Akhir 2020, 20–30 Juta Vaksin Covid-19 Masuk Indonesia
Selasa, 25 Agustus 2020 - 06:46 WIB
JAKARTA - Harapan untuk bisa segera menghentikan pandemi Covid-19 di Tanah Air terbuka lebar. Hal ini terkait dengan adanya komitmen dari sejumlah pihak untuk menyuplai vaksin anti-Covid-19 . Bahkan akhir 2020 ini, vaksin sudah mulai berdatangan.
Adanya komitmen dukungan vaksin untuk Indonesia disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdasarkan laporan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir. Dia menyebut akhir 2020 ini Indonesia akan mendapatkan komitmen vaksin 20–30 juta. Selanjutnya sampai akhir 2021, jumlah vaksin yang tersedia mencapai 290 juta.
“Itu sebuah jumlah yang sangat besar. Negara lain mungkin sejuta-dua juta saja belum, kita sudah dapat komitmen 290 juta. Baik yang diproduksi di sini maupun nanti yang di luar. Saya kira ini berita yang sangat bagus,” katanya saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka kemarin. (Baca: Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa)
Jokowi menandaskan keyakinannya bahwa pengadaan vaksin Covid-19 sudah pada jalur yang benar. Dia menyebut Indonesia sudah sibuk mencari vaksin, sementara negara lain belum. “Di ASEAN saja, saya lihat belum ada yang siap dengan vaksin yang sebanyak tadi yang saya sampaikan,” pungkasnya.
Dia kemudian mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada menghadapi Covid-19. Pasalnya, sejumlah negara seperti Spanyol, Prancis, dan Jerman mengalami peningkatan kasus. Begitu pun jumlah negara di kawasan Asia, seperti India, Filipina, Bangladesh, Iran, Nepal, dan Korea Selatan. "Sehingga kita tidak kehilangan kendali atas manajemen yang ada dalam menangani, terutama di daerah maupun kita di pusat,” tandasnya.
PT Bio Farma sebelumnya memastikan, bulk vaksin Covid-19 yang akan diterima mulai November 2020 belum langsung diproduksi secara massal. Vaksin tersebut akan terlebih dahulu melalui proses pengujian dan transfer teknologi lainnya.
Menurut Dirut Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan resminya, bulk yang akan diterima oleh Bio Farma dalam bentuk RTF. Bulk tersebut akan dilakukan serangkaian pengujian di Bio Farma. "Juga akan menjalani proses registrasi di Badan POM, sampai pada akhirnya siap untuk diproduksi," jelas dia.
Setelah semua proses tersebut selesai, Bio Farma akan melanjutkan proses filling and packaging untuk menjadi produk akhir (finished product). Dengan proses itu, sehingga di dalamnya akan terdapat komponen tingkat kandungan dalam negeri. Pada prosesnya, juga ada transfer teknologi dalam bidang fill/finish bulk dengan teknologi transfer pengujian. (Baca juga: Jokowi Buka Peluang Jual Vaksin Covid-19 ke Negara Lain)
Diketahui, sebelumnya pemerintah yang diwakili Bio Farma dan Sinovac sudah menandatangani kesepakatan tentang suply bulk vaksin Covid-19 Ready to Fill (RTF). Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Menlu Retno dan Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana KPEN Erick Thohir.
Adanya komitmen dukungan vaksin untuk Indonesia disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdasarkan laporan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir. Dia menyebut akhir 2020 ini Indonesia akan mendapatkan komitmen vaksin 20–30 juta. Selanjutnya sampai akhir 2021, jumlah vaksin yang tersedia mencapai 290 juta.
“Itu sebuah jumlah yang sangat besar. Negara lain mungkin sejuta-dua juta saja belum, kita sudah dapat komitmen 290 juta. Baik yang diproduksi di sini maupun nanti yang di luar. Saya kira ini berita yang sangat bagus,” katanya saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka kemarin. (Baca: Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa)
Jokowi menandaskan keyakinannya bahwa pengadaan vaksin Covid-19 sudah pada jalur yang benar. Dia menyebut Indonesia sudah sibuk mencari vaksin, sementara negara lain belum. “Di ASEAN saja, saya lihat belum ada yang siap dengan vaksin yang sebanyak tadi yang saya sampaikan,” pungkasnya.
Dia kemudian mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada menghadapi Covid-19. Pasalnya, sejumlah negara seperti Spanyol, Prancis, dan Jerman mengalami peningkatan kasus. Begitu pun jumlah negara di kawasan Asia, seperti India, Filipina, Bangladesh, Iran, Nepal, dan Korea Selatan. "Sehingga kita tidak kehilangan kendali atas manajemen yang ada dalam menangani, terutama di daerah maupun kita di pusat,” tandasnya.
PT Bio Farma sebelumnya memastikan, bulk vaksin Covid-19 yang akan diterima mulai November 2020 belum langsung diproduksi secara massal. Vaksin tersebut akan terlebih dahulu melalui proses pengujian dan transfer teknologi lainnya.
Menurut Dirut Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan resminya, bulk yang akan diterima oleh Bio Farma dalam bentuk RTF. Bulk tersebut akan dilakukan serangkaian pengujian di Bio Farma. "Juga akan menjalani proses registrasi di Badan POM, sampai pada akhirnya siap untuk diproduksi," jelas dia.
Setelah semua proses tersebut selesai, Bio Farma akan melanjutkan proses filling and packaging untuk menjadi produk akhir (finished product). Dengan proses itu, sehingga di dalamnya akan terdapat komponen tingkat kandungan dalam negeri. Pada prosesnya, juga ada transfer teknologi dalam bidang fill/finish bulk dengan teknologi transfer pengujian. (Baca juga: Jokowi Buka Peluang Jual Vaksin Covid-19 ke Negara Lain)
Diketahui, sebelumnya pemerintah yang diwakili Bio Farma dan Sinovac sudah menandatangani kesepakatan tentang suply bulk vaksin Covid-19 Ready to Fill (RTF). Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Menlu Retno dan Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana KPEN Erick Thohir.
tulis komentar anda