Kementan Optimalisasi Lahan Rawa di Kalsel Dukung Swasembada Pangan Nasional
Jum'at, 03 Mei 2024 - 23:15 WIB
"Target yang harus dicapai di Kalsel ada 46.340 Ha untuk optimalisasi lahan rawa, 100.704 Ha untuk pompanisasi dan 5.567 Ha untuk padi gogo tumpangsari perkebunan," jelasnya.
Dedi mengungkapkan bahwa peningkatan produksi padi melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa berkelanjutan berbasis pertanian modern sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan upaya mengatasi krisis pangan yang terjadi dewasa ini karena adanya konflik dan El Nino yang terjadi sejak Februari 2023.
“Dampak dari El Nino stok beras turun signifikan, padahal di tahun-tahun dulu kita bisa menghasilkan 32,5 juta ton, tahun ini hanya 30 juta ton beras, sementara jumlah manusia yang makan semakin meningkat, hampir 4 juta tiap tahunnya,” paparnya.
Dedi menambahkan jika Indonesia memiliki 33,3 juta Ha rawa dan sekitar 9,5 juta Ha potensial untuk lahan pertanian produktif. Maka, perlu segera dilakukan UPSUS Peningkatan Produksi Padi melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Berkelanjutan Berbasis Pertanian Modern.
"Tahap awal akan dilakukan optimalisasi lahan rawa sebesar 400 ribu Ha pada 11 provinsi di Indonesia dan pada Provinsi Kalsel sebesar 46,3 ribu Ha,” kata dia.
Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Percepatan Peningkatan Produksi Pertanian, Muhammad Arsyad mengatakan dari tiga klaster, Kalsel termasuk dalam pemantauan khusus.
“Saya memandang proses evaluasi yang dilakukan Kepala Badan sangat detail. Ini provinsi pertama yang mengevaluasi per kabupaten, per luasan, per areal, dan perjenis bantuan,” ujar Arsyad.
Sementara itu, Tenaga Ahli Bidang Akselerasi Standardisasi dan Program Strategis Kementan, Abdul Haris Bahrun yang berkesempatan hadir memberikan apresiasi kepada Kepala BPPSDMP.
Abdul Haris mengatakan pada saat pesawat yang ditumpanginya mendarat melihat kanan kiri banyak sawah yang masih tergenang. Ini berarti banyak lahan yang belum dimanfaatkan terutama pompanisasi.
Dedi mengungkapkan bahwa peningkatan produksi padi melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa berkelanjutan berbasis pertanian modern sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan upaya mengatasi krisis pangan yang terjadi dewasa ini karena adanya konflik dan El Nino yang terjadi sejak Februari 2023.
“Dampak dari El Nino stok beras turun signifikan, padahal di tahun-tahun dulu kita bisa menghasilkan 32,5 juta ton, tahun ini hanya 30 juta ton beras, sementara jumlah manusia yang makan semakin meningkat, hampir 4 juta tiap tahunnya,” paparnya.
Dedi menambahkan jika Indonesia memiliki 33,3 juta Ha rawa dan sekitar 9,5 juta Ha potensial untuk lahan pertanian produktif. Maka, perlu segera dilakukan UPSUS Peningkatan Produksi Padi melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Berkelanjutan Berbasis Pertanian Modern.
"Tahap awal akan dilakukan optimalisasi lahan rawa sebesar 400 ribu Ha pada 11 provinsi di Indonesia dan pada Provinsi Kalsel sebesar 46,3 ribu Ha,” kata dia.
Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Percepatan Peningkatan Produksi Pertanian, Muhammad Arsyad mengatakan dari tiga klaster, Kalsel termasuk dalam pemantauan khusus.
“Saya memandang proses evaluasi yang dilakukan Kepala Badan sangat detail. Ini provinsi pertama yang mengevaluasi per kabupaten, per luasan, per areal, dan perjenis bantuan,” ujar Arsyad.
Sementara itu, Tenaga Ahli Bidang Akselerasi Standardisasi dan Program Strategis Kementan, Abdul Haris Bahrun yang berkesempatan hadir memberikan apresiasi kepada Kepala BPPSDMP.
Abdul Haris mengatakan pada saat pesawat yang ditumpanginya mendarat melihat kanan kiri banyak sawah yang masih tergenang. Ini berarti banyak lahan yang belum dimanfaatkan terutama pompanisasi.
tulis komentar anda