Putu Rudana Apresiasi Loic Fauchon Sebut Peserta WWF 2024 Pejuang Air
Senin, 20 Mei 2024 - 23:33 WIB
JAKARTA - Anggota Biro Komite Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Berkelanjutan Putu Supadma Rudana mengapresiasi Presiden Dewan Air Dunia atau World Water Council (WWC) Loic Fauchon yang menyebut semua peserta yang hadir dalam World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali merupakan pejuang air. Putu mengakui isu air ini sangat krusial dibahas para pemangku kepentingan dunia mengingat ke depan akan menghadapi perubahan iklim (climate change).
Putu Rudana sempat melakukan pertemuan dengan Fauchon di Jakarta sebelum kegiatan WWF ke-10 berlangsung di Bali. Dalam pertemuan itu, Putu bersama Fauchon sepakat bahwa isu air ini menjadi salah satu isu pembangunan berkelanjutan yang krusial untuk dicapai.
“Saat saya bertemu dengan Presiden Dewan Air Dunia Tuan Loic Fauchon di Jakarta. Kita menyadari air sendiri berpengaruh dan terpengaruh oleh perubahan iklim,” kata Putu Rudana di Nusa Dua Bali, Senin (20/5/2024).
Politikus Partai Demokrat ini mengungkapkan bahwa Parlemen Indonesia telah membuat terobosan sebagai pejuang air atau warrior on water seperti yang disampaikan Loic Fauchon, yakni Kaukus Air DPR RI atau DPR RI Water Caucus. Putu selaku inisiator berharap keberadaan Kaukus Air DPR RI ini sepanjang masa untuk membuktikan komitmennya terhadap pejuang air.
Tentunya, ke depan juga diperlukan teknologi untuk wujudkan air bersih bagi masyarakat. “Dari parlemen, kita sangat peduli dengan isu air dan ini menjadi komitmen kita dalam forum atau kegiatan sidang yang berkelanjutan. Kalau World Water Forum kan seminggu, tapi kalau kaukus ini mudah-mudahan bisa terus sepanjang masa, yang kita prakarsai ini bisa terus hadir memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya akses terhadap air bersih. Masa depan management tehnology dan kaukus sebagai warrior on water,” jelas Anggota Komisi VI DPR RI ini.
Maka itu, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini menegaskan bahwa isu air tidak bisa dianggap remeh, terlebih kaitannya dengan tantangan global yang saat ini dihadapi dalam hal perubahan iklim. Data dari World Resources Institute (WRI) Aqueduct Water Risk Atlas, menemukan sedikitnya 25 negara-seperempat dari populasi dunia-terekspos pada tingkat water stress yang sangat tinggi secara menahun.
Dia mengatakan, sekitar 4 miliar penduduk terancam kelangkaan air sedikitnya sebulan sekali per tahun. Pada 2050, kata dia, angka tersebut dapat meningkat ke 60% dari penduduk global.
“Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Bali, NTB, hingga Tanimbu (Maluku), pada 2030, diperkirakan mengalami kelangkaan air dari tinggi hingga sangat tinggi. Tantangan terkait water stress ini berlipat, tidak hanya dari perubahan iklim, tetapi juga akibat konflik dan peperangan,” ungkapnya.
Putu Rudana sempat melakukan pertemuan dengan Fauchon di Jakarta sebelum kegiatan WWF ke-10 berlangsung di Bali. Dalam pertemuan itu, Putu bersama Fauchon sepakat bahwa isu air ini menjadi salah satu isu pembangunan berkelanjutan yang krusial untuk dicapai.
“Saat saya bertemu dengan Presiden Dewan Air Dunia Tuan Loic Fauchon di Jakarta. Kita menyadari air sendiri berpengaruh dan terpengaruh oleh perubahan iklim,” kata Putu Rudana di Nusa Dua Bali, Senin (20/5/2024).
Politikus Partai Demokrat ini mengungkapkan bahwa Parlemen Indonesia telah membuat terobosan sebagai pejuang air atau warrior on water seperti yang disampaikan Loic Fauchon, yakni Kaukus Air DPR RI atau DPR RI Water Caucus. Putu selaku inisiator berharap keberadaan Kaukus Air DPR RI ini sepanjang masa untuk membuktikan komitmennya terhadap pejuang air.
Tentunya, ke depan juga diperlukan teknologi untuk wujudkan air bersih bagi masyarakat. “Dari parlemen, kita sangat peduli dengan isu air dan ini menjadi komitmen kita dalam forum atau kegiatan sidang yang berkelanjutan. Kalau World Water Forum kan seminggu, tapi kalau kaukus ini mudah-mudahan bisa terus sepanjang masa, yang kita prakarsai ini bisa terus hadir memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya akses terhadap air bersih. Masa depan management tehnology dan kaukus sebagai warrior on water,” jelas Anggota Komisi VI DPR RI ini.
Maka itu, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini menegaskan bahwa isu air tidak bisa dianggap remeh, terlebih kaitannya dengan tantangan global yang saat ini dihadapi dalam hal perubahan iklim. Data dari World Resources Institute (WRI) Aqueduct Water Risk Atlas, menemukan sedikitnya 25 negara-seperempat dari populasi dunia-terekspos pada tingkat water stress yang sangat tinggi secara menahun.
Dia mengatakan, sekitar 4 miliar penduduk terancam kelangkaan air sedikitnya sebulan sekali per tahun. Pada 2050, kata dia, angka tersebut dapat meningkat ke 60% dari penduduk global.
“Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Bali, NTB, hingga Tanimbu (Maluku), pada 2030, diperkirakan mengalami kelangkaan air dari tinggi hingga sangat tinggi. Tantangan terkait water stress ini berlipat, tidak hanya dari perubahan iklim, tetapi juga akibat konflik dan peperangan,” ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda