KSAL Ajak Angkatan Laut Negara Pasifik Barat Atasi Tantangan Keamanan Maritim
Selasa, 30 April 2024 - 10:29 WIB
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengajak angkatan laut negara di kawasan Pasifik Barat untuk bekerja sama mengatasi tantangan keamanan maritim.
Awalnya Ali menilai, saat ini Kawasan Pasifik Barat menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin kompleks dan beragam, yang dihasilkan oleh dinamika kekuatan regional antara negara-negara besar.
"Pergeseran kekuasaan dikombinasikan dengan beragam interpretasi hukum dan norma internasional, sebagian besar berkonstribusi terhadap volatilitas dan kompleksitas tantangan keamanan maritim di kawasan," kata Ali melalui keterangan resminya melalui Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), dikutip Selasa (30/4/2024).
Wilayah Pasifik Barat, kata Ali, juga memainkan peran penting dalam memastikan kebebasan navigasi demi stabilitas kawasan dan kemakmuran ekonomi. "Karena porsi yang signifikan dari lalu lintas perdagangan maritim global yang melalui perairan tersebut," ucapnya.
Ali mengatakan, lemahnya penegakan hukum di sejumlah perairan perbatasan dihadapkan luasnya wilayah maritim telah menyebabkan masalah dalam memerangi kegiatan terlarang di lingkungan maritim Pasifik Barat.
"Keamanan siber menargetkan infrastruktur jaringan komunikasi, sistem navigasi yang dapat mengganggu stabilitas dunia maritime. Selain itu, tantangan lingkungan termasuk polusi, penangkapan ikan secara berlebih, perusakan habitat, dampak perubahan iklim telah mengancam keseimbangan ekologis Kawasan Pasifik Barat" sambungnya.
Untuk itu Ali menekankan komitmen TNI AL dan pentingnya kerja sama di antara negara-negara kawasan untuk mengatasi dinamika keamanan maritim global. "Pentingnya kerja sama dan kolaborasi di antara menyelesaikan dan mengatasi tantangan keamanan maritim global yang semakin meningkat," katanya.
Hal itu diungkap Ali saat memaparkan presentasi dalam 19th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) dengan tema 'Ocean With a Shared Future' di Qingdao, Cina, Selasa, 23 April 2024 lalu, yang merupakan forum beranggotakan angkatan laut negara di kawasan Pasifik Barat dan sekitarnya.
Adapun kegiatan WPNS berlangsung dari 21 hingga 25 April itu dihadiri sebanyak 29 pimpinan angkatan laut dari Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Belanda, Brunei Darussalam, Chile, Ekuador, Fiji, India, Indonesia, Jepang, Kamboja.
Lalu, Kanada, Kolombia, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Tonga, dan Vietnam.
Awalnya Ali menilai, saat ini Kawasan Pasifik Barat menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin kompleks dan beragam, yang dihasilkan oleh dinamika kekuatan regional antara negara-negara besar.
"Pergeseran kekuasaan dikombinasikan dengan beragam interpretasi hukum dan norma internasional, sebagian besar berkonstribusi terhadap volatilitas dan kompleksitas tantangan keamanan maritim di kawasan," kata Ali melalui keterangan resminya melalui Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), dikutip Selasa (30/4/2024).
Wilayah Pasifik Barat, kata Ali, juga memainkan peran penting dalam memastikan kebebasan navigasi demi stabilitas kawasan dan kemakmuran ekonomi. "Karena porsi yang signifikan dari lalu lintas perdagangan maritim global yang melalui perairan tersebut," ucapnya.
Ali mengatakan, lemahnya penegakan hukum di sejumlah perairan perbatasan dihadapkan luasnya wilayah maritim telah menyebabkan masalah dalam memerangi kegiatan terlarang di lingkungan maritim Pasifik Barat.
"Keamanan siber menargetkan infrastruktur jaringan komunikasi, sistem navigasi yang dapat mengganggu stabilitas dunia maritime. Selain itu, tantangan lingkungan termasuk polusi, penangkapan ikan secara berlebih, perusakan habitat, dampak perubahan iklim telah mengancam keseimbangan ekologis Kawasan Pasifik Barat" sambungnya.
Untuk itu Ali menekankan komitmen TNI AL dan pentingnya kerja sama di antara negara-negara kawasan untuk mengatasi dinamika keamanan maritim global. "Pentingnya kerja sama dan kolaborasi di antara menyelesaikan dan mengatasi tantangan keamanan maritim global yang semakin meningkat," katanya.
Hal itu diungkap Ali saat memaparkan presentasi dalam 19th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) dengan tema 'Ocean With a Shared Future' di Qingdao, Cina, Selasa, 23 April 2024 lalu, yang merupakan forum beranggotakan angkatan laut negara di kawasan Pasifik Barat dan sekitarnya.
Adapun kegiatan WPNS berlangsung dari 21 hingga 25 April itu dihadiri sebanyak 29 pimpinan angkatan laut dari Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Belanda, Brunei Darussalam, Chile, Ekuador, Fiji, India, Indonesia, Jepang, Kamboja.
Lalu, Kanada, Kolombia, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Tonga, dan Vietnam.
(cip)
tulis komentar anda