Generasi Muda Harus Jadi Pahlawan di Era Digital
Jum'at, 08 November 2024 - 19:12 WIB
JAKARTA - Memperingati Hari Pahlawan 10 November, generasi muda penting untuk menghayati betapa beratnya perjuangan para pahlawan meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Pengorbanan pahlawan dengan darah hingga nyawa, tidak seharusnya disia-siakan dengan membiarkan tumbuhnya pemahaman intoleransi yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Meskipun Indonesia telah merdeka, perjuangan menjaga kesatuan bangsa belum selesai. Mengingat ungkapan Soekarno, jika dulu musuh datang dari luar, maka kini tantangannya berada di dalam diri kita sendiri," kata Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof Irfan Idris di Makassar, Kamis (7/11/2024).
Menurut Prof Irfan, seluruh anak bangsa harus menjadi pahlawan, bukan hanya bagi bangsa, tetapi juga bagi diri sendiri dalam mencapai kemerdekaan yang utuh, baik secara fisik maupun non-fisik. Terlebih lagi, saat ini generasi muda dituntut menjadi pahlawan dalam bentuk baru yang menghadapi tantangan lintas batas ruang dan waktu.
"Dunia digital itu tanpa batas, dua sisi, tinggal bagaimana anak-anak Gen Z kita ini dibekali pengetahuan agar tidak mengabaikan nilai-nilai positif dari teknologi. Menghargai jasa pahlawan juga berarti menggunakan teknologi untuk mempromosikan persatuan, kebersamaan, dan nilai-nilai patriotism," katanya.
Prof Irfan menambahkan, mengenang jasa pahlawan juga berarti tidak menyebarkan hoaks atau hal-hal negatif yang justru merusak semangat bangsa. Ia menantang generasi muda untuk membuktikan rasa cinta mereka kepada NKRI dan menunjukkan kebanggaan terhadap Tanah Air, mulai dari hal-hal sederhana seperti menghafal Pancasila hingga mengaplikasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam dunia digital.
Ia mengajak masyarakat untuk meresapi prinsip hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman), menurutnya, sangat relevan di Indonesia sebagai negara dengan berbagai agama yang menekankan pentingnya keimanan.
Kalau negara Indonesia kacau, kata Prof Irfan, lalu bagaimana rakyat akan melaksanakan ibadah? Menurutnya, beriman berarti mencintai Tanah Air, tidak hanya tanah tempat kita hidup, tetapi juga tanah tempat para pahlawan berjuang dan gugur. Baginya, iman dan cinta tanah air tidak bisa dipisahkan.
"Tanpa persatuan, keamanan, dan kestabilan, bangsa ini tidak akan mampu mendukung kebutuhan rakyatnya," katanya.
Direktur Pencegahan BNPT ini mengatakan, menghormati jasa pahlawan adalah bentuk nyata dari rasa syukur terhadap kemerdekaan yang kini kita nikmati. Di banyak negara lain, ia mengamati bahwa nilai penghargaan terhadap pahlawan mulai memudar, sementara Indonesia masih menjaga nilai-nilai tersebut dengan kuat.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Meskipun Indonesia telah merdeka, perjuangan menjaga kesatuan bangsa belum selesai. Mengingat ungkapan Soekarno, jika dulu musuh datang dari luar, maka kini tantangannya berada di dalam diri kita sendiri," kata Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof Irfan Idris di Makassar, Kamis (7/11/2024).
Menurut Prof Irfan, seluruh anak bangsa harus menjadi pahlawan, bukan hanya bagi bangsa, tetapi juga bagi diri sendiri dalam mencapai kemerdekaan yang utuh, baik secara fisik maupun non-fisik. Terlebih lagi, saat ini generasi muda dituntut menjadi pahlawan dalam bentuk baru yang menghadapi tantangan lintas batas ruang dan waktu.
"Dunia digital itu tanpa batas, dua sisi, tinggal bagaimana anak-anak Gen Z kita ini dibekali pengetahuan agar tidak mengabaikan nilai-nilai positif dari teknologi. Menghargai jasa pahlawan juga berarti menggunakan teknologi untuk mempromosikan persatuan, kebersamaan, dan nilai-nilai patriotism," katanya.
Prof Irfan menambahkan, mengenang jasa pahlawan juga berarti tidak menyebarkan hoaks atau hal-hal negatif yang justru merusak semangat bangsa. Ia menantang generasi muda untuk membuktikan rasa cinta mereka kepada NKRI dan menunjukkan kebanggaan terhadap Tanah Air, mulai dari hal-hal sederhana seperti menghafal Pancasila hingga mengaplikasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam dunia digital.
Ia mengajak masyarakat untuk meresapi prinsip hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman), menurutnya, sangat relevan di Indonesia sebagai negara dengan berbagai agama yang menekankan pentingnya keimanan.
Kalau negara Indonesia kacau, kata Prof Irfan, lalu bagaimana rakyat akan melaksanakan ibadah? Menurutnya, beriman berarti mencintai Tanah Air, tidak hanya tanah tempat kita hidup, tetapi juga tanah tempat para pahlawan berjuang dan gugur. Baginya, iman dan cinta tanah air tidak bisa dipisahkan.
"Tanpa persatuan, keamanan, dan kestabilan, bangsa ini tidak akan mampu mendukung kebutuhan rakyatnya," katanya.
Direktur Pencegahan BNPT ini mengatakan, menghormati jasa pahlawan adalah bentuk nyata dari rasa syukur terhadap kemerdekaan yang kini kita nikmati. Di banyak negara lain, ia mengamati bahwa nilai penghargaan terhadap pahlawan mulai memudar, sementara Indonesia masih menjaga nilai-nilai tersebut dengan kuat.
tulis komentar anda