Peringatan Haul ke-11, Muhaimin Kupas Tuntas Kepribadian Gus Dur
Selasa, 01 September 2020 - 07:18 WIB
"Tidak semuanya buruk, ada pribadi yang baik, namun tidak muncul. Kita tidak bisa salah menilai, hanya gara-gara menilai orang lain dalam satu organisasi. Termasuk, kesabaran mengikuti apa yang terjadi di masyarakat, sekaligus mendorong perubahan," ucapnya.
Gus Dur, lanjut Gus AMI, tidak pernah konfrontasi secara langsung. Sewaktu Gus Dur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PNNU), NU diserang banyak pihak. NU dibilang lelet, lamban, ketinggalan zaman. Kritik itu datang dari perguruan tinggi dan Islam alternatif. Bahkan, banyak tokoh NU yang ikut terlibat menjelek-jelekan NU, hanya karena ingin mendapatkan jabatan dari pemerintah.
"Gus Dur memahami keritik tersebut. Realitasnya memang orang-orang NU jauh tertinggal. Namun, Gus Dur tidak pernah sekalipun mencaci, mengkritik. Beliau justru membuat gerakan reformulasi NU dengan mencanangkan Kembali ke Khittah 1926," tutur Gus AMI.
Melalui gerakan Kembali ke Khittah, ungkap Gus AMI, Gus Dur mentransformasi, merevitalisasi nilai-nilai, baik cara berpikir maupun berbuat. Gus Dur pun tidak pernah menyepelekan fakta-fakta, realitas dengan penuh kesabaran.
"Pernah saya berpidato dengan penuh semangat. Namun begitu Gus Dur pidato semua diluruskan. PKB, kata Gus Dur, tempat orang baik-baik. Juga menjadi tempat orang yang ingin menjadi baik," katanya.
Gus Dur, lanjut Gus AMI, dalam pribadinya tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain. Sangat santun kepada orang kecil, taat kepada orangtua.
"Gus Dur merupakan Presiden yang menjadikan Istana Presiden yang semula begitu sakral menjadi Istana rakyat. Dari semua itu, Gus Dur merupakan orang yang tawadhu substantif," ujarnya.
Gus AMI meyakini banyak hal yang masih bisa dikaji dari Gus Dur. Baik itu sejarah panjang perjuangan Gus Dur, gerakan pemikiran, kajian, keinginan menjadi konseptor pengetahuan. "Gus Dur bahkan bangga jika bisa berdebat dan mengalahkan Dr Nasikun, sosilog UGM," katanya.
Tiga poin penting yang diperjuangan Gus Dur dan dinikmati Indonesia hari ini, yakni demokrasi, HAM, dan kesamaan di depan hukum. "Yang hari ini kita nikmati betul. Sekalipun hukum masih harus diperjuangkan lagi. Pikiran Gus Dur yang harus menjadi doktrin, walaupun nilai-nilai ajaran Gus Dur ada mabda syiasih dan himne. Dan itu semua harus kita perjuangan bersama. Ujung dari semua ini ketauhidan, kemanusiaan," pungkasnya.
Gus Dur, lanjut Gus AMI, tidak pernah konfrontasi secara langsung. Sewaktu Gus Dur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PNNU), NU diserang banyak pihak. NU dibilang lelet, lamban, ketinggalan zaman. Kritik itu datang dari perguruan tinggi dan Islam alternatif. Bahkan, banyak tokoh NU yang ikut terlibat menjelek-jelekan NU, hanya karena ingin mendapatkan jabatan dari pemerintah.
"Gus Dur memahami keritik tersebut. Realitasnya memang orang-orang NU jauh tertinggal. Namun, Gus Dur tidak pernah sekalipun mencaci, mengkritik. Beliau justru membuat gerakan reformulasi NU dengan mencanangkan Kembali ke Khittah 1926," tutur Gus AMI.
Melalui gerakan Kembali ke Khittah, ungkap Gus AMI, Gus Dur mentransformasi, merevitalisasi nilai-nilai, baik cara berpikir maupun berbuat. Gus Dur pun tidak pernah menyepelekan fakta-fakta, realitas dengan penuh kesabaran.
"Pernah saya berpidato dengan penuh semangat. Namun begitu Gus Dur pidato semua diluruskan. PKB, kata Gus Dur, tempat orang baik-baik. Juga menjadi tempat orang yang ingin menjadi baik," katanya.
Gus Dur, lanjut Gus AMI, dalam pribadinya tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain. Sangat santun kepada orang kecil, taat kepada orangtua.
"Gus Dur merupakan Presiden yang menjadikan Istana Presiden yang semula begitu sakral menjadi Istana rakyat. Dari semua itu, Gus Dur merupakan orang yang tawadhu substantif," ujarnya.
Gus AMI meyakini banyak hal yang masih bisa dikaji dari Gus Dur. Baik itu sejarah panjang perjuangan Gus Dur, gerakan pemikiran, kajian, keinginan menjadi konseptor pengetahuan. "Gus Dur bahkan bangga jika bisa berdebat dan mengalahkan Dr Nasikun, sosilog UGM," katanya.
Tiga poin penting yang diperjuangan Gus Dur dan dinikmati Indonesia hari ini, yakni demokrasi, HAM, dan kesamaan di depan hukum. "Yang hari ini kita nikmati betul. Sekalipun hukum masih harus diperjuangkan lagi. Pikiran Gus Dur yang harus menjadi doktrin, walaupun nilai-nilai ajaran Gus Dur ada mabda syiasih dan himne. Dan itu semua harus kita perjuangan bersama. Ujung dari semua ini ketauhidan, kemanusiaan," pungkasnya.
(thm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda