Nurmantyo-red) kehadirannya di sana adalah bukan dalam kapasitas sebagai KAMI dia tetapi sebagai purnawirawan, makanya dia pakai baret merah kan," tuturnya.
Diketahui, sejumlah pemuda menggelar demonstrasi di depan TMP Kalibata saat para purnawirawan itu melakukan kegiatannya. Namun, saat organisasi kemasyarakatan yang mendampingi para purnawirawan itu menghampiri, sejumlah pemuda demonstran itu kabur.
"Mereka kocar-kacir ketakutan dan kita lihat raut wajah yang ikut aksi itu, kita memahami dari mimik mereka juga enggak memahami sesungguhnya aksi itu, kecuali yang orasi, tetapi yang lain duduk di dalam mobil yang lain kelihatan wajah mereka tidak paham saat didatangi mereka ketakutan," ujarnya.
Dia mengatakan, jika sejumlah pemuda itu memahami apa yang disuarakan dalam demonstrasi, tidak perlu kabur saat didatangi. "Jadi kita tidak menuduh ini ada demonstrasi berbayar, tapi indikasi itu kuat sekali sebagaimana akhirnya terungkap juga di Jawa Timur kan," katanya.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda