Hadapi Pandemi COVID-19, Wakil Ketua MPR Ingatkan Pentingnya Gotong Royong
Kamis, 03 September 2020 - 07:11 WIB
JAKARTA - Pandemi COVID-19 menimbulkan krisis multidimensi. Persoalan besar yang melanda bangsa ini harus diselesaikan dengan cara gotong royong dan menjunjung tinggi persatuan sebagai modal dasar dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19, termasuk mengantisipasi resesi ekonomi.
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat mengingatkan pentingnya keterlibatan seluruh elemen bangsa dalam menghadapi situasi sulit di masa pandemi COVID-19 saat ini. ”Gotong royong merupakan nilai dasar kebangsaan yang sangat diperlukan saat ini. Juga semangat solidaritas dan kolaborasi. Kondisi bangsa saat ini memerlukan kerjasama semua pihak,” kata Lestari Moerdijat dalam Diskusi Empat Pilar dengan tema “Penguatan Nilai Gotong Royong untuk Antisipasi Resesi” di Media Center MPR/DPR RI, Lobi Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Rabu (2/9/2020). (Baca juga: Waspada! Dahak Lebih Banyak dari Biasanya Bisa Jadi Gejala Covid-19)
Rerie, sapaan Lestari Moerdijat, mengutip survei aspirasi dan sampling acak sebanyak 389 responden pada periode Mei–Juni 2020, lebih dari 31% responden setuju COVID-19merupakan ancaman. ”Jika dikelompokan, lebih dari 70% setuju dan sadar bahwa COVID-19 adalah ancaman,” kata politikus Partai Nasdem ini.
Rerie menyebutkan ekonomi merupakan salah satu ancaman utama dari pandemi COVID-19. “Jadi publik pada dasarnya paham bahwa pandemi COVID-19 bukan sekadar ancaman kesehatan saja, tapi bisa berujung pada problem besar akibat hambatan atau ekses pandemi COVID-19. Yaitu menurunnya aktivitas perekonomian. Tak boleh dilupakan adalah masalah stabilitas nasional kita. Bagaimana pertahanan menghadapi penyakit, bermacam masalah, dan social unrest,” jelasnya.
Menurut Rerie, Indonesia memiliki empat konsensus kebangsaan menghadapi tantangan itu. Mengutip survey Charities Aid Foundation, Indonesia adalah negara yang giving index-nya terus naik dalam 10 tahun terakhir. Solidaritas (gotong royong) dan kedermawanan menjadi modal sosial menghadapi COVID-19. Gotong royong sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia.
“Solidaritas atau gotong royong dan kedermawanan sesungguhnya adalah pemaknaan Pancasila itu sendiri. Gotong royong dan kedermawanan merupakan hasil pengamalan nilai-nilai keagamaan yang dipadu dengan tatanan berbangsa dan bernegara yang diamanatkan sila ketiga dan keempat Pancasila, demi terwujudnya sila kelima,” terangnya.
Sejalan dengan Rerie, Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily berpendapat ketahanan sosial bangsa Indonesia sedang diuji di masa pandemi COVID-19. “Ada hikmah di balik pandemi COVID-19 ini, yaitu kita bisa memperkuat ketahanan sosial kita dengan menumbuhkan kegotong-royongan,” ucapnya.
Ace Hasan Syadzily berharap pemerintah bisa mendorong masyarakat agar memiliki ketahanan sosial yang kuat. “Jangan kemudian ketahanan sosial itu diganggu dengan kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat. Ujung-ujungnya bisa menimbulkan social unrest dan tidak ada harmoni di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua/Pendiri NCBI (Nation and Character Building Institute) Juliaman Saragih setuju bahwa gotong royong merupakan karakter dan jati diri bangsa. Gotong royong ada di kalangan masyarakat bawah. Karena itu, nilai gotong royong itu akan sangat besar bila pemerintah membantu UMKM. Sebab, UMKM menyentuh lapisan masyarakat bawah. “Dengan demikian akan muncul roh gotong royong di masyarakat. Dan kita bisa melewati masa pandemi ini,” ujarnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian dan UMKM Luhur Pradjarto menambahkan dari sebanyak 235 ribu pelaku UMKM, sebanyak 22% mengeluhkan penjualan dan permintaan menurun, 18% mengeluhnya produksinya terhambat, dan 19% mengeluh distribusi terhambat. (Baca juga: 393 Guru SD-SMP se-Surabaya Positif COVID-19)
”Pemerintah telah menggelontorkan Rp695 triliun, dan dari jumlah itu sebanyak Rp123,4 triliun untuk UMKM supaya pelaku UMKM bisa tumbuh. UMKM merupakan tulang punggung dan garda terdepan ekonomi Indonesia,” tutupnya.
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat mengingatkan pentingnya keterlibatan seluruh elemen bangsa dalam menghadapi situasi sulit di masa pandemi COVID-19 saat ini. ”Gotong royong merupakan nilai dasar kebangsaan yang sangat diperlukan saat ini. Juga semangat solidaritas dan kolaborasi. Kondisi bangsa saat ini memerlukan kerjasama semua pihak,” kata Lestari Moerdijat dalam Diskusi Empat Pilar dengan tema “Penguatan Nilai Gotong Royong untuk Antisipasi Resesi” di Media Center MPR/DPR RI, Lobi Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Rabu (2/9/2020). (Baca juga: Waspada! Dahak Lebih Banyak dari Biasanya Bisa Jadi Gejala Covid-19)
Rerie, sapaan Lestari Moerdijat, mengutip survei aspirasi dan sampling acak sebanyak 389 responden pada periode Mei–Juni 2020, lebih dari 31% responden setuju COVID-19merupakan ancaman. ”Jika dikelompokan, lebih dari 70% setuju dan sadar bahwa COVID-19 adalah ancaman,” kata politikus Partai Nasdem ini.
Rerie menyebutkan ekonomi merupakan salah satu ancaman utama dari pandemi COVID-19. “Jadi publik pada dasarnya paham bahwa pandemi COVID-19 bukan sekadar ancaman kesehatan saja, tapi bisa berujung pada problem besar akibat hambatan atau ekses pandemi COVID-19. Yaitu menurunnya aktivitas perekonomian. Tak boleh dilupakan adalah masalah stabilitas nasional kita. Bagaimana pertahanan menghadapi penyakit, bermacam masalah, dan social unrest,” jelasnya.
Menurut Rerie, Indonesia memiliki empat konsensus kebangsaan menghadapi tantangan itu. Mengutip survey Charities Aid Foundation, Indonesia adalah negara yang giving index-nya terus naik dalam 10 tahun terakhir. Solidaritas (gotong royong) dan kedermawanan menjadi modal sosial menghadapi COVID-19. Gotong royong sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia.
“Solidaritas atau gotong royong dan kedermawanan sesungguhnya adalah pemaknaan Pancasila itu sendiri. Gotong royong dan kedermawanan merupakan hasil pengamalan nilai-nilai keagamaan yang dipadu dengan tatanan berbangsa dan bernegara yang diamanatkan sila ketiga dan keempat Pancasila, demi terwujudnya sila kelima,” terangnya.
Sejalan dengan Rerie, Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily berpendapat ketahanan sosial bangsa Indonesia sedang diuji di masa pandemi COVID-19. “Ada hikmah di balik pandemi COVID-19 ini, yaitu kita bisa memperkuat ketahanan sosial kita dengan menumbuhkan kegotong-royongan,” ucapnya.
Ace Hasan Syadzily berharap pemerintah bisa mendorong masyarakat agar memiliki ketahanan sosial yang kuat. “Jangan kemudian ketahanan sosial itu diganggu dengan kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat. Ujung-ujungnya bisa menimbulkan social unrest dan tidak ada harmoni di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua/Pendiri NCBI (Nation and Character Building Institute) Juliaman Saragih setuju bahwa gotong royong merupakan karakter dan jati diri bangsa. Gotong royong ada di kalangan masyarakat bawah. Karena itu, nilai gotong royong itu akan sangat besar bila pemerintah membantu UMKM. Sebab, UMKM menyentuh lapisan masyarakat bawah. “Dengan demikian akan muncul roh gotong royong di masyarakat. Dan kita bisa melewati masa pandemi ini,” ujarnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian dan UMKM Luhur Pradjarto menambahkan dari sebanyak 235 ribu pelaku UMKM, sebanyak 22% mengeluhkan penjualan dan permintaan menurun, 18% mengeluhnya produksinya terhambat, dan 19% mengeluh distribusi terhambat. (Baca juga: 393 Guru SD-SMP se-Surabaya Positif COVID-19)
”Pemerintah telah menggelontorkan Rp695 triliun, dan dari jumlah itu sebanyak Rp123,4 triliun untuk UMKM supaya pelaku UMKM bisa tumbuh. UMKM merupakan tulang punggung dan garda terdepan ekonomi Indonesia,” tutupnya.
(kri)
tulis komentar anda