Kisah KH Zainul Arifin yang Tertembak saat Salat Bersama Bung Karno
Sabtu, 27 April 2024 - 00:21 WIB
JAKARTA - KH Zainul Arifin merupakan salah satu tokoh penting dalam kemerdekaan Indonesia, terlebih jika mengingat jasanya yang melindungi Presiden Soekarno dari percobaan pembunuhan pada saat salat Iduladha.
Zainul Arifin Pohan merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di era kemerdekaan Indonesia. Ia terkenal akan kemampuan debat dan pidatonya. Bahkan sukses menduduki jabatan Ketua Cabang NU hanya dalam waktu beberapa tahun saja setelah bergabung.
Zainul Arifin juga sempat ikut serta dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semimiliter Hizbullah, dan sempat ditunjuk sebagai panglima ketika Jepang mengizinkan pembentukan laskar-laskar semimiliter.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI akhir 1949, Zainul Arifin kembali ke parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS.Pada 1953, dirinya dipercaya untuk menduduki jabatan wakil perdana menteri (waperdam) dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I hingga 1955.
Pada 14 Mei 1962, tepatnya ketika salat Iduladha dilaksanakan, KH Zainul Arifin dengan sengaja memposisikan dirinya di sebelah kiri Bung Karno demi mengantisipasi segala hal. Sementara di samping kanan Soekarno terdapat Jenderal Abdul Haris Nasution. Ketika sedang khusyuk menjalankan salat sunah Iduladha, terdengar suara letusan senjata api.
Percobaan pembunuhan ini dilakukan pada saat rakaat kedua dengan tembakan pistol beberapa kali dari jarak kurang lebih 5-6 meter.
Zainul Arifin Pohan merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di era kemerdekaan Indonesia. Ia terkenal akan kemampuan debat dan pidatonya. Bahkan sukses menduduki jabatan Ketua Cabang NU hanya dalam waktu beberapa tahun saja setelah bergabung.
Zainul Arifin juga sempat ikut serta dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semimiliter Hizbullah, dan sempat ditunjuk sebagai panglima ketika Jepang mengizinkan pembentukan laskar-laskar semimiliter.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI akhir 1949, Zainul Arifin kembali ke parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS.Pada 1953, dirinya dipercaya untuk menduduki jabatan wakil perdana menteri (waperdam) dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I hingga 1955.
Kisah KH Zainul Arifin yang Tertembak
Ketika Indonesia memasuki era Demokrasi Terpimpin, Zainul Arifin ditunjuk untuk jadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) sebagai upaya Partai NU membendung kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Parlemen. Pada masa awal Demokrasi Terpimpin di Indonesia mulai banyak terjadi beberapa percobaan pembunuhan Presiden Soekarno dengan meningkatnya suhu politik kala itu.Pada 14 Mei 1962, tepatnya ketika salat Iduladha dilaksanakan, KH Zainul Arifin dengan sengaja memposisikan dirinya di sebelah kiri Bung Karno demi mengantisipasi segala hal. Sementara di samping kanan Soekarno terdapat Jenderal Abdul Haris Nasution. Ketika sedang khusyuk menjalankan salat sunah Iduladha, terdengar suara letusan senjata api.
Baca Juga
Percobaan pembunuhan ini dilakukan pada saat rakaat kedua dengan tembakan pistol beberapa kali dari jarak kurang lebih 5-6 meter.
Lihat Juga :
tulis komentar anda