Cerita Komandan Denjaka Ditelepon Prabowo Selamatkan Kapal Eks Danjen Kopassus Mogok di Selat Sunda
Rabu, 26 Juni 2024 - 06:45 WIB
Dia kemudian menghubungi Komandan Denjaka, Mayor Marinir Alfan Baharudin dan memintanya menyiapkan satu tim yang bertugas melaksanakan SAR sambil menunggu perintah dari Pangarmabar. Mayor Alfan melaporkan kepada saya bahwa ada sebuah helikopter TNI AL yang siap di Markas Denjaka di Cilandak.
"Saya minta helikopter itu juga standby untuk memonitor evakuasi Pak Kuntara," ucapnya.
Setelah mengetahui posisi semua kapal dan pesawat udara Armabar yang berada di sekitar Selat Sunda, Yussuf menghadap Pangarmabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto pada pukul 07.00 WIB pagi. Pangarmabar saat itu berada di Lanud Halim Perdanakusuma dalam rangka persiapan Hari ABRI 1996.
"Saya melaporkan permintaan bantuan SAR dari Danjen Kopassus untuk melaksanakan evakuasi rombongan Pak Kuntara dan sekaligus melaporkan posisi dan kesiapan kapal-kapal dan pesawat udara Armabar yang bisa digerakkan ke Selat Sunda, termasuk kesiapan Tim Denjaka untuk membantu penyelamatan," tutur mantan Komandan Pangkalan Utama TNI AL V/Jayapura, Papua ini.
Yussuf juga memohon kepada Pangarmabar untuk meminta izin kepada KSAL agar bisa mengerahkan Tim Denjaka untuk membantu operasi penyelamatan. Setelah melaporkan situasi dan kondisi yang ada, selanjutnya Yussuf mohon petunjuk untuk melaksanakan operasi penyelamatan tersebut.
"Ya sudah, kamu bantu saja!" kata Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar.
Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-19 tahun 1973 ini keudian menyarankan agar Asisten Operasi (Asops) Armabar yang mengendalikan operasi penyelamatan itu.
"Pak Tjipto (begitu kami memanggil beliau) langsung menjawab, 'Nggak usah, kamu saja yang mengendalikan dan segera kerjakan!'," katanya.
"Siap Panglima, laksanakan," Yussuf pun menjawab.
Padahal, hati kecilnya berpikir mengerahkan dan mengendalikan kapal-kapal dan pesawat udara kan tugas Asisten Operasi Armabar. Dirinya hanya Komandan Pasukan Marinir. Namun, Pangarmabar rupanya paham betul akan kemampuan dan leadership Yussuf, sehingga tanpa ragu memberikan tugas itu kepada saya.
"Saya minta helikopter itu juga standby untuk memonitor evakuasi Pak Kuntara," ucapnya.
Setelah mengetahui posisi semua kapal dan pesawat udara Armabar yang berada di sekitar Selat Sunda, Yussuf menghadap Pangarmabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto pada pukul 07.00 WIB pagi. Pangarmabar saat itu berada di Lanud Halim Perdanakusuma dalam rangka persiapan Hari ABRI 1996.
"Saya melaporkan permintaan bantuan SAR dari Danjen Kopassus untuk melaksanakan evakuasi rombongan Pak Kuntara dan sekaligus melaporkan posisi dan kesiapan kapal-kapal dan pesawat udara Armabar yang bisa digerakkan ke Selat Sunda, termasuk kesiapan Tim Denjaka untuk membantu penyelamatan," tutur mantan Komandan Pangkalan Utama TNI AL V/Jayapura, Papua ini.
Yussuf juga memohon kepada Pangarmabar untuk meminta izin kepada KSAL agar bisa mengerahkan Tim Denjaka untuk membantu operasi penyelamatan. Setelah melaporkan situasi dan kondisi yang ada, selanjutnya Yussuf mohon petunjuk untuk melaksanakan operasi penyelamatan tersebut.
"Ya sudah, kamu bantu saja!" kata Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar.
Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-19 tahun 1973 ini keudian menyarankan agar Asisten Operasi (Asops) Armabar yang mengendalikan operasi penyelamatan itu.
"Pak Tjipto (begitu kami memanggil beliau) langsung menjawab, 'Nggak usah, kamu saja yang mengendalikan dan segera kerjakan!'," katanya.
"Siap Panglima, laksanakan," Yussuf pun menjawab.
Padahal, hati kecilnya berpikir mengerahkan dan mengendalikan kapal-kapal dan pesawat udara kan tugas Asisten Operasi Armabar. Dirinya hanya Komandan Pasukan Marinir. Namun, Pangarmabar rupanya paham betul akan kemampuan dan leadership Yussuf, sehingga tanpa ragu memberikan tugas itu kepada saya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda