Rentan Tularkan Wabah Corona, Mayoritas Kepala Desa Tolak Mudik
Rabu, 15 April 2020 - 07:03 WIB
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Jogaswara mengatakan, sebagian besar masyarakat di perantauan tahun ini memilih tidak akan mudik. Meskipun mereka yang memilih untuk mudik juga tergolong cukup tinggi. “Sebesar 56,22% responden menjawab tidak akan mudik, termasuk di dalamnya 20,98% masih dalam tahap berencana untuk membatalkan mudik. Sementara yang menyatakan mudik mencapai 43,78%,” ujarnya.
Kesimpulan itu, kata Herry, merupakan gambaran dari Survei Persepsi Masyarakat terhadap Mobilitas dan Transportasi. Survei dilakukan oleh sejumlah lembaga, yakni Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LIPI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, serta Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia. “Memang mudik tahun ini merupakan situasi yang dilematis, di satu sisi hal itu merupakan tradisi, di sisi lain ada pandemi Covid-19 yang mengancam sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi masyarakat,” katanya.
Herry menjelaskan, pilihan mudik dengan risiko akan memperluas pandemi Covid-19 ke wilayah kampung halaman bukan suatu hal yang tidak disadari oleh calon pemudik. Namun, sebagian pemudik tetap nekat pulang kampung karena terdesak faktor ekonomi, di mana mata pencaharian mereka hilang karena wabah corona. “Saat ini sebagian penduduk telah memilih kembali ke kampung dibandingkan menetap di kota karena kehilangan mata pencaharian dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa pandemi ini,” ujarnya.
Peneliti Pusat Kependudukan LIPI Rusli Cahyadi menambahkan, pergerakan warga yang mudik terbesar dari daerah Jawa Barat sebanyak 22,94%, dari DKI Jakarta 18,14%, dari Jawa Timur 10,55%, dari Jawa Tengah 10,02%, dan dari Banten 4,08%. “Sementara dari tujuan pemudik dari Jakarta terbesar menuju Jawa Tengah 24,18%, Jawa Timur 16,01%, Jawa Barat 14,71%, DIY 7,52%, dan Sumatera 4,58%,” ujarnya.
Survei tersebut melibatkan masyarakat umum dengan total responden sebanyak 3.853 orang dengan rentang usia 15–60 tahun ke atas dan persentasi jenis kelaim perempuan dan laki-laki yang berimbang. (Neneng Zubaidah)
Kesimpulan itu, kata Herry, merupakan gambaran dari Survei Persepsi Masyarakat terhadap Mobilitas dan Transportasi. Survei dilakukan oleh sejumlah lembaga, yakni Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LIPI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, serta Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia. “Memang mudik tahun ini merupakan situasi yang dilematis, di satu sisi hal itu merupakan tradisi, di sisi lain ada pandemi Covid-19 yang mengancam sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi masyarakat,” katanya.
Herry menjelaskan, pilihan mudik dengan risiko akan memperluas pandemi Covid-19 ke wilayah kampung halaman bukan suatu hal yang tidak disadari oleh calon pemudik. Namun, sebagian pemudik tetap nekat pulang kampung karena terdesak faktor ekonomi, di mana mata pencaharian mereka hilang karena wabah corona. “Saat ini sebagian penduduk telah memilih kembali ke kampung dibandingkan menetap di kota karena kehilangan mata pencaharian dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa pandemi ini,” ujarnya.
Peneliti Pusat Kependudukan LIPI Rusli Cahyadi menambahkan, pergerakan warga yang mudik terbesar dari daerah Jawa Barat sebanyak 22,94%, dari DKI Jakarta 18,14%, dari Jawa Timur 10,55%, dari Jawa Tengah 10,02%, dan dari Banten 4,08%. “Sementara dari tujuan pemudik dari Jakarta terbesar menuju Jawa Tengah 24,18%, Jawa Timur 16,01%, Jawa Barat 14,71%, DIY 7,52%, dan Sumatera 4,58%,” ujarnya.
Survei tersebut melibatkan masyarakat umum dengan total responden sebanyak 3.853 orang dengan rentang usia 15–60 tahun ke atas dan persentasi jenis kelaim perempuan dan laki-laki yang berimbang. (Neneng Zubaidah)
(yuds)
tulis komentar anda