Terobosan Menteri Trenggono di Bidang Budidaya Perikanan Dinilai Tepat
Kamis, 02 Mei 2024 - 16:08 WIB
JAKARTA - Langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menempatkan pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan sebagai salah satu program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu didukung semua pihak.
Sektor budidaya memerlukan terobosan-terobosan karena akan menjadi masa depan perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertumbuhan ekonomi, maupun sebagai solusi menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
"Ide Pak Menteri saya kira perlu didukung tentang upaya untuk budidaya perikanan. Budidaya khususnya mariculture (budidaya di laut) bisa jadi masa depan perikanan karena ke depan tidak bisa lagi menggantungkan dari pemanfaatan sumber daya di alam atau perikanan tangkap, sebab kalau terus dieksploitasi akan mengecil potensi, sementara potensi perikanan budidaya besar sekali," ujar Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Yudi Nurul Ihsan di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Menurut data yang dimiliknya, Indonesia memiliki lahan untuk pengembangan budidaya perikanan di laut sekitar 24 juta hektare. Dari angka itu, yang baru dimanfaatkan rata-rata di bawah 5%.
Selain potensi lahan budidaya laut yang besar, komoditas yang bisa dikembangkan juga beragam. Di antaranya lobster, abalone, kerapu, rumput laut, bahkan tuna sirip kuning yang memiliki nilai jual tinggi di pasar domestik maupun global.
KKP sendiri telah melakukan terobosan-terobosan untuk pengembangan budidaya perikanan di Indonesia. Salah satunya membangun modeling budidaya berkelanjutan untuk komoditas unggulan ekspor, yaitu udang, rumput laut, dan Nila salin yang sudah beroperasi saat ini di Kebumen, Wakatobi, dan Karawang.
"Khusus di tuna, kita punya potensi bahkan untuk menyiapkan indukan tuna sirip kuning. Laut Banda, selatan Bali, Jawa, barat Sumatera utamanya di sana besar sekali potensinya. Kita bisa kembangkan model budidaya dengan keramba jaring apung di laut. Gondol (Bali) saya rasa bisa dijadikan salah satu modeling untuk budidaya ikan tuna sirip kuning, mulai dari indukannya, pemijahannya," katanya.
Di samping itu, upaya Menteri Trenggono menggandeng negara yang lebih maju teknologi budidaya perikanannya seperti Vietnam dan Jepang dinilai Yudi keputusan tepat untuk mendorong pengembangan budidaya berkelanjutan di Indonesia. Langkah tersebut sudah dibuktikan oleh Vietnam pada 1970-an yang berani belajar ke negara yang lebih baik teknologi perikanan budidayanya.
"Saya kira ini perlu kita tiru agar budidaya perikanan tidak jalan di tempat bahkan malah mundur. Ini juga menjadi tantangan buat stakeholders perikanan sehingga upaya Pak Menteri menjadikan budidaya perikanan khusus di laut sebagai program prioritas harus disambut dengan baik. Dukungan pembiayaan melalui perbankan, investasi dari luar juga cukup bagus," ucapnya.
Sektor budidaya memerlukan terobosan-terobosan karena akan menjadi masa depan perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertumbuhan ekonomi, maupun sebagai solusi menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
"Ide Pak Menteri saya kira perlu didukung tentang upaya untuk budidaya perikanan. Budidaya khususnya mariculture (budidaya di laut) bisa jadi masa depan perikanan karena ke depan tidak bisa lagi menggantungkan dari pemanfaatan sumber daya di alam atau perikanan tangkap, sebab kalau terus dieksploitasi akan mengecil potensi, sementara potensi perikanan budidaya besar sekali," ujar Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Yudi Nurul Ihsan di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Menurut data yang dimiliknya, Indonesia memiliki lahan untuk pengembangan budidaya perikanan di laut sekitar 24 juta hektare. Dari angka itu, yang baru dimanfaatkan rata-rata di bawah 5%.
Selain potensi lahan budidaya laut yang besar, komoditas yang bisa dikembangkan juga beragam. Di antaranya lobster, abalone, kerapu, rumput laut, bahkan tuna sirip kuning yang memiliki nilai jual tinggi di pasar domestik maupun global.
KKP sendiri telah melakukan terobosan-terobosan untuk pengembangan budidaya perikanan di Indonesia. Salah satunya membangun modeling budidaya berkelanjutan untuk komoditas unggulan ekspor, yaitu udang, rumput laut, dan Nila salin yang sudah beroperasi saat ini di Kebumen, Wakatobi, dan Karawang.
"Khusus di tuna, kita punya potensi bahkan untuk menyiapkan indukan tuna sirip kuning. Laut Banda, selatan Bali, Jawa, barat Sumatera utamanya di sana besar sekali potensinya. Kita bisa kembangkan model budidaya dengan keramba jaring apung di laut. Gondol (Bali) saya rasa bisa dijadikan salah satu modeling untuk budidaya ikan tuna sirip kuning, mulai dari indukannya, pemijahannya," katanya.
Di samping itu, upaya Menteri Trenggono menggandeng negara yang lebih maju teknologi budidaya perikanannya seperti Vietnam dan Jepang dinilai Yudi keputusan tepat untuk mendorong pengembangan budidaya berkelanjutan di Indonesia. Langkah tersebut sudah dibuktikan oleh Vietnam pada 1970-an yang berani belajar ke negara yang lebih baik teknologi perikanan budidayanya.
"Saya kira ini perlu kita tiru agar budidaya perikanan tidak jalan di tempat bahkan malah mundur. Ini juga menjadi tantangan buat stakeholders perikanan sehingga upaya Pak Menteri menjadikan budidaya perikanan khusus di laut sebagai program prioritas harus disambut dengan baik. Dukungan pembiayaan melalui perbankan, investasi dari luar juga cukup bagus," ucapnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda