Pengembangan Wisata Halal, LIPI Usul Indonesia Belajar dari Taiwan
Rabu, 30 September 2020 - 11:49 WIB
JAKARTA - Perkembangan wisata halal telah menjadi perhatian dunia. Di Indonesia, pariwisata halal juga mulai berkembang dan memiliki peluang potensi yang cukup besar.
(Baca juga: Satgas Covid-19 Sebut Rapid Test Antigen Bisa Digunakan di Indonesia)
Peluang ini telah menjadi perhatian negara-negara di seluruh dunia, baik negara Muslim maupun negara non Muslim. Taiwan adalah contoh negara nonMuslim yang mengembangkan wisata ramah Muslim atau lebih dikenal dengan wisata halal.
(Baca juga: Jangan Sekali-kali Berpikir Rajin Olahraga dan Berdiam Diri di Rumah Bisa Kebal Covid-19)
Kepala Pusat Penelitian Wilayah LIPI Ganewati Wuryandari menilai wisata halal menjadi bagian dari industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. Tren itu seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan dari negara-negara Muslim yang berlibur di luar negeri.
"Industri halal Indonesia, melalui studi komparasi pengalaman negara lain selama ini masih relatif terbatas satu sektor spesifik saja, padahal pembangunan industri halal sangatlah multisektor dan melibatkan banyak pihak," ungkap dia dalam keterangan tertulis yang diperoleh SINDOnews, Rabu (30/9/2020).
Ganewati mengatakan pariwisata sebagai sektor andalan harus didukung oleh semua sektor lain. Di antaranya adalah kebijakan pengembangan wisata halal dan praktiknya, kerja sama dengan badan sertifikasi internasional, peran mahasiswa Indonesia dalam menciptakan lingkungan ramah Muslim serta pengalaman pengusaha di bidang kuliner halal Taiwan.
"Kebijakan pengembangan wisata halal berdasarkan pengalaman Taiwan diharapkan memberikan pengetahuan yang komprehensif dan mensinergikan peran berbagai stakeholder. Selain itu, strategi menjalankan usaha halal dan peran teknologi digital dalam industri pariwisata halal juga menjadi lebih sinergi," tambahnya.
Peneliti Pusat Penelitian Wilayah LIPI Rita Pawestri Setyaningsih menerangkan, wisatawan Muslim masih merasa sulit mendapatkan tempat beribadah dan makanan halal di luar negeri, khususnya di negara-negara dengan penduduk Muslim minoritas. Kondisi tersebut menjadi perhatian dari berbagai negara, tak terkecuali Taiwan.
(Baca juga: Satgas Covid-19 Sebut Rapid Test Antigen Bisa Digunakan di Indonesia)
Peluang ini telah menjadi perhatian negara-negara di seluruh dunia, baik negara Muslim maupun negara non Muslim. Taiwan adalah contoh negara nonMuslim yang mengembangkan wisata ramah Muslim atau lebih dikenal dengan wisata halal.
(Baca juga: Jangan Sekali-kali Berpikir Rajin Olahraga dan Berdiam Diri di Rumah Bisa Kebal Covid-19)
Kepala Pusat Penelitian Wilayah LIPI Ganewati Wuryandari menilai wisata halal menjadi bagian dari industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. Tren itu seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan dari negara-negara Muslim yang berlibur di luar negeri.
"Industri halal Indonesia, melalui studi komparasi pengalaman negara lain selama ini masih relatif terbatas satu sektor spesifik saja, padahal pembangunan industri halal sangatlah multisektor dan melibatkan banyak pihak," ungkap dia dalam keterangan tertulis yang diperoleh SINDOnews, Rabu (30/9/2020).
Ganewati mengatakan pariwisata sebagai sektor andalan harus didukung oleh semua sektor lain. Di antaranya adalah kebijakan pengembangan wisata halal dan praktiknya, kerja sama dengan badan sertifikasi internasional, peran mahasiswa Indonesia dalam menciptakan lingkungan ramah Muslim serta pengalaman pengusaha di bidang kuliner halal Taiwan.
"Kebijakan pengembangan wisata halal berdasarkan pengalaman Taiwan diharapkan memberikan pengetahuan yang komprehensif dan mensinergikan peran berbagai stakeholder. Selain itu, strategi menjalankan usaha halal dan peran teknologi digital dalam industri pariwisata halal juga menjadi lebih sinergi," tambahnya.
Peneliti Pusat Penelitian Wilayah LIPI Rita Pawestri Setyaningsih menerangkan, wisatawan Muslim masih merasa sulit mendapatkan tempat beribadah dan makanan halal di luar negeri, khususnya di negara-negara dengan penduduk Muslim minoritas. Kondisi tersebut menjadi perhatian dari berbagai negara, tak terkecuali Taiwan.
tulis komentar anda