Tepis Tudingan Inas, Ossy: SBY Tak Hanya Peduli, Namun Juga Kuasai dan Pahami Perekonomian Indonesia
Kamis, 24 September 2020 - 14:50 WIB
Dia menambahkan, faktanya selama sepuluh tahun (2004-2014), pengangguran turun signifikan dari 11% menjadi 5,7%. "Silakan dicek berapa jumlah pengangguran saat ini. Jadi jangan asal njeplak bilang pembangunan di era SBY mangkrak. Karena buktinya nyata dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, selama 10 tahun (2004-2014), rasio utang pada PDB menurun drastis dari 56,6% menjadi 24,7%. Kata Ossy, sekarang kembali merangkak naik mendekati angka 40%.
"Selama 10 tahun (2004-2014), cadangan devisa meningkat tajam 3x lipat dari USD 36,3 miliar menjadi USD 111,8 miliar. Jadi, dengan cadangan devisa yang relatif besar, pemerintahan sekarang punya uang untuk membangun. Sepatutnya berterima kasih kepada pemerintah SBY," kata Ossy.
Untuk itu, kata Ossy, sebelum berkomentar, marilah kita melihat segala fakta dan data secara proporsional. "Pemerintahan SBY sudah berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Silakan dilanjutkan dengan baik agar rakyat menerima manfaat yang sebesar-besarnya dari pemimpinnya," pungkasnya.
( ).
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai pernyataan mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla(JK) yang membandingkan gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) sangat mengejutkan. Dia menyimpulkan bahwa SBY ketika menjabat presiden RI tidak peduli dengan perekonomian Indonesia.
"Pernyataan JK tersebut sangat mengejutkan kita semua, bahwa ketika SBY memimpin negeri ini, dia tidak peduli terhadap perekonomian Indonesia, mangkanya diserahkan kepada JK, jangan-jangan juga ketika Boediono menjadi Wapres, masalah perekonomian pun diserahkan juga ke Wapres," ujar Inas Nasrullah Zubir kepada SINDOnews, Kamis (24/9/2020).
Sebelumnya, JK yang pernah menjadi wapres mendampingi SBY (2004-2009) dan Presiden Jokowi (2014-2019) mengungkapkan bahwa semua masalah ekonomi di era SBY diserahkan kepadanya. Sedangkan di era Jokowi, kata JK, semua hal dirapatkan. Hal itu dikatakan JK saat diwawancarai Helmy Yahya, yang tayangannya diunggah melalui channel YouTube Helmy Yahya Bicara.
(
).
Lebih lanjut dia mengatakan, selama 10 tahun (2004-2014), rasio utang pada PDB menurun drastis dari 56,6% menjadi 24,7%. Kata Ossy, sekarang kembali merangkak naik mendekati angka 40%.
"Selama 10 tahun (2004-2014), cadangan devisa meningkat tajam 3x lipat dari USD 36,3 miliar menjadi USD 111,8 miliar. Jadi, dengan cadangan devisa yang relatif besar, pemerintahan sekarang punya uang untuk membangun. Sepatutnya berterima kasih kepada pemerintah SBY," kata Ossy.
Untuk itu, kata Ossy, sebelum berkomentar, marilah kita melihat segala fakta dan data secara proporsional. "Pemerintahan SBY sudah berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Silakan dilanjutkan dengan baik agar rakyat menerima manfaat yang sebesar-besarnya dari pemimpinnya," pungkasnya.
( ).
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai pernyataan mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla(JK) yang membandingkan gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) sangat mengejutkan. Dia menyimpulkan bahwa SBY ketika menjabat presiden RI tidak peduli dengan perekonomian Indonesia.
"Pernyataan JK tersebut sangat mengejutkan kita semua, bahwa ketika SBY memimpin negeri ini, dia tidak peduli terhadap perekonomian Indonesia, mangkanya diserahkan kepada JK, jangan-jangan juga ketika Boediono menjadi Wapres, masalah perekonomian pun diserahkan juga ke Wapres," ujar Inas Nasrullah Zubir kepada SINDOnews, Kamis (24/9/2020).
Sebelumnya, JK yang pernah menjadi wapres mendampingi SBY (2004-2009) dan Presiden Jokowi (2014-2019) mengungkapkan bahwa semua masalah ekonomi di era SBY diserahkan kepadanya. Sedangkan di era Jokowi, kata JK, semua hal dirapatkan. Hal itu dikatakan JK saat diwawancarai Helmy Yahya, yang tayangannya diunggah melalui channel YouTube Helmy Yahya Bicara.
(
Baca Juga
(zik)
tulis komentar anda