Menyambut Kepulangan Dai MUI Usai Mengabdi di Papua Barat
Senin, 14 September 2020 - 18:03 WIB
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyambut kepulangan Dai MUI Berkhidmah di Papua Barat, Senin 14 September 2020. Setelah 1 tahun penuh, para dai mengabdi, mereka kembali ke kampung halaman masing-masing. Namun sebelum kembali, mereka beramah tamah dengan MUI Pusat terlebih dahulu.
(Baca juga: Fadli Zon Sebut Sertifikasi Dai Mirip Cara-cara Penjajah)
Kehadiran para Dai yang semestinya hari ahad sore, tapi karena pesawat delay beberapa jam, mereka sampai Jakarta jam 22.00 WIB. Maka Acara Pisah Sambut yang seharusnya dilaksanakan pada hari itu secara ofline, ditunda keesokan harinya secara online karena bertepatan dengan dimulainya PSBB ke-2 di DKI Jakarta.
(Baca juga: PBNU Minta Sertifikat Dai Dikeluarkan Ormas Keagamaan)
Dalam sambutannya, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis mengucapkan selamat datang kembali di Ibu Kota Jakarta kepada para dai. Kiai Cholil juga menyampaikan terima kasih kepada para dai yang telah berkhidmah selama satu tahun penuh di Papua Barat.
"Kami mendengar laporan dari MUI Papua Barat, bahwa para dai telah menunaikan tugasnya dengan baik, sehingga masyarakat di sana menyambut kehadiran para dai dan saat berpisah, mereka pun haru serta mengharap mereka dapat balik kembali ke sana," kata Kiai Cholil.
"Kalau kali ini baru 5 dai, ke depan insya Allah kita akan buat program yang lebih besar lagi, dengan personel yang lebih banyak dan wiayah yang lebih luas," sambungnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Dakwah, KH Abdussomad Buchori, yang juga memberi sambutan pada acara tersebut secara online, memberi arahan agar para dai yang kembali dari Papua Barat ini tidak berhenti berdakwah, bahkan harus terus mengembangkan ilmunya dengan mempelajari kitab tafsir, hadits, fiqih, dan lainnya.
Ia berpesan, agar para dai menuliskan pengalaman berdakwahnya di dalam sebuah buku untuk bahan acuan bagi dai-dai berikutnya yang akan dikirim ke daerah minoritas muslim dan daerah perbatasan pada masa yang akan dayang.
Saat diminta menceritakan pengalamannya, para dai menceritakan dengan penuh semangat. Rata-rata mereka mengatakan bahwa masyarakat di sana sangat ramah dan dapat menjaga sikap toleransi, sehingga mereka sangat nyaman hidup di tengah-tengah masyakat papua.
Di papua Barat, mereka telah berdakwah dengan mengajar ngaji, mengajari tatacara ibadah, menjadi khotib sholat jum’at, membina muallaf dan turut serta dalam kegiatan sosial. Selama setahun di Papua Barat, mereka ditempatkan di lima kabupaten, yaitu Manokwari Selatan, Kaimana, Bintuni, Raja Amapat dan Sorong Selatan.
(Baca juga: Fadli Zon Sebut Sertifikasi Dai Mirip Cara-cara Penjajah)
Kehadiran para Dai yang semestinya hari ahad sore, tapi karena pesawat delay beberapa jam, mereka sampai Jakarta jam 22.00 WIB. Maka Acara Pisah Sambut yang seharusnya dilaksanakan pada hari itu secara ofline, ditunda keesokan harinya secara online karena bertepatan dengan dimulainya PSBB ke-2 di DKI Jakarta.
(Baca juga: PBNU Minta Sertifikat Dai Dikeluarkan Ormas Keagamaan)
Dalam sambutannya, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis mengucapkan selamat datang kembali di Ibu Kota Jakarta kepada para dai. Kiai Cholil juga menyampaikan terima kasih kepada para dai yang telah berkhidmah selama satu tahun penuh di Papua Barat.
"Kami mendengar laporan dari MUI Papua Barat, bahwa para dai telah menunaikan tugasnya dengan baik, sehingga masyarakat di sana menyambut kehadiran para dai dan saat berpisah, mereka pun haru serta mengharap mereka dapat balik kembali ke sana," kata Kiai Cholil.
"Kalau kali ini baru 5 dai, ke depan insya Allah kita akan buat program yang lebih besar lagi, dengan personel yang lebih banyak dan wiayah yang lebih luas," sambungnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Dakwah, KH Abdussomad Buchori, yang juga memberi sambutan pada acara tersebut secara online, memberi arahan agar para dai yang kembali dari Papua Barat ini tidak berhenti berdakwah, bahkan harus terus mengembangkan ilmunya dengan mempelajari kitab tafsir, hadits, fiqih, dan lainnya.
Ia berpesan, agar para dai menuliskan pengalaman berdakwahnya di dalam sebuah buku untuk bahan acuan bagi dai-dai berikutnya yang akan dikirim ke daerah minoritas muslim dan daerah perbatasan pada masa yang akan dayang.
Saat diminta menceritakan pengalamannya, para dai menceritakan dengan penuh semangat. Rata-rata mereka mengatakan bahwa masyarakat di sana sangat ramah dan dapat menjaga sikap toleransi, sehingga mereka sangat nyaman hidup di tengah-tengah masyakat papua.
Di papua Barat, mereka telah berdakwah dengan mengajar ngaji, mengajari tatacara ibadah, menjadi khotib sholat jum’at, membina muallaf dan turut serta dalam kegiatan sosial. Selama setahun di Papua Barat, mereka ditempatkan di lima kabupaten, yaitu Manokwari Selatan, Kaimana, Bintuni, Raja Amapat dan Sorong Selatan.
(maf)
tulis komentar anda